Banua Mayana Waira

jejak kata dan sisi lain blogger perempuan dari buton tengah

facebook twitter instagram youtube
  • Home
  • About Me
  • Another Blog
    • First Blog
    • Second Blog
  • Disclosure

Yuhuiii kembali lagi dengan tulisan tentang thrifting, hahaha. Artikel ini adalah lanjutan dari artikel tempo hari. Di artikel itu saya bilang akan menuliskan kekurangan beli barang thrift, namun kali ini saya gak hanya akan menulis kekurangannya aja tapi masih ditambah lagi dengan tips-tips yang saya terapkan saat membeli barang thrift agar mendapatkan barang yang bagus, berkualitas namun dengan harga murah.

Baiklah, untuk mempersingkat waktu (tsah 😅) kita masuk saja pada topik pertama yakni kekurangan membeli barang thrift. Apa sajakah itu? Beberapa kekurangan beli barang thrift yang saya rasakan adalah:

👉 Tampilan barangnya tidak 100% seperti yang kita mau (seperti barang baru)

Namanya juga barang bekas, pasti ada bekas pakai dari pemilik terdahulu jadi kita gak boleh berharap barangnya memiliki kualitas 100% seperti yang kita mau. Sebagus-bagusnya barang thrift, pasti ada minusnya, bahkan yang masih ada tag-nya sekalipun, bila diperhatikan dengan seksama, pasti ada aja kekurangannya, entah warnanya mulai pudar atau ada reject misal bolong atau noda setitik.

👉 Butuh effort yang lebih besar sebelum memakainya

Setelah membeli baju thrift, ada banyak langkah yang harus dilakukan sebelum memakaianya dibanding saat membeli baju baru.  Bila membeli baju/pakaian baru, sebelum dipakai, kita cukup mencuci dengan cara merendam dan dikucek-kucek manja atau langsung dimasukkan ke mesin cuci lalu disetrika dan langsung dipakai. Sangat berbeda saat kita membeli pakaian thrift, sebelum dipakai, kita wajib merendamnya dengan air panas terlebih dahulu supaya kuman-kumannya mati, dipakaikan penghilang noda lalu diteruskan dengan mencucinya seperti mencuci pakaian biasa, setelah itu masih harus disetrika lagi agar lebih afdol. Tahapan pencuciannya lebih panjang dibanding membeli baju baru.  Jadi bisa disimpulkan, membeli barang thrift harus siap dengan kerempongannya yaa cyiiint, hahaha 😂

👉 Butuh ketelitian ekstra

Saat memilih barang thrift, kita diwajibkan untuk teliti. Emang sih, saat belanja barang baru pun kita harus teliti, namun membeli barang thrift, ketelitiannya harus lebih ditingkatin lagi, hehehe. Teliti melihat warna baju, apakah warnaya masih pekat ataukah udah sedikit pudar, teliti memperhatikan apakah ada noda (kalo ada noda, apakah noda tersebut bisa hilang atau permanen?), teliti melihat jangan sampe ada yang robek atau lepas jahitan. Sangat berbeda ketika membeli baju baru yang udah pasti good condition.

Baca juga: Lapar mata

👉 Barang yang dibeli belum tentu asli

Bila kita pandai memilih, kita akan mendapatkan barang-barang bermerk dengan harga sangat miring di thrifting. Namun semua itu gak menjamin apakah barang bermerk tersebut adalah asli. Ini berlaku untuk barang-barang fashion seperti sepatu dan tas. Walau di produknya udah tertulis jelas merk dan nomor serinya, namun pedagang thrift biasanya gak bisa menjamin barang yang dijual tersebut authentic, biasanya mereka cuman bilang asli dari bal. Namun meski begitu, menurut saya, barang kawe di thrifting (apalagi dari luar), kualitasnya jauh lebihh bagus dan bakalan tetap awet dipakai dalam jangka waktu lama dibanding barang imitasi yang diproduksi lokal yang dijual dengan harga murah. 

sepatu hitam hak tahu merk dusto yang saya beli secara online seharga 50K

Itulah beberapa kekurangan membeli barang thrifting menurut saya.  Namun jika dicompare dengan harganya yang jauh lebih murah, rasanya kekurangan ini masih bisa ditolerir lah yaa, hehehe 😁✌

Lalu hal-hal apa sajakah yang saya lakukan untuk mendapatkan barang thrift kualitas bagus dengan harga murah? Berikut ini beberapa hal yang saya lakukan:

💧 Beli pada penjual yang sedang bongkar bal baru

Bila ingin mendapatkan barang thrift yang masih bagus dan berkualitas, biasanya saya beli saat penjualnya bongkar bal (karung tempat menyimpan barang thrift) baru. Saat bal baru dibuka biasanya barang-barangnya itu masih banyak yang bagus dan bila beruntung kita bia mendapatkan barang like new. Kita masih punya banyak pilihan barang yang bisa dibeli. Kekurangan membeli saat bongkar bal baru adalah harganya  masih lumayan mahal alasannya karena penjual belum balik modal.

