Banua Mayana Waira

jejak kata dan sisi lain blogger perempuan dari buton tengah

facebook twitter instagram youtube
  • Home
  • About Me
  • Another Blog
    • First Blog
    • Second Blog
  • Disclosure

 

"Dejavu adalah perasaan atau pengalaman bahwa sesuatu yang sedang terjadi saat ini (padahal sebenarnya belum pernah terjadi atau baru pertama kali dialami) terasa familiar atau sudah pernah terjadi sebelumnya"


Sebenarnya agak bingung mau kasih judul apa untuk tulisan ini. Agak berat untuk menuliskannya karena cukup menguras emosi, namun kok pengen juga ikut nimbrung tentang ini. Saat menulisnya, saya harus menghela nafas berkali-kali, mencoba merangkai kembali memory yang hampir terlupa namun kemudian perlahan-lahan muncul karena adanya berita viral yang serupa.

Saat melihat gambar ibu dan anak di atas, teman-teman mungkin udah bisa menebak saya akan menulis tentang apa. Yap, tebakan teman-teman benar, yang akan saya tuliskan adalah tentang berita duka yang menimpa empat anak balita yang meninggal terbakar di rumahnya dikarenakan ditinggal ibunya pergi beli makanan hingga tiga jam lamanya.

Saya gak akan menghakimi si ibu. Saya udah cukup kenyang melihat dan membaca ratusan komentar netijyen maha sempurna yang mengutuk perbuatan si ibu yang memang salah banget meninggalkan anak-anaknya yang masih sekecil itu di dalam rumah tanpa pengawasan orang dewasa di banyak platform sosial media. Sungguh, hati saya sedih banget melihat begitu banyaknya berita duka ini di-share sehingga membangkitkan kembali ingatan pedih yang saya pikir udah terlupa namun ternyata masih tersimpan di ingatan.

Saya juga gak akan menuliskan opini dan pendapat saya terkait tindakan ibu korban dan juga gak akan mempertanyakan kemana ayah anak-anak malang itu (walau hati saya tetap berontak ingin tahu keberadaannya). Kok bisa ibu dengan usia semuda itu harus merawat cukup banyak anak yang masih kecil-kecil tanpa ayah anak-anak di sampingnya 😔

Dan karena judul tulisan ini adalah "Bukan Dejavu", maka yang akan saya ceritakan pada tulisan ini adalah bahwa puluhan tahun silam, kejadian serupa pernah terjadi. Dan sedihnya, itu dialami oleh tetangga yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah kami. Saya lupa kapan persis kejadiannya, yang saya ingat itu terjadi pada tahun 2000-an karena saat itu saya udah SMA (tapi lupa saya kelas berapa).

Ceritanya hampir mirip. Anak-anak ditinggalkan oleh ibunya di dalam rumah dan terjadilah kejadian nahas itu. Bedanya, dulu si ibu mengunci anaknya di dalam kamar bukan untuk membeli makanan melainkan untuk nonton sinetron ke rumah tetangga (saat itu, belum semua rumah punya televisi, jadi masih sangat lumrah bila orang-orang pergi menonton televisi di rumah tetangganya, termasuk kami).

Malam yang tenang tiba-tiba menjadi heboh lantaran munculnya kobaran api dari sebuah rumah lantai dua. Kami yang sedang asyik nonton sinetron Bidadari di rumah tetangga langsung keluar dan berkumpul. Sebagian ada yang menuju TKP, sebagian lagi pulang ke rumah masing-masing mengamankan barang berharga, takut kobaran api tak terkendali dan kemudian menjalar ke rumah lain.

Saya dan beberapa teman bergerak menuju TKP dan sesampainya di sana kami menyaksikan kobaran api yang udah sangat besar. Api dengan ganasnya membakar habis rumah dua lantai yang sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu itu. Di tengah kobaran api, terdengar bunyi ledakan yang sangat besar (huhuhu di situlah saya mendengar bahwa sebenarnya di dalam rumah yang terbakar itu ada tiga orang anak yang terkunci di dalam kamar, Ya Allah saya langsung lemas 😭). Saya langsung merasa ngeri dan ketakutan. Seketika saya langsung pulang ke rumah karena gak tahan berlama-lama di TKP.