 💧 Beli pada penjual terpercaya

Saya selalu membeli thrifting pada toko yang kredibilitasnya oke. Ini yang saya lakukan saat membeli barang thrift secara online. Saat berbelanja di toko orens atau toko hitam, saya pilih penjual yang reputasinya oke, hal ini bisa dikenali dari jumlah penontonnya saat live dan juga interaksi obrolan saat live sedang berlangsung. Apabila penontonnya terlihat akrab dengan penjual akan meningkatkan rasa percaya saya kepada tokonya. Membaca obrolan antar penonton atau penonton dengan host itu bisa menjadi pengobat stress, apalagi bila obrolannya kocak, jadi makin betah deh nontonnya 😃. Ada beberapa penjual thrift di ecommerce yang recommended, yang barang-barangnya bagus dan harganya murah 👍

💧 Beli pada penjual yang sedang sale

Ini yang paling sering saya lakukan karena harga barangnya udah terjun bebas. Barang yang dijual ini biasanya udah sisa (namun masih banyak yang bagus). Dijual murah karena penjual udah balik modal dan udah bongkaran bal baru lagi. Ibarat kata, barang-barang ini dijual untuk ngosongin stok. Biasanya, barangnya dijual dengan cara digelar di atas tikar/terpal (kalo di pasar tradisional) jadi pembeli bisa duduk santai memilih barang yang disukai. Jujur aja, saya lebih suka memilih dengan cara duduk santai seperti ini dibanding harus berdiri melihat-lihat barang yang digantung atau dipajang di etalase.

murah meriah tapi tetap keren dipakai 😀

Itulah beberapa kekurangan barang thrifting sekaligus tips and trick yang biasa saya lakukan untuk mendapatkan barang thrifting kualitas bagus oke dengan harga miring. 

Dan ngomong-ngomong tentang thrifting, ada funfact yang ingin saya ungkapkan di kesempatan ini yakni sebenarnya saya merasa malu dan tidak percaya diri untuk menulis tentang kebiasaan nge-thrift ini, namun karena banyak content creator di tiktok yang suka membuat konten tentang kebiasaan mereka nge-thrift, akhirnya saya terinspirasi untuk membuat konten serupa, bedanya mereka buat dalam bentuk video, sedangkan saya sebagai seorang lifestyle blogger membuat konten dalam bentuk artikel, hehehe😃 

Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Di bulan Mei ini, tepat enam bulan blog ini gak tersentuh. Iyaa, selama itu saya didera rasa malas hingga ketiga blog saya gak mendapatkan perhatian sedikitpun. Saking malas dan masa bodohnya saya, blog kedua harus saya ikhlaskan domainnya gak diperpanjang lagi. Huhuhu sedih banget rasanya harus mengikhlaskan blog yang udah berumur tujuh tahun itu, tapi mau diapa saya gak bisa lagi mengisinya jadi terpaksa harus diikhlaskan.

Baca juga: Blog baru lagi

Saya belum tahu apakah isi dari blog itu akan saya pindahkan ke blog utama atau ke blog ini atau mungkin juga akan saya buatkan domain baru. Saat ini, blog tersebut masih saya biarkan apa adanya sambil menunggu mood saya membaik untuk kembali ternak blog lagi. Saat ini, biarlah saya fokus di dua blog aja yakni blog ini dan blog utama.

Lalu, selama enam bulan gak ngeblog saya ngapain aja? Gak ngapa-ngapain sih, kegiatan saya masih seperti biasanya, berkutat dengan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah tangga. Tapi memang harus saya akui, pekerjaan kantor sedang padat-padatnya. Sejak akhir tahun lalu hingga masuk tahun ini, rasanya pekerjaan gak pernah ada habisnya, adaa aja yang mesti dikerja yang menguras tenaga dan pikiran hingga ketika pulang ke rumah saya udah gak semangat lagi buka laptop untuk menulis. 

Selain pekerjaan kantor yang padat, pekerjaan rumah tangga juga serasa gak ada habisnya. Awal tahun ini saya super duper sibuk karena saat itu kami pindah rumah. Alhamdulillah, bulan Jauari 2024 ini kami resmi tinggal di rumah sendiri setelah hampir 13 tahun menjadi penghuni pondok mertua indah, hahaha. Saya baru tahu, mengurus rumah itu ternyata asyik tapi juga menghabiskan banyak waktu dan energi. Menata barang-barang yang baru dibeli, mengatur pakaian di lemari, bersih-bersih rumah dan melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga lain ternyata secapek itu 😫

Saking capeknya, bukan cuman ngeblog yang saya tinggalkan, nonton drama korea dan film india juga gak pernah saya lakukan lagi. Untuk mendapatkan hiburan, saya scrolling tiktok atau kadang-kadang saya coba bikin kue yang resepnya saya contek dari youtube atau tiktok tapi hasilnya kebanyakan zonk hingga membuat saya lebih capek 😂

Beda banget rasanya saat tinggal di rumah mertua. Di sana saya jarang melakukan pekerjaan rumah tangga karena itu udah diambil alih oleh mertua, adik ipar dan sepupu suami yang tinggal di rumah mertua. Saya cuman ngurus keperluan anak aja jadi energinya masih cukup untuk melakukan kegiatan lain.

Baca juga: Support system yang baiik adalah kunci kebahagiaan seorang istri

Bagaimana rasanya tinggal di rumah sendiri? Hmmm, gimana yaa? Yang jelas bahagia tapi juga lebih capek karena semua kerjaan rumah tangga hanya dikerjakan oleh saya dan suami, gak dibantu mertua dan adik ipar lagi.

Namun walau sekarang kegiatan masih padat dan sibuk, sepertinya saya udah mulai bisa mengatur waktu. Setelah kurang lebih empat bulan pindah rumah, saya udah mulai bisa mengikuti ritme pekerjaan yang rutin saya lakukan setiap hari. Rasa-rasanya saya mulai bisa ngeblog lagi walau tentu saja dengan intensitas yang gak seperti dulu lagi. Ayoo semangat, Ira! Kamu pasti bisa! 💪

Langkah awal yang saya lakukan untuk mulai ngeblog lagi adalah menulis hal-hal receh seperti yang saat ini sedang saya tuliskan. Saya berusaha mencuri-curi waktu untuk menulis di sela-sela pekerjaan karena kalo gak gitu, saya bakalan masih akan terlena dan blog ini akan semakin lama terbengkalai. Saya harus bisa menghempas manjyah rasa malas itu 💪

Sejujurnya, saya pengen banget bisa menjadi seperti teman-teman blogger yang rutin mengisi blognya. Melihat mereka yang walaupun sibuk tapi tetap meluangkan waktu menulis di blog membuat saya iri. Melihat mereka yang rajin, membangkitkan ingatan tentang diri saya beberapa waktu lalu yang juga bisa seperti itu. Semoga semangat saya untuk kembali menulis ini akan terus bergelora dan gak surut lagi.

Selama lima bulan ini, sesekali saya intip grup blogwalking dan melihat beberapa nama yang masih rutin ikutan bewe. Saya kagum banget mereka tetap konsisten menjalankan aktivitas ini. Saya bertanya dalam hati "tidak bosankah mereka melakukan hal yang sama selama berbulan-bulan?" Salah satu blogger yang membuat saya kagum adalah Teh Okti, Blogger Cianjur yang semangat nulis dan semangat bewenya masih tetap prima. Keren banget deh 👍

Doakan semoga niat saya untuk kembali ngeblog berjalan lancar yaa 😊

Share
Tweet
Pin
Share
2 Comments

Setahun belakangan saya punya kebiasaan baru. Ada yang bisa tebak? Kebiasaan baru saya adalah seperti yang tertera di judul yakni trifting alias suka banget beli baju RB (rombengan) alias baju mantan atau baju bekas, hahaha 🙈

Sebenarnya, ini bukanlah kebiasaan baru sih melainkan melanjutkan kebiasaan yang sempat mati suri. Ya, sejak dulu, saya memang suka beli baju rombengan. Saat kuliah, baju kemeja putih yang saya pakai ke kampus itu adalah baju thrift atau orang Makassar menyebutnya cakar. Tak hanya kemeja putih, beberapa baju kemeja yang saya pakai ke kampus juga saya beli di cakar bongkar di pasar dekat kost-an kami. Baju rumahan? Hohoho jangan ditanya karena hampir semuanya cakar 😄

Baca Juga: Beda Standar

Setelah tamat kuliah, pulang kampung, kerja, menikah dan punya anak sambil belajar parenting, kebiasaan thrifting ini berhenti. Kebiasaan ini baru muncul kembali saat usia anak saya dua tahunan. Penyebabnya adalah karena suami minta dibelikan celana pendek. Lalu saya terkaget-kaget melihat harga celana pendek cowok di pasaran, hahaha. Saya gak nyangka ternyata harga celana pendek cowok di pasar cukup membuat dompet meringis, hingga saya memutuskan untuk membangkitkan kebiasaan lama yakni berburu RB. Bayangkan aja, harga satu lembar celana baru, kita bisa mendapatkan tiga atau empat lembar celana thrift dengan kualitas yang sama. Apalagi suami juga gak keberatan dibelikan thrift, maka bulatlah tekad ini untuk melanjutkan kebiasaan lama saya yang sempat terhenti.

Lalu sejak saat itu, saya mulai thrifting lagi. Saat masih bekerja di kantor lama di Kota Baubau, hampir setiap minggu saya luangkan waktu untuk thrifting. Saking seringnya, mama sampe komen, akan dikemanakan baju-baju atau apapun yang saya beli itu, hehehe. Kebiasaan saya semakin intens karena di Kota Baubau, ada satu pasar yang memfasilitasi penjual RB ini, namanya Pasar Wameo. Bagi orang Baubau dan sekitarnya, pasar ini identik dengan penjual RB. Ada banyak jenis penjual RB di sini, mulai dari penjual kaos kaki, sepatu, pakaian, aksesoris (tali pinggang, dan kawan-kawannya), tas, seprei, gorden, karpet, kursi hingga kasur spring bed dan busa. Lengkap bangetlah pilihan yang disediakan di sana. 

Setelah pindah ke Buton Tengah, kebiasaan thrifting ini berhenti lagi. Dan dua tahun berikutnya saya kembali membuka hati lagi, hahaha apaan sih udah kayak orang pacaran yang putus nyambung 😆.

Lalu apakah yang membuat saya suka banget membeli barang (khususnya pakaian, tas dan sepatu) thrift? Ini beberapa alasan yang mendasari saya:

👍Harganya murah

Sebagai anak ekonomi, saya mempraktikkan hukum ekonomi dalam dunia thrifting ini, yakni mengeluarkan uang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang oke (ini bisa menghemat pengeluaran). Semua pasti sepakat, barang thrift itu memiliki harga lebih murah dibanding harga barang baru. Dan yang membuat saya lebih suka, walau harganya murah, kualitas barang yang kita dapatkan itu bukan kaleng-kaleng. Mungkin ada teman-teman yang berprinsip, mending beli baru walau harganya mahal daripada murah tapi bekas. Ohoo, prinsip itu jelas bertolak belakang dengan prinsip saya, hahaha. Prinsip saya, kalo ada kualitas bagus dan harga murah, ngapain cari yang mahal shayyy 😝😂

👍 Kualitas jempol

Asal kita pandai memilih, kita bisa banget dapat barang thrift dengan kualitas yang sangat bagus. Sebagai contoh, saya lebih memilih beli sepatu thrift dengan harga 50rb daripada beli sepatu baru dengan harga yang sama. Sepatu baru harga 50rb paling lama dipake enam bulanan aja sedangkan sepatu thrift dengan harga segitu bisa dipakai dua tahunan (ini berdasar pengalaman pribadi). Sepatu kantor thrift yang saya beli seharga 35rb masih saya pakai ke kantor setiap hari hingga saat ini sejak hampir dua tahun lalu.