Entah jam berapa api berhasil dipadamkan. Menurut info, ibunya menangis meraung-raung dan beberapa kali pingsan mengetahui ketiga buah hatinya meninggal karena keteledorannya. Niatnya mengunci anaknya di dalam kamar agar anaknya segera tidur namun siapa yang menyangka ternyata ketiganya masih ingin bermain dan sialnya mainan yang mereka mainkan mengenai lampu minyak yang menjadi alat penerangan di dalam kamar tersebut. Ditengarai, lampu minyak inilah penyebab kebakaran terjadi. Lampunya tersenggol, minyaknya tertumpah dan mengenai benda yang mudah terbakar dan duaaarrr terjadilah hal mengerikan itu 😭

Akibat kejadian itu, saya diserang ketakutan setiap hari selama beberapa waktu. Saya takut masuk ke dalam kamar sendirian. Saya merasa pengap dan susah bernapas saat lampu kamar dipadamkan. Bunyi ledakan yang saya dengar di tengah kobaran api itu selalu datang menghantui, huhuhu 😭. Saya yang biasanya selalu lewat di belakang TKP setiap kali ke sekolah, mulai mencari jalan lain. Gak sanggup rasanya melihat rumah yang tersisa puing-puing itu 😢 

Ketakutan itu baru perlahan-lahan menghilang saat saya meninggalkan kampung halaman dan pergi merantau untuk kuliah.

---


Duh, maafkan karena memilih menulis ini sebagai artikel comeback setelah beberapa bulan gak nulis 🙏. Entah mengapa, melihat berita menyedihkan itu berseliweran di beranda sosmed, menuntun saya untuk membuka dashboard blog ini untuk menulis kisah serupa.

Semoga terpublishnya artikel ini menjadi pertanda aktifnya kembali saya menjadi blogger 💪

Share
Tweet
Pin
Share
10 Comments

Yuhuiii kembali lagi dengan tulisan tentang thrifting, hahaha. Artikel ini adalah lanjutan dari artikel tempo hari. Di artikel itu saya bilang akan menuliskan kekurangan beli barang thrift, namun kali ini saya gak hanya akan menulis kekurangannya aja tapi masih ditambah lagi dengan tips-tips yang saya terapkan saat membeli barang thrift agar mendapatkan barang yang bagus, berkualitas namun dengan harga murah.

Baiklah, untuk mempersingkat waktu (tsah 😅) kita masuk saja pada topik pertama yakni kekurangan membeli barang thrift. Apa sajakah itu? Beberapa kekurangan beli barang thrift yang saya rasakan adalah:

👉 Tampilan barangnya tidak 100% seperti yang kita mau (seperti barang baru)

Namanya juga barang bekas, pasti ada bekas pakai dari pemilik terdahulu jadi kita gak boleh berharap barangnya memiliki kualitas 100% seperti yang kita mau. Sebagus-bagusnya barang thrift, pasti ada minusnya, bahkan yang masih ada tag-nya sekalipun, bila diperhatikan dengan seksama, pasti ada aja kekurangannya, entah warnanya mulai pudar atau ada reject misal bolong atau noda setitik.

👉 Butuh effort yang lebih besar sebelum memakainya

Setelah membeli baju thrift, ada banyak langkah yang harus dilakukan sebelum memakaianya dibanding saat membeli baju baru.  Bila membeli baju/pakaian baru, sebelum dipakai, kita cukup mencuci dengan cara merendam dan dikucek-kucek manja atau langsung dimasukkan ke mesin cuci lalu disetrika dan langsung dipakai. Sangat berbeda saat kita membeli pakaian thrift, sebelum dipakai, kita wajib merendamnya dengan air panas terlebih dahulu supaya kuman-kumannya mati, dipakaikan penghilang noda lalu diteruskan dengan mencucinya seperti mencuci pakaian biasa, setelah itu masih harus disetrika lagi agar lebih afdol. Tahapan pencuciannya lebih panjang dibanding membeli baju baru.  Jadi bisa disimpulkan, membeli barang thrift harus siap dengan kerempongannya yaa cyiiint, hahaha 😂

👉 Butuh ketelitian ekstra

Saat memilih barang thrift, kita diwajibkan untuk teliti. Emang sih, saat belanja barang baru pun kita harus teliti, namun membeli barang thrift, ketelitiannya harus lebih ditingkatin lagi, hehehe. Teliti melihat warna baju, apakah warnaya masih pekat ataukah udah sedikit pudar, teliti memperhatikan apakah ada noda (kalo ada noda, apakah noda tersebut bisa hilang atau permanen?), teliti melihat jangan sampe ada yang robek atau lepas jahitan. Sangat berbeda ketika membeli baju baru yang udah pasti good condition.

Baca juga: Lapar mata

👉 Barang yang dibeli belum tentu asli

Bila kita pandai memilih, kita akan mendapatkan barang-barang bermerk dengan harga sangat miring di thrifting. Namun semua itu gak menjamin apakah barang bermerk tersebut adalah asli. Ini berlaku untuk barang-barang fashion seperti sepatu dan tas. Walau di produknya udah tertulis jelas merk dan nomor serinya, namun pedagang thrift biasanya gak bisa menjamin barang yang dijual tersebut authentic, biasanya mereka cuman bilang asli dari bal. Namun meski begitu, menurut saya, barang kawe di thrifting (apalagi dari luar), kualitasnya jauh lebihh bagus dan bakalan tetap awet dipakai dalam jangka waktu lama dibanding barang imitasi yang diproduksi lokal yang dijual dengan harga murah. 