👍 Model barangnya unik dan gak akan ada (jarang banget) samanya

Alasan lain yang membuat saya suka barang thrift adalah modelnya unik dan hampir gak akan ada samanya. Inilah yang membuat saya percaya diri saat memakai barang thrift. Model bajunya cakep-cakep dan potongannya selalu pas di badan saya ❤️

Baca juga: Lapar Mata

Walau suka barang thrift, saya gak tutup mata, bahwa barang thrift juga memiliki beberapa kekurangan bila dibandingkan dengan barang baru. Tapi di artikel ini saya gak akan menuliskannya, insyaallah akan saya tuliskan di artikel lain soalnya saat ini lagi gak mood bahas yang jelek-jelek, hahaha gak ding alasan sebenarnya adalah karena saat ini saya sedang mulai belajar konsisten lagi untuk nulis di blog setelah sekian lama hiatus. Saya anggap artikel lanjutan nanti sebagai hutang yang harus saya lunasi jadi biar semangat lagi nulisnya, hehehe

hanya kacamata, jilbab dan tas yang bukan thrift yang saya kenakan di gambar ini 😄

Ada satu kebahagiaan yang saya rasakan ketika memakai barang thrift yakni saat orang-orang memujinya dan gak percaya kalo barang yang saya kenakan itu adalah barang thrift. Apalagi bila mereka tercengang saat mengetahui bahwa saya membelinya dengan harga yang sangat murah. Saking penasarannya, mereka sampe tanya tips and trick-nya biar bisa dapat barang bagus dengan harga murah, hahaha 😂

Ohh iyaa, walau saya hobby banget belanja pakaian thrift, ada prinsip yang saya tetapkan dan gak akan pernah saya langgar yaitu gak akan pernah membeli pakaian dalam thrift. Segila-gilanya saya pada thrift, untuk underwear saya gak akan pernah membeli yang bekas. Rasanya badan ini gak sanggup memakai pakaian dalam yang udah pernah dipakai orang lain. Membayangkannya saja ku tak sanggup 🙈

Selain pakaian dalam, peralatan elektronik (kecuali TV yang saya beli dari sahabat  tahun 2012 lalu - alhamdulillah TVnya masih bagus sampe saat ini) juga saya putuskan untuk tidak membeli yang bekas, saya prefer membeli yang baru, selain dapat garansi, rasanya lebih tenang pake elektronik baru, hehehe

Tapi kan barang thrift itu ilegal? Buktinya dulu sempat dilarang pemerintah. Hmmm untuk yang satu itu saya no comment yaa soalnya di daerah kami, penjual barang thrift ini menggelar lapaknya secara terbuka di pasar-pasar yang mudah diakses semua orang termasuk aparat kepolisian namun hingga saya menulis artikel ini, belum ada larangan atas kegiatan ini jadi saya asumsikan kegiatan jual beli barang thrift itu legal ✌️

Kalo Mama Rani dan teman-teman lain, gimana pendapatnya tentang thrifting ini? Apakah masuk dalam kelompok orang yang suka seperti saya? Atau masuk kelompok yang lebih suka beli barang baru? Share pendapatmu di kolom komen yaa 😉

Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Udah lama banget gak posting tulisan rangkuman keseharian saya dalam a day in my life. Dan mumpung sedang ada di Makassar, nulisin kegiatan saya hari ini untuk mengabadikan kenangan kayaknya boleh juga nih, hehehe. Baiklah gais, inilah a day in my life; Selasa 07 Mei 2024 😁

Fyi, sejak Senin kemarin saya beserta rombongan dari Pemerintah Kabupaten Buton Tengah telah tiba di Makassar dalam rangka melakukan studi tiru SAKIP di Pemerintah Kota Makassar. Rencananya, kegiatan kami akan berlangsung dua hari.

Hari ini diawali dengan bangun pagi. Walau masih ngantuk dan lemas karena semalam tidurnya telat akibat keasyikan ngegosip, saya harus segera cuci muka dan buru-buru turun sarapan ke restoran. Setelah sarapan langsung  balik ke kamar untuk mandi dan siap-siap karena hari ini adalah hari pertama kegiatan Studi Tiru Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang saya ikuti bersama rekan-rekan ASN lain dari Pemda Buton Tengah.

Baca juga: A Day In My Life; Rabu 19/04/2023

Setelah siap, saya dan rekan-rekan langsung turun ke lobby hotel untuk menunggu taksi online yang udah dipesan yang akan mengantar kami ke tempat kegiatan di Baruga Anging Mammiri di rumah jabatan Walikota Makassar. Setelah tiba, kami kaget ternyata jarak antara hotel dan tempat tujuan itu hanya sepelemparan batu alias bisa dijangkau dengan berjalan kaki, hahaha. Memang udah tertera di aplikasi jaraknya dekat sih, tapi kami gak nyangka sedekat itu, rasanya baru naik mobil ehhh udah harus turun lagi 😂

Pukul 10.00 Wita, kegiatan dimulai. Acara diawali dengan pembukaan oleh MC yang dilanjutkan dengan sambutan Asisten III Pemerintah Kab. Buton Tengah. Setelah sambutan dari Pemda Buteng dilanjutkan dengan sambutan dari Asisten III Pemerintah Kota Makassar. Beliau menjelaskan banyak hal tentang kota Makassar yang selama ini belum kami ketahui. Dari beliau kami jadi tahu arti kata anging mammiri yakni angin sepoi-sepoi.

Kegiatan berlangsung kurang lebih dua jam lamanya. Waktu serasa cepat berlalu karena setelah dua sambutan dari masing-masing perwakilan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Sebagai peserta, banyak informasi dan ilmu baru yang kami ketahui selama kegiatan berlangsung yang nantinya bisa diterapkan saat kembali ke Buton Tengah. 

tim Dinas Pangan Buteng bersama Asisten III Pemkot Makassar

Sayangnya diskusi yang seru itu harus berakhir dan kami pun pulang menuju hotel. Karena jarak ke hotel lumayan dekat, kami putuskan untuk berjalan kaki aja, sayangnya di tengah perjalanan saya menyadari sesuatu, saya merasa seperti ada yang kurang, badan saya rasanya ringan banget seolah tanpa beban apapun, ternyata eh ternyata laptop saya tertinggal di tempat kegiatan. Sebagai orang panikan, saya langsung heboh dong, saya buru-buru ingin kembali untuk mengambilnya namun rekan yang sedang bersama saya bilang kami gak usah balik, cukup telepon teman-teman yang masih ada di lokasi aja dan syukurlah ternyata di sana masih banyak teman yang bertahan. Alhamdulillah laptop saya aman dan sekarang udah ada di tangan saya dan sedang saya pakai untuk menulis artikel ini, hehehe 😄

Baca juga: A Day In My Life; Rabu 29/03/2023

Setelah tiba di hotel, kami pun makan siang dan lanjut ngegosip. Gak terasa waktu udah menunjukkan pukul 15.30. Cangkem yang udah capek bergosip ini sepertinya harus diajak jalan-jalan ke mall nih biar segar dan lebih semangat lagi ngegosipnya 🤣

Awalnya sempat bingung mau berkunjung ke mana dulu (kebetulan hotel yang kami tempati jaraknya lumayan dekat dengan 2 mall besar di Makassar yakni Trans Studio Mall (TSM) dan Mall Ratu Indah (MARI). Setelah berpikir cukup lama dan mempertimbangkan banyak hal akhirnnya TSM lah yang terpilih.

Sepanjang perjalanan ke TSM saya berdecak kagum karena Makassar benar-benar berubah. Makassar 14 tahun lalu nyaris gak terlihat lagi dan berganti dengan Makassar yang modern dan lebih padat. Dan setelah masuk TSM kami semakin kagum karena harga barang yang dijual di sana agak sulit dijangkau oleh dompet kami 🤣

Setelah muter-muter sambil foto-foto, kami putuskan untuk keluar aja. Rasanya gak tahan berlama-lama di dalam euy, pengen banget belanja barang-barang yang terpajang di sana tapi apa daya kondisi keuangan gak memungkinkan. Terpaksa memendam hasrat karena terhalang kondisi dompet itu perih jenderal  😭. 

numpang foto di sini aja 😄

Dan karena masih pengen jalan-jalan, akhirnya kami pesan taksi online lagi menuju Mall Panakukkang (MP). Sayalah yang memilih mall ini karena ingin bernostalgia mengingat masa-masa kuliah dulu. Saat itu MP menjadi tempat ngadem saat kepanasan pulang kampus, MP juga menjadi tempat saya mencari hiburan sembari membaca buku di Gramedia. Saya penasaran bagaimana kondisi MP saat ini setelah 14 tahun saya tinggalkan Makassar. Ternyata MP masih sama seperti dulu cuman sedikit lebih ramai.

Kami gak lama di sana, menjelang shalat isya kami pesan taksi online lagi menuju ke hotel. Sesampainya di hotel kami juga pesan makan malam via aplikasi. Tadi saya makan ayam goreng lalapan. Rasanya enak dan porsinya pas. Setelah makan malam kami ngegosip lagi sebelum akhirnya saya menyerah karena mata udah mulai  ngantuk.

Baca juga: Ketika si Penakut Jalan Sendiri

Segera saya cuci muka dan bersiap-siap tidur namun entah mengapa rasanya ada yang kurang bila belum mengabadikan cerita hari ini di blog. Maka segera saya buka laptop dan menuliskan artikel ini. Saya yakin, suatu saat nanti, saat membaca cerita yang tertulis ini, kenangan hari ini akan hadir kembali di memory.

Harapan saya, semoga bukan cuman Kota Makassar yang bisa kembali saya kunjungi setelah sekian lama, saya juga kepengen bisa mengunjungi kota-kota lainnya yang dulu pernah saya kunjungi, salah satunya Kota Malang, kali aja saat berkunjung ke sana saya bisa meet up dengan Blogger Malang biar gak cuman berkomunikasi via medsos aja. Tolong kabulkan permintaan hamba-Mu ini yaa Allah, amiiin 🤲😇


Share
Tweet
Pin
Share
14 Comments


Pandemi Covid yang melanda dunia beberapa waktu lalu telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Yang paling saya rasakan adalah berubahnya kehidupan perekonomian banyak orang di sekeliling saya dari kehidupan sebelumnya.

Saat pandemi, saya menyaksikan banyak teman-teman mengambil langkah yang sebelumnya gak disangka-sangka. Gak satu dua orang teman saya memutuskan menekuni bisnis rumahan alias menjadi pelaku UMKM. Iya, teman-teman "banting setir" menjadi pengusaha kecil. Selama masa covid, mereka memanfaatkan media sosialnya (facebook) untuk menjajakan "hasil karya" mereka.

Saya sempat kepo dan bertanya pada beberapa teman yang "banting setir" tersebut. Mencari tambahan penghasilan karena hilangnya pekerjaan suami dan melihat peluang bisnis yang menjanjikan menjadi alasan mereka mengambil jalan itu.