sepatu hitam hak tahu merk dusto yang saya beli secara online seharga 50K

Itulah beberapa kekurangan membeli barang thrifting menurut saya.  Namun jika dicompare dengan harganya yang jauh lebih murah, rasanya kekurangan ini masih bisa ditolerir lah yaa, hehehe 😁✌

Lalu hal-hal apa sajakah yang saya lakukan untuk mendapatkan barang thrift kualitas bagus dengan harga murah? Berikut ini beberapa hal yang saya lakukan:

💧 Beli pada penjual yang sedang bongkar bal baru

Bila ingin mendapatkan barang thrift yang masih bagus dan berkualitas, biasanya saya beli saat penjualnya bongkar bal (karung tempat menyimpan barang thrift) baru. Saat bal baru dibuka biasanya barang-barangnya itu masih banyak yang bagus dan bila beruntung kita bia mendapatkan barang like new. Kita masih punya banyak pilihan barang yang bisa dibeli. Kekurangan membeli saat bongkar bal baru adalah harganya  masih lumayan mahal alasannya karena penjual belum balik modal.

 💧 Beli pada penjual terpercaya

Saya selalu membeli thrifting pada toko yang kredibilitasnya oke. Ini yang saya lakukan saat membeli barang thrift secara online. Saat berbelanja di toko orens atau toko hitam, saya pilih penjual yang reputasinya oke, hal ini bisa dikenali dari jumlah penontonnya saat live dan juga interaksi obrolan saat live sedang berlangsung. Apabila penontonnya terlihat akrab dengan penjual akan meningkatkan rasa percaya saya kepada tokonya. Membaca obrolan antar penonton atau penonton dengan host itu bisa menjadi pengobat stress, apalagi bila obrolannya kocak, jadi makin betah deh nontonnya 😃. Ada beberapa penjual thrift di ecommerce yang recommended, yang barang-barangnya bagus dan harganya murah 👍

💧 Beli pada penjual yang sedang sale

Ini yang paling sering saya lakukan karena harga barangnya udah terjun bebas. Barang yang dijual ini biasanya udah sisa (namun masih banyak yang bagus). Dijual murah karena penjual udah balik modal dan udah bongkaran bal baru lagi. Ibarat kata, barang-barang ini dijual untuk ngosongin stok. Biasanya, barangnya dijual dengan cara digelar di atas tikar/terpal (kalo di pasar tradisional) jadi pembeli bisa duduk santai memilih barang yang disukai. Jujur aja, saya lebih suka memilih dengan cara duduk santai seperti ini dibanding harus berdiri melihat-lihat barang yang digantung atau dipajang di etalase.

murah meriah tapi tetap keren dipakai 😀

Itulah beberapa kekurangan barang thrifting sekaligus tips and trick yang biasa saya lakukan untuk mendapatkan barang thrifting kualitas bagus oke dengan harga miring. 

Dan ngomong-ngomong tentang thrifting, ada funfact yang ingin saya ungkapkan di kesempatan ini yakni sebenarnya saya merasa malu dan tidak percaya diri untuk menulis tentang kebiasaan nge-thrift ini, namun karena banyak content creator di tiktok yang suka membuat konten tentang kebiasaan mereka nge-thrift, akhirnya saya terinspirasi untuk membuat konten serupa, bedanya mereka buat dalam bentuk video, sedangkan saya sebagai seorang lifestyle blogger membuat konten dalam bentuk artikel, hehehe😃 

Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Setahun belakangan saya punya kebiasaan baru. Ada yang bisa tebak? Kebiasaan baru saya adalah seperti yang tertera di judul yakni trifting alias suka banget beli baju RB (rombengan) alias baju mantan atau baju bekas, hahaha 🙈

Sebenarnya, ini bukanlah kebiasaan baru sih melainkan melanjutkan kebiasaan yang sempat mati suri. Ya, sejak dulu, saya memang suka beli baju rombengan. Saat kuliah, baju kemeja putih yang saya pakai ke kampus itu adalah baju thrift atau orang Makassar menyebutnya cakar. Tak hanya kemeja putih, beberapa baju kemeja yang saya pakai ke kampus juga saya beli di cakar bongkar di pasar dekat kost-an kami. Baju rumahan? Hohoho jangan ditanya karena hampir semuanya cakar 😄

Baca Juga: Beda Standar

Setelah tamat kuliah, pulang kampung, kerja, menikah dan punya anak sambil belajar parenting, kebiasaan thrifting ini berhenti. Kebiasaan ini baru muncul kembali saat usia anak saya dua tahunan. Penyebabnya adalah karena suami minta dibelikan celana pendek. Lalu saya terkaget-kaget melihat harga celana pendek cowok di pasaran, hahaha. Saya gak nyangka ternyata harga celana pendek cowok di pasar cukup membuat dompet meringis, hingga saya memutuskan untuk membangkitkan kebiasaan lama yakni berburu RB. Bayangkan aja, harga satu lembar celana baru, kita bisa mendapatkan tiga atau empat lembar celana thrift dengan kualitas yang sama. Apalagi suami juga gak keberatan dibelikan thrift, maka bulatlah tekad ini untuk melanjutkan kebiasaan lama saya yang sempat terhenti.

Lalu sejak saat itu, saya mulai thrifting lagi. Saat masih bekerja di kantor lama di Kota Baubau, hampir setiap minggu saya luangkan waktu untuk thrifting. Saking seringnya, mama sampe komen, akan dikemanakan baju-baju atau apapun yang saya beli itu, hehehe. Kebiasaan saya semakin intens karena di Kota Baubau, ada satu pasar yang memfasilitasi penjual RB ini, namanya Pasar Wameo. Bagi orang Baubau dan sekitarnya, pasar ini identik dengan penjual RB. Ada banyak jenis penjual RB di sini, mulai dari penjual kaos kaki, sepatu, pakaian, aksesoris (tali pinggang, dan kawan-kawannya), tas, seprei, gorden, karpet, kursi hingga kasur spring bed dan busa. Lengkap bangetlah pilihan yang disediakan di sana. 

Setelah pindah ke Buton Tengah, kebiasaan thrifting ini berhenti lagi. Dan dua tahun berikutnya saya kembali membuka hati lagi, hahaha apaan sih udah kayak orang pacaran yang putus nyambung 😆.

Lalu apakah yang membuat saya suka banget membeli barang (khususnya pakaian, tas dan sepatu) thrift? Ini beberapa alasan yang mendasari saya:

👍Harganya murah

Sebagai anak ekonomi, saya mempraktikkan hukum ekonomi dalam dunia thrifting ini, yakni mengeluarkan uang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang oke (ini bisa menghemat pengeluaran). Semua pasti sepakat, barang thrift itu memiliki harga lebih murah dibanding harga barang baru. Dan yang membuat saya lebih suka, walau harganya murah, kualitas barang yang kita dapatkan itu bukan kaleng-kaleng. Mungkin ada teman-teman yang berprinsip, mending beli baru walau harganya mahal daripada murah tapi bekas. Ohoo, prinsip itu jelas bertolak belakang dengan prinsip saya, hahaha. Prinsip saya, kalo ada kualitas bagus dan harga murah, ngapain cari yang mahal shayyy 😝😂

👍 Kualitas jempol

Asal kita pandai memilih, kita bisa banget dapat barang thrift dengan kualitas yang sangat bagus. Sebagai contoh, saya lebih memilih beli sepatu thrift dengan harga 50rb daripada beli sepatu baru dengan harga yang sama. Sepatu baru harga 50rb paling lama dipake enam bulanan aja sedangkan sepatu thrift dengan harga segitu bisa dipakai dua tahunan (ini berdasar pengalaman pribadi). Sepatu kantor thrift yang saya beli seharga 35rb masih saya pakai ke kantor setiap hari hingga saat ini sejak hampir dua tahun lalu.

👍 Model barangnya unik dan gak akan ada (jarang banget) samanya

Alasan lain yang membuat saya suka barang thrift adalah modelnya unik dan hampir gak akan ada samanya. Inilah yang membuat saya percaya diri saat memakai barang thrift. Model bajunya cakep-cakep dan potongannya selalu pas di badan saya ❤️

Baca juga: Lapar Mata

Walau suka barang thrift, saya gak tutup mata, bahwa barang thrift juga memiliki beberapa kekurangan bila dibandingkan dengan barang baru. Tapi di artikel ini saya gak akan menuliskannya, insyaallah akan saya tuliskan di artikel lain soalnya saat ini lagi gak mood bahas yang jelek-jelek, hahaha gak ding alasan sebenarnya adalah karena saat ini saya sedang mulai belajar konsisten lagi untuk nulis di blog setelah sekian lama hiatus. Saya anggap artikel lanjutan nanti sebagai hutang yang harus saya lunasi jadi biar semangat lagi nulisnya, hehehe

hanya kacamata, jilbab dan tas yang bukan thrift yang saya kenakan di gambar ini 😄

Ada satu kebahagiaan yang saya rasakan ketika memakai barang thrift yakni saat orang-orang memujinya dan gak percaya kalo barang yang saya kenakan itu adalah barang thrift. Apalagi bila mereka tercengang saat mengetahui bahwa saya membelinya dengan harga yang sangat murah. Saking penasarannya, mereka sampe tanya tips and trick-nya biar bisa dapat barang bagus dengan harga murah, hahaha 😂

Ohh iyaa, walau saya hobby banget belanja pakaian thrift, ada prinsip yang saya tetapkan dan gak akan pernah saya langgar yaitu gak akan pernah membeli pakaian dalam thrift. Segila-gilanya saya pada thrift, untuk underwear saya gak akan pernah membeli yang bekas. Rasanya badan ini gak sanggup memakai pakaian dalam yang udah pernah dipakai orang lain. Membayangkannya saja ku tak sanggup 🙈