Jujur aja, saya salut banget pada teman-teman yang berani mengambil langkah ini karena sampai saat ini saya belum berani mengambil langkah seperti mereka. Saya masih takut memulai untuk berbisnis karena takut gagal. Padahal harusnya gak boleh gitu yaa. Harusnya, kalo ada niat, segera lakukan dan insyaallah pasti akan ada jalan asal kita sungguh-sungguh berusaha. Mungkin saat ini kesempatan saya baru sebatas menjadi konsumen mereka tapi siapa tahu suatu saat saya juga akan menjadi seperti mereka? Jalan hidup seseorang kadang gak bisa ditebak, kan? hehehe 😁

Berikut beberapa bisnis yang ditekuni teman-teman saya di medsos selama pandemi dan masih bertahan hingga kini:

- Kuliner

Gak bisa dipungkiri, di daerah tempat tinggal saya, bisnis makanan alias kuliner menjadi bisnis yang paling menjanjikan selama pandemi lalu. Beragam jenis makanan dijajakan mulai dari jajanan dan gorengan seperi kue lapis, pisang dan ubi goreng, jalankote (pastel) hingga nasi goreng dan ayam lalapan. Minuman pun beragam mulai dari es kelapa muda, es cendol, es dawet, bubur kacang ijo, es teler hingga pisang ijo. Menyaksikan jajanan pasar dan minuman yang dijual membuat saya teringat pada bulan ramadan karena biasanya saya baru bisa melihat jajanan dan minuman tersebut dijual secara bersamaan di bulan ramadan. Saat pandemi lalu, gak perlu menunggu ramadan untuk menikmati semua itu karena semuanya dijajakan setiap hari di medsos oleh teman-teman saya.

Bahkan ada sahabat saya yang awalnya cuman hobby aja membuat kue dan bolu, sejak pandemi lalu dia memutuskan untuk mengembangkan sayap membuka pesanan kue tart dan buket bunga sebagai kartu ucapan selamat pada perayaan hari-hari besar nasional. Kini pelanggannya semakin banyak dan usahanya semakin maju.

buket bunga yang saya pesan dari teman yang saya maksud


- Pernak-pernik

Gak cuma di bidang kuliner, beberapa teman juga memutuskan untuk membuka usaha pernak-pernik. Salah satu rekan, memutuskan untuk membuka usaha dengan memanfaatkan hobbynya yang suka membuat pernak pernik. Dia gak nyangka, ternyata hobby-nya itu bisa dimonetisasi alias mendatangkan pundi-pundi rupiah yang bisa menggendutkan rekening banknya, hehehe. Saat membawa hasil karyanya ke kantor, banyak teman-teman yang tertarik dan membeli. Adapun hasil karyanya adalah gantungan handphone, cincin, kalung gelang dan beberapa pernak-pernik lain. 

Hasil karya rekan saya ini gak kalah bagus dari oleh-oleh yang biasanya saya dapatkan dari teman yang baru pulang traveling dari kota-kota wisata yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Saya yakin, bila diseriusi, misalnya dengan menambah modal untuk usahanya ini, teman saya bisa mendapatkan omset yang lebih besar dari yang saat ini dia dapatkan.

Dan setelah melihatnya, saya yang juga nyambi sebagai blogger, jadi tertarik ingin menggali potensi lain yang saya miliki dan kemudian mengembangkannya menjadi usaha yang menghasilkan. Mba Travel Blogger Medan, apakah gak tertarik mengembangkan potensi yang dimiliki kemudian mencoba usaha yang bisa menghasilkan kayak gini? Yuk sama-sama kita mencoba 😉

Baca Juga: Nabung Setiap Hari? Insyaallah Bisa!

- Fashion

Salah satu teman SMA saya juga membuka usaha fashion yaitu menjual busana muslim mulai dari kaos kaki, legging, gamis dan tunik kaki hingga hijab. Dia  mendesain sendiri hijab yang dijualnya dan hasilnya memang terlihat lebih eksklusif. Usahanya ini sudah memiliki pelanggan tetap yang bukan cuman dari Kota Baubau saja melainkan dari beberapa kabupaten di sekitarnya.

**

Itulah beberapa jenis usaha yang dijalankan oleh teman-teman saya selama masa pandemi lalu dan usaha tersebut masih bertahan hingga kini. Saya ikut bahagia melihat progress usaha mereka yang semakin maju.

Seminggu yang lalu saya bertemu teman SMA yang punya usaha fashion yang saya tulis di atas. Dia berbagi cerita tentang perjalanan usahanya, bahwa usaha yang dirintisnya tersebut tidak akan semaju sekarang bila tidak mendapatkan dukungan dana dari Bank BRI melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurutnya, tambahan modal dari Bank BRI adalah salah satu yang membuat usahanya bisa sebesar dan sesukses sekarang. Dia juga bercerita bahwa sekarang BRI sudah lebih maju dibanding saat kami masih sekolah dulu karena sudah ada Digitalisasi BRI.

Mendengar ceritanya, saya pun teringat dengan rekan saat masih bekerja di perusahaan pembiayaan dulu. Rekan tersebut juga mendapatkan bantuan dana melalui KUR dari Bank BRI dan kini ia telah berhasil membuka showroom mobil bekas yang cukup besar di Kota Baubau.

Baca Juga: Contoh Surat Resign

Melihat perkembangan pesat usaha dua orang yang saya kenal setelah mendapatkan dukungan modal dari BRI, saya simpulkan bahwa kalimat "BRI Untuk Indonesia" itu memang nyata adanya. Bank BRI adalah Pahlawan UMKM karena BRI memberdayakan Ultra Mikro dan UMKM Indonesia. 

Keren nih BRI! Teruslah membantu pengusaha UMKM Indonesia! 💪

Share
Tweet
Pin
Share
No Comments



Kurang Lebih empat tahun lalu, wajah adik lelaki saya membengkak dan menghitam. Saya kaget karena saat terakhir bertemu dengannya, kondisi wajahnya tidaklah seperti itu. Saat saya tanya mengapa wajahnya bisa begitu? Dia juga tidak tahu jawabannya. Yang dia katakan adalah sejak wajahnya seperti itu, ia juga mulai sering mati rasa, bahkan saat jarinya luka dan tersengat api, ia tidak merasakan sakit.

Jawabannya membuat saya khawatir. Saya langsung menyarankan agar ia segera ke dokter tapi saat itu saya bingung menyarankan ke dokter apa. Saya cuman bilang agar ia segera ke puskesmas untuk memeriksakan kondisinya. Ia tak menolak tapi juga tidak mengiyakan. Saya asumsikan, ia mungkin sedang berpikir harus ke dokter apa.

Baca Juga: Minyak Gosok Andalan

Beberapa hari berikutnya, ia minta ditemani ke dokter spesialis kulit dan kelamin (SPKK). Saya heran kok ke dokter kulit? Ia cuman menjawab bahwa sepertinya yang bisa mendiagnosa penyakitnya adalah dokter SPKK. Dan benar saja, setelah memeriksa dan mewawancarai adik saya, dokter mendiagnosa adik saya terkena kusta. Beliau langsung merujuknya melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa, dan setelah hasil labnya keluar, memang benar adik saya positif terkena kusta.

Jujur saja, saat pertama kali mendengarnya terkena kusta, hati saya menangis. Kok bisa adik saya yang pembersih, rajin perawatan (bahkan ia lebih rajin perawatan kulit dibanding saya), punya impian untuk traveling keliling Indonesia harus terkena penyakit ini? Penyakit yang memiliki stigma buruk di masyarakat? Huhuhu. Dan seperti yang saya duga, adik saya sangat terpukul. Apalagi dokter menyatakan bahwa ia harus menjalani pengobatan secara rutin selama setahun. Membayangkannya saja sudah membuat mentalnya down, sedih dan takut.

Dokter SPKK langsung memberi rujukan untuk mengambil obat kusta di salah satu puskesmas di Kota Baubau. Dalam menjalani pengobatannya, saya melihat perjuangan adik saya yang lumayan berat. Syukurlah di puskesmas tempatnya mengambil obat ia bertemu perawat dan pengelola program kusta yang friendly dan hangat. Setiap adik saya datang mengambil obat, si perawat selalu memberi semangat agar adik saya sabar menjalani pengobatannya. Si perawat juga menjelaskan hal-hal tidak mengenakkan yang akan terjadi di tubuh adik saya selama menjalani pengobatan sehingga ketika hal tidak mengenakkan itu dialami, adik saya sudah tahu dan tidak panik. Sungguh si perawat sangat berperan penting dalam perjalanan pengobatan kusta adik saya.

Si perawat juga menenangkan hati adik saya saat adik saya mengalami perlakuan kurang menyenangkan dari atasan dan rekan-rekannya di kantor. Si perawat mengatakan bahwa mereka itu belum teredukasi mengenai penyakit kusta. Ia meminta adik saya untuk tetap sabar dan terus semangat menjalani perawatan. Si perawat berkata bahwa hal buruk itu tidak akan terjadi selamanya karena usai setahun menjalani pengobatan, insyaallah penyakitnya akan sembuh dan semua akan kembali baik-baik saja.

Mendengar cerita adik saya tentang perawat yang mendampinginya membuat saya terharu dan tenang. Saya semakin yakin adik saya akan tegar menjalani pengobatan dan pada akhirnya sembuh dari kusta karena didampingi oleh perawat yang andal.

Dan setelah perjuangan panjang melelahkan, adik saya berhasil menyelesaikan pengobatannya dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Wajah yang sebelumnya menghitam dan membengkak perlahan-lahan membaik hingga akhirnya warna kulit dan kondisinya kembali seperti semula dan alhamdulillah kini ia telah menikah dan memiliki anak.

Setelah membersamai perjalanan adik saya dalam menjalani pengobatan kusta, saya berkesimpulan bahwa selain semangat, kesabaran dan kegigihan pasien, perawat dan pengelola program kusta memegang peranan penting dalam pengobatan dan penyembuhan pasien kusta. Angkat topi buat para perawat dan pengelola program kusta, kalian adalah pahlawan.

Ratna Indah Kurniawati, Melawan Dusta Kusta

pic source: youtube wartabromo tv


Dan ngomong-ngomong tentang perawat dan pengelola program kusta, saya juga mengenal satu sosok yang sangat menginspirasi, Namanya adalah Ratna Indah Kurniawati, seorang perawat di Puskesmas Grati Pasuruan yang sejak tahun 2008 mendedikasikan diri untuk merawat pasien kusta sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait fakta dan mitos tentang penyakit kusta.