Selain pakaian dalam, peralatan elektronik (kecuali TV yang saya beli dari sahabat  tahun 2012 lalu - alhamdulillah TVnya masih bagus sampe saat ini) juga saya putuskan untuk tidak membeli yang bekas, saya prefer membeli yang baru, selain dapat garansi, rasanya lebih tenang pake elektronik baru, hehehe

Tapi kan barang thrift itu ilegal? Buktinya dulu sempat dilarang pemerintah. Hmmm untuk yang satu itu saya no comment yaa soalnya di daerah kami, penjual barang thrift ini menggelar lapaknya secara terbuka di pasar-pasar yang mudah diakses semua orang termasuk aparat kepolisian namun hingga saya menulis artikel ini, belum ada larangan atas kegiatan ini jadi saya asumsikan kegiatan jual beli barang thrift itu legal ✌️

Kalo Mama Rani dan teman-teman lain, gimana pendapatnya tentang thrifting ini? Apakah masuk dalam kelompok orang yang suka seperti saya? Atau masuk kelompok yang lebih suka beli barang baru? Share pendapatmu di kolom komen yaa 😉

Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Sebelum ada yang bertanya siapa gerangan si Lina Mukherjee ini, akan saya beritahukan kepada kalian semua, gaes. Doi adalah salah satu artis tiktok yang sosoknya tuh kontroversial bukan karena prestasi yang ia torehkan melainkan karena body dan cara berpakaiannya yang menurut banyak orang "di luar batas kewajaran". 

Baca juga: Sosok unik dan lucu yang muncul di fyp tiktok saya

Pertama kali sosoknya muncul di fyp tiktok saya dengan pakaiannya yang "yaa gitu deh", saya shock dan bertanya-tanya, kok bisa ada orang seberani ini tampil di publik dengan pakaian yang gak pantas seperti itu? Saya bingung, apakah gak ada orang di sekitarnya yang mengingatkannya bahwa cara berpakaiannya itu gak lazim? Atau mungkin orang di sekitarnya udah pasrah karena doi gak mau terima masukan?

Saking bingungnya, saya akhirnya kepoin profilnya dan menonton beberapa videonya. Setelah menonton videonya saya pun mahfum dengan apa yang terjadi, saya simpulkan sepertinya dia memang agak susah menerima kritik dan saran dari orang lain.

Walau gak sreg dan agak terganggu dengan cara berpakaiannya, namun saya sedih saat membaca banyak komentar hate speech dan body shaming yang ditujukan kepadanya, makanya saya ikutan senang saat video nge-gym-nya muncul di fyp saya. Saya ikut mengaminkan keinginannya untuk mendapatkan body goal agar orang-orang berhenti menghina fisiknya.

Baca juga: Berat badan yang mulai meresahkan

Berita tentang kedekatannya dengan Saipul Jamil juga sempat mewarnai fyp tiktok saya, namun berita itu gak bertahan lama. Entah bagaimana hubungan mereka saat ini, saya gak tahu lagi perkembangannya. Duh, jangan-jangan nanti ada yang bepikir saya fansnya Lina Mukherjee lagi, hahaha 😂🙈. Gak lah yaa, saya tahu beritanya karena videonya rajin banget muncul di fyp, jadi saya agak sedikit tahulah perkembangan beritanya. 

Setelah itu video Lina gak pernah muncul lagi di fyp saya, mungkin karena fyp saya dipenuhi berita tentang Selena Gomez vs Kylie Jenner & Hailey Bieber yang keseruannya mengalahkan sinetron itu. Hingga beberapa hari lalu doi kembali muncul dan membuat heboh dengan mengupload videonya makan babi.

Saat videonya muncul di fyp saya, saya sih biasa aja. Karena doi seorang influencer jadi saya pikir mungkin ini salah satu cara yang ia lakukan agar dapat panggung dan dibahas lagi sama netijen, makanya reaksi saya B aja. Menurut saya, selama videonya gak mengganggu yaa udah gak perlu dibahas apalagi diperpanjang, ntar dia kesenangan lagi 😌. Namun rupanya tanggapan saya berbanding terbalik dengan netijyen di luar sana. Mereka gak terima dengan video tersebut dan munculah banyak video yang menanggapi video Lina ini. Saya yang awalnya gak mau menulis tentang ini, akhirnya jadi ketrigger pengen bahas doi juga deh, hahaha dasar labil kamu, Ra! 😅

Lina yang diketahui beragama islam, dinilai gak pantas makan babi apalagi sampe direkam dan disebarluaskan ke khalayak ramai. Menurut netijyen yang terhormat, Lina udah melecehkan agama islam. Beragam tanggapan kontra muncul, mulai dari yang bahasanya biasa aja sampe yang bahasanya setajam silet dan menusuk ke ulu hati karena penuh hate speech dan body shaming.