Data WHO yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar jumlah kasus kusta di dunia membuat Ratna semakin termotivasi untuk mengedukasi masyarakat. Beliau tidak hanya mengedukasi secara teori, tapi juga melakukan hal yang menyentuh sisi emosi masyarakat. Selain memberikan bantuan pengobatan dan pengetahuan kepada penderita kusta, Ratna juga melakukan pendekatan sosial, salah satunya dengan berkunjung ke rumah-rumah warga mengajak mereka berkumpul dan memberi edukasi tentang kusta. Ratna bahkan tak segan makan bareng dengan penderita kusta, beliau menjelaskan bahwa penularan kusta itu tidak instan layaknya penularan flu.

pic source: youtube wartabromo tv


Tidak hanya itu, Ratna juga membimbing para penderita kusta agar dapat hidup mandiri. Ia memberikan pelatihan dan motivasi agar mereka memiliki usaha sendiri. Salah satu orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) yang kini sudah berhasil hidup mandiri adalah Pak Amat yang menderita kusta sejak tahun 1997. Pak Amat kehilangan jari-jarinya akibat penyakit kusta yang membuatnya hanya bisa bekerja serabutan dan menggantungkan hidup pada orang tuanya. Syukurlah, berkat bimbingan Ratna, Pak Amat kini punya usaha sendiri yakni beternak jangkrik. Dari usahanya ini, ia bisa menghasilkan 26 kg jangkrik setiap bulan yang bisa dijual dengan harga Rp. 20rb – Rp. 30rb per kg.

Menurut Ratna, banyak orang yang berlaku diskriminatif pada penderita kusta karena minimnya edukasi. Masih banyak orang yang belum paham bahwa penularan kusta tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan perlu waktu bertahun-tahun. Stigma buruk masyarakat terhadap kusta memang jadi pe er untuk kita semua. Masih banyak masyarakat bahkan yang berpendidikan tinggi (salah satunya atasan adik saya) yang menganggap kusta sebagai penyait kutukan dan penderitanya harus dikucilkan.

Dibutuhkan kerjasama dari pemerintah, berbagai elemen seperti masyarakat yang terdiri dari beragam profesi, serta komunitas agar edukasi tentang kusta dapat menyentuh semua kalangan, karena sama seperti kita, penderita kusta dan OYPMK juga berhak mendapat perlakukan yang sama. Penderita kusta bisa sembuh, hidup normal dan terus berdaya.

Sebagai blogger, kita juga bisa menulis artikel tentang edukasi kusta ini. Saya yakin, bila blogger seluruh Indonesia bersatu dimulai dari blogger Aceh, Blogger Semarang, Blogger Sulawesi, Blogger Kalimantan hingga blogger Papua menulis tentang kusta, akan semakin banyak masyarakat yang ngeh dan sadar bahwa penderita penyakit ini butuh dukungan kita semua.
Share
Tweet
Pin
Share
8 Comments

 



Setelah lumayan lama berpikir, beberapa hari lalu akhirnya saya beranikan diri checkout retinol yang udah lumayan lama nangkring di keranjang belanja salah satu ecommerce andalan. Seperti yang saya tulis di artikel ini, salah satu yang pengen banget saya coba namun masih takut saya lakukan adalah memakai retinol.

Setelah berusaha meyakinkan diri bahwa wajah ini udah sangat membutuhkan benda yang satu ini, plus meyakinkan diri wajah saya gak bakalan kena purging, akhirnya tangan ini gak ragu lagi menekan tombol checkout tepat H-3 lebaran.

Dan setelah beberapa hari menunggu kedatangannya yang telat banget, akhirnya retinol yang saya tunggu-tunggu itu datang juga. Penasaran dengan penampakannya? Ini nih benda yang sempat bikin saya overthinking karena si kurir telat nganterin ke rumah. 

retinol pertama yang saya coba, hehehe

Oh iyaa, mungkin teman-teman akan bertanya. Mengapa saya memilih merk ini? Bukan merk lain yang sedang viral? Jawabannya simpel, karena ini adalah retinol yang paling murah dan ongkirnya gratis, hahaha sungguh alasan yang sangat mengutamakan aspek ekonomi yaa 😝😆

Ehh gak ding. Alasan sebenarnya adalah karena pengen aja beli yang ini. Saat melihat-lihat koleksi retinol yang dijual di salah satu toko favorit, hati saya langsung klik sama merk ini. Setelah klik, baru deh cari tahu review-nya dan ternyata lumayan bagus, jadi mantaplah hati ini untuk memilihnya.

Semoga setelah memakainya nanti kondisi wajah saya jadi lebih baik. Saya sadar, berharap pada retinol doang tentu gak akan bisa membuat wajah lebih sehat bila tanpa disertai dengan kebiasaan merawat wajah dengan rutin.

Harapan saya semoga dengan adanya retinol ini saya jadi lebih semangat lagi skincare-an, agak masalah-masalah di wajah ini bisa terhempas manja.

Kalo kalian gimana gaes? apakah udah mencoba retinol juga?

Share
Tweet
Pin
Share
8 Comments
Newer Posts
Older Posts

About me


Hai, Saya Ira. Pemilik sekaligus penulis blog ini. Jika ada pertanyaan  sehubungan dengan tulisan saya atau ingin menjalin kerjasama, silakan  hubungi saya melalui email di  wewahyu2011@gmail.com

Lets's Be Friends

  • facebook
  • Instagram
  • twitter

Followers

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (2)
      • Teka Teki Silang
      • Bukan Dejavu
  • ►  2024 (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2023 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2022 (51)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (9)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)

Labels

#Trending A Day In My Life All About Women Beauty & Healthy Collaboration Cuap-cuap Hikmah Of Blablabla Honest Review In My Opinion Info Kece Relationship Tips & Trick ❤️ Produk Indonesia

Total Tayangan Halaman

Recent Comments

`

Recent Posts

Popular Posts

  • Layangan Putus
  • Saat Mimpi Tak Dapat Diraih
  • Review Tokyo Night Deodorant Roll On
  • Minyak Gosok yang Ada di Rumah Kami
  • Hempaskan Virus KDRT Sejak Belum Menikah

Member Of




Created with by BeautyTemplates