Baca Juga: 3 Jenis live tiktok yang annoying

Selain heboh di tiktok dan sosmed lainnya, rupanya berita viral ini sampai juga ke telinga seorang ustadz bernama M Syarif Hidayah, SH yang tinggal nun jauh di Sumatera Selatan sana. Beliau gak terima dan langsung melaporkan Lina ke Polisi. Lina dinilai melakukan tindakan penistaan agama di kontennya. Menurut si ustadz, tindakan Lina salah karena mencampuradukan konten sara dan keimanan.

Lalu bagaimana tanggapan saya tentang pelaporan ini? Kalo boleh jujur, saya agak menyayangkan pelaporan ini. Menurut saya, harusnya Lina jangan buru-buru dilaporkan ke polisi melainkan diberi nasehat dan siraman rohani terlebih dahulu bahwa tindakannya itu keliru karena melanggar akidah. Namun si ustadz juga mungkin udah tahu watak Lina yang agak susah menerima kritik dan saran, jadi langsung menempuh jalan ini. Semoga aja setelah kejadian ini Lina bisa lebih bijak memposting video.

Saat ini mungkin Lina sedang menyesali keputusannya mengupload kegiatannya makan daging babi itu. Sebagai seleb tiktok yang punya banyak followers dan keberadaannya juga mulai diperhitungkan di layar kaca, wajar bila saat ini ada rasa takut kehilangan popularitasnya. Semoga setelah ini doi gak mengulangi kejadian serupa karena dapat menghambat perjalanan karirnya yang masih panjang.

Dan buat netijen yang marah dengan ulah Lina yang melanggar akidah ini, kalian boleh kok memberikan tanggapan, tapi kalimatnya tolong djaga dong, gak perlu mencaci maki dan menghina fisik Lina, toh Lina lah yang menanggung dosa akibat perbuatannya itu. Semoga Lina dan kita semua bisa mengambil hikmah dari kejadian ini agar sebelum memposting sesuatu di medsos harus dipikir matang-matang, jangan hanya karena mengejar #trending dan ingin viral kita sampai mengabaikan logika dan melanggar akidah.

Gimana tanggapan kalian tentang kasus Lina Mukherjee ini, gaes?

Share
Tweet
Pin
Share
35 Comments

Bingung mau bahas apa. Setelah saya pikir-pikir baiknya bahas yang sesuai judul aja kali yaa, kebetulan banget hari ini sunscreen saya baru aja habis dan saya menyadari bahwa sunscreennya udah benar-benar habis tuh nanti tadi pagi sesaat sebelum ke kantor, dipencet-pencet kok gak keluar isi sunscreennya, padahal saat itu saya sedang buru-buru karena ada kerjaan yang mesti diselesaikan di kantor.

Untunglah saat mengalami kejadian gak mengenakkan ini saya ingat kalo masih punya stock sunscreen yang saya beli beberapa bulan lalu. Hmmm lega banget rasanya. Gak kebayang bila tadi pagi saya gak punya stock sunscreen, pasti bakalan stress dan pusing banget, mau beli ke toko kelontong tempat biasa kami belanja, di sana gak jual sunscreen. Mau ke supermarket, tempatnya jauh, butuh waktu beberapa menit untuk sampai ke sana itupun baru bisa ke sana pas malam hari karena suami baru bisa nganterin jam segitu.

Baca Juga: Mau Tapi Takut

Memang sebelumnya gak nyadar kalo kemasan sunscreennya udah hampir kosong, Neng? Sebenarnya sejak seminggu lalu saya udah sadar sih, udah kepikiran juga mau beli sunscreen via online, tapi entah mengapa saya kok lupa-lupa terus untuk check out sunscreen yang udah duduk manis dalam keranjang belanja itu hingga sampailah di saat sunscreen benar-benar tamat riwayatnya, pagi tadi.

Ternyata yaa, ada manfaatnya juga hobby saya nyetok persediaan ini. Jadi, bukan cuman kebutuhan anak misal susu, diapers, tissu, perlengkapan mandi anak-anak, tapi barang-barang kebutuhan mandi dan cuci mencuci serta beberapa produk skincare juga suka saya stok di rumah. Hal ini saya lakukan karena khawatir bila sewaktu-waktu kebutuhan itu habis dan dana untuk membeli barang-barang itu udah digunakan untuk membeli keperluan lainnya (yang tak terduga), saya pasti bakalan kewalahan, makanya agar gak mengalami hal itu biasanya saat belanja bulanan saya selalu beli banyak buat stok, apalagi bila saat itu harga barang-barang itu sedang diskon, wahh makin kalap saya belinya, hahaha. Tolong jangan ditiru yaa, ini adalah kebiasaan buruk yang gak pantas dibanggakan, huhuhu 😭

Baca Juga: Lapar Mata

Kebiasaan nyetok ini udah dimulai sejak saat masih kuliah dulu. Jadi, saat dapat kiriman uang bulanan dari orang tua, yang pertama saya lakukan adalah belanja barang kebutuhan mandi dan mencuci, termasuk di antaranya pembalut dan produk skincare juga, tapi tentu saja setelah membeli mi instan, beras dan telur, hehehe. Saya kepikiran buat stok kebutuhan mandi dan mencuci ini karena pernah melihat salah satu teman kost yang suka meminta sabun atau barang lain pada teman-teman kost lainnya, makanya saya langsung bertekad agar jangan sampai menjadi seperti dia dan cara yang terpikirkan adalah menyetok barang-barang itu. Saya gak mau minta atau pinjam barang teman karena kondisi keuangan teman juga belum tentu lebih baik dari saya, toh kami sama-sama perantau yang mengharapkan kiriman uang bulanan dari orang tua. Cukup orang tua aja yang saya susahin, janganlah lagi ditambah dengan teman-teman kost. Rupanya kebiasaan ini terus berlangsung hingga saya kerja, menikah dan punya anak.

Tapi menurut artikel yang pernah saya baca (lupa judul artikelnya, euy), kebiasaan menyetok barang-barang ini akan membuat kita lebih boros belanja dan cenderung impulsif untuk membeli barang-barang yang kadang gak dibutuhkan, makanya gak disarankan melakukan kebiasaan ini. Cara yang bagus adalah membeli barang apabila barang yang dipakai udah habis terpakai.

Namun sampai saat ini saya masih nyaman melakukan ini (nyetok-red) karena menurut saya lebih praktis dan membuat saya lebih tenang dan gak was-was. Mungkin memang benar apa yang dikatakan artikel itu, dan cara yang saya pilih ini kurang tepat, tapi sampai saat ini saya masih nyaman untuk melakukannya. Mungkin suatu saat nanti saya akan berubah, tapi kayaknya belum saat ini, hehehe

Kalo teman-teman, lebih nyaman nyetok barang atau habis baru beli? Tulis pendapatmu di kolom komentar yaa 😁

Share
Tweet
Pin
Share
20 Comments

Setiap saya membagikan cerita tentang keseharian saya di blog ini, gak sedikit teman-teman yang memuji karena saya tetap aktif nulis padahal punya tiga anak dan tetap ngantor setiap hari. Saya hanya bisa menjawab semua itu bisa terjadi karena saya memiliki support system yang baik mulai dari suami yang pengertian dan gak pernah melarang saya melakukan apapun yang saya mau, kondisi rumah yang santai dan tentu karena memiliki mertua yang sangat pengertian. Fyi, saat ini saya dan suami masih tinggal di rumah mertua.

Baca Juga: Me and My Mom In Law

Dalam menjalani kehidupan saya sebagai working mom, sebenarnya saya itu jarang banget melakukan kegiatan rumah tangga seperti masak, nyuci baik cuci piring maupun cuci baju, nyapu dan kegiatan rumah tangga lainnya, kegiatan rumah tangga yang rutin saya lakukan cuman menyetrika, seminggu sekali. Jadi setelah pulang kantor, yang saya lakukan adalah bersih-bersih badan, main sebentar dengan anak kemudian melakukan hobi saya nonton atau nulis sebelum akhirnya istirahat untuk kembali beraktivitas keesokan harinya.

Dalam hal mengurus anak, suami sangat banyak membantu, dia selalu turun tangan mengurusi keperluan anak-anak. Bila saya gak bisa atau sedang gak sempat melakukannya, biasanya dia yang selalu menggantikan. Suami juga gak ribet masalah makanan. Dia makan apapun yang tersaji di meja makan, kalo pun makanannya gak ada dia akan segera keluar untuk beli makanan jadi atau pesan makanan secara online.

Selain suami yang sangat banyak membantu, mengurus anak juga dibantu mertua. Anak ketiga kami yang baru berusia dua tahun itu bahkan tidurnya udah sama mertua. Doi udah gak mau tidur bareng kami dan maunya cuman sama oma aja, jadi sehari-harinya yaa banyakan sama omanya dibanding sama saya. Jadi waktu saya memang agak lumayan banyak lowong. Sayangnya saya sering didera rasa malas jadinya waktu banyak saya habiskan untuk leyeh-leyeh sambil nonton tiktok atau drama korea.

Baca Juga: Live Tiktok yang Annoying

Ahh jadi ingat saat awal-awal jadi ibu. Suamilah yang lebih telaten ngurus anak. Saya yang sebelumnya gak pernah suka dengan anak kecil apalagi sampe akrab dengan bayi, kaget banget dengan kehadiran anak kami. Sebagai new mom, saya ketakutan menggendong bayi, jadilah si bayi selalu rewel ketika saya gendong. Melihat saya yang kaku kayak kanebo kering, pelan-pelan suami mengajari saya cara menggendong bayi agar si bayi nyaman dan bagaimana mengurus bayi dengan baik hingga saya jadi luwes dan si bayi anteng saat saya gendong.

Saat melahirkan anak kedua dan ketiga pun suami yang paling banyak berperan. Masa-masa awal setelah lahiran, dialah yang lebih banyak begadang, membuat susu dan mengganti popok. Oh iyaa, ketiga anak kami gak ASI eksklusif karena entah mengapa ASI saya susah banget keluarnya, padahal udah coba beragam cara, jadilah anak-anak dibantu sufor.

Sebelum memutuskan menikah, saya dan suami memang mendiskusikan banyak hal, diantaranya adalah setelah menikah saya gak mau diminta untuk berhenti bekerja. Saya juga ngomong bahwa saya adalah perempuan yang gak bisa dipaksa dalam melakukan sesuatu dan saya bukanlah perempuan yang bisa diandalkan dalam mengurus rumah. Bila dia keberatan dengan semua itu, saya gak akan mau menikah dan saya persilakan dia mencari wanita lain. Alhamdulillah ternyata dia gak keberatan, hehehe 😄

Baca Juga: Nasehat Buat Adik-Adik Perempuan yang Belum Bertemu Jodohnya

Setelah menikah, punya anak dan merasakan banyak asam garam kehidupan rumah tangga, saya merasa bersyukur karena langkah yang saya ambil saat pacaran ternyata benar. Saya sulit membayangkan, gimana jadinya bila sebelum nikah saya gak pernah berdiskusi dengan calon suami tentang semua yang saya mau dan hal-hal yang harus kami ketahui tentang pribadi masing-masing dan setelah nikah saya baru tahu ternyata dia adalah lelaki yang suka memaksakan kehendak, suami yang bossy dan pengennya cuman dilayani aja. Kehidupan rumah tangga seperti itu pasti akan sangat berat dan saya kayaknya gak bakalan sanggup menjalaninya karena membayangkannya aja udah ngeri.

Baca Juga: Hempaskan KDRT Sejak Belum Menikah

Karena itulah, menyamakan persepsi sebelum nikah itu penting banget. Menikah bukanlah perkara mudah dan cuman cinta-cintaan doang. Menikah bukanlah sekadar menghalalkan yang haram atau sebagai cara menghindari zina, tapi pernikahan adalah hal yang sangat kompleks, jadi sebelum memutuskan untuk masuk ke gerbangnya, pastikan kita udah "kenal baik" dengan calon pasangan kita.

Menurut saya, dalam pernikahan seharusnya hubungan itu adalah relasi bukan majikan dan pembantunya, bukan pula raja dan hamba sahayanya. Kedudukan suami dan istri itu setara, gak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Karena itulah, segala pekerjaan rumah tangga itu harusnya jadi tanggung jawab berdua, gak ada pengkotak-kotakan tugas, misal tugas suami cuman mencari nafkah aja sedangkan istri tugasnya di rumah ngurus anak dan semua pekerjaan rumah tangga.

Baca Juga: 7 Ciri Lelaki yang Tidak Boleh Dijadikan Suami

Duh, ini kok jadi kemana-mana yaa pembahasannya, udah keluar banget dari judul, hehehe. Jadi sebenarnya apa sih inti dari tulisan ini? Yang ingin saya katakan adalah, lingkungan keluarga yang hangat dan relasi yang baik dengan suami adalah kunci kebahagiaan seorang istri. Udah, gitu aja inti dari tulisan ini, wkwkwkwk 😂

Daripada makin kemana-mana dan makin ngawur, sepertinya tulisan ini saya cukupkan sampai disini aja deh yaa, sampai jumpa di tulisan lainnya!

Share
Tweet
Pin
Share
21 Comments
Older Posts

About me


Hai, Saya Ira. Pemilik sekaligus penulis blog ini. Jika ada pertanyaan  sehubungan dengan tulisan saya atau ingin menjalin kerjasama, silakan  hubungi saya melalui email di  wewahyu2011@gmail.com

Lets's Be Friends

  • facebook
  • Instagram
  • twitter

Followers

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (2)
      • Teka Teki Silang
      • Bukan Dejavu
  • ►  2024 (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2023 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2022 (51)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (9)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)

Labels

#Trending A Day In My Life All About Women Beauty & Healthy Collaboration Cuap-cuap Hikmah Of Blablabla Honest Review In My Opinion Info Kece Relationship Tips & Trick ❤️ Produk Indonesia

Total Tayangan Halaman

Recent Comments

`

Recent Posts

Popular Posts

  • Layangan Putus
  • Saat Mimpi Tak Dapat Diraih
  • Review Tokyo Night Deodorant Roll On
  • Minyak Gosok yang Ada di Rumah Kami
  • Hempaskan Virus KDRT Sejak Belum Menikah

Member Of




Created with by BeautyTemplates