Banua Mayana Waira

jejak kata dan sisi lain blogger perempuan dari buton tengah

facebook twitter instagram youtube
  • Home
  • About Me
  • Another Blog
    • First Blog
    • Second Blog
  • Disclosure



Kurang Lebih empat tahun lalu, wajah adik lelaki saya membengkak dan menghitam. Saya kaget karena saat terakhir bertemu dengannya, kondisi wajahnya tidaklah seperti itu. Saat saya tanya mengapa wajahnya bisa begitu? Dia juga tidak tahu jawabannya. Yang dia katakan adalah sejak wajahnya seperti itu, ia juga mulai sering mati rasa, bahkan saat jarinya luka dan tersengat api, ia tidak merasakan sakit.

Jawabannya membuat saya khawatir. Saya langsung menyarankan agar ia segera ke dokter tapi saat itu saya bingung menyarankan ke dokter apa. Saya cuman bilang agar ia segera ke puskesmas untuk memeriksakan kondisinya. Ia tak menolak tapi juga tidak mengiyakan. Saya asumsikan, ia mungkin sedang berpikir harus ke dokter apa.

Baca Juga: Minyak Gosok Andalan

Beberapa hari berikutnya, ia minta ditemani ke dokter spesialis kulit dan kelamin (SPKK). Saya heran kok ke dokter kulit? Ia cuman menjawab bahwa sepertinya yang bisa mendiagnosa penyakitnya adalah dokter SPKK. Dan benar saja, setelah memeriksa dan mewawancarai adik saya, dokter mendiagnosa adik saya terkena kusta. Beliau langsung merujuknya melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa, dan setelah hasil labnya keluar, memang benar adik saya positif terkena kusta.

Jujur saja, saat pertama kali mendengarnya terkena kusta, hati saya menangis. Kok bisa adik saya yang pembersih, rajin perawatan (bahkan ia lebih rajin perawatan kulit dibanding saya), punya impian untuk traveling keliling Indonesia harus terkena penyakit ini? Penyakit yang memiliki stigma buruk di masyarakat? Huhuhu. Dan seperti yang saya duga, adik saya sangat terpukul. Apalagi dokter menyatakan bahwa ia harus menjalani pengobatan secara rutin selama setahun. Membayangkannya saja sudah membuat mentalnya down, sedih dan takut.

Dokter SPKK langsung memberi rujukan untuk mengambil obat kusta di salah satu puskesmas di Kota Baubau. Dalam menjalani pengobatannya, saya melihat perjuangan adik saya yang lumayan berat. Syukurlah di puskesmas tempatnya mengambil obat ia bertemu perawat dan pengelola program kusta yang friendly dan hangat. Setiap adik saya datang mengambil obat, si perawat selalu memberi semangat agar adik saya sabar menjalani pengobatannya. Si perawat juga menjelaskan hal-hal tidak mengenakkan yang akan terjadi di tubuh adik saya selama menjalani pengobatan sehingga ketika hal tidak mengenakkan itu dialami, adik saya sudah tahu dan tidak panik. Sungguh si perawat sangat berperan penting dalam perjalanan pengobatan kusta adik saya.

Si perawat juga menenangkan hati adik saya saat adik saya mengalami perlakuan kurang menyenangkan dari atasan dan rekan-rekannya di kantor. Si perawat mengatakan bahwa mereka itu belum teredukasi mengenai penyakit kusta. Ia meminta adik saya untuk tetap sabar dan terus semangat menjalani perawatan. Si perawat berkata bahwa hal buruk itu tidak akan terjadi selamanya karena usai setahun menjalani pengobatan, insyaallah penyakitnya akan sembuh dan semua akan kembali baik-baik saja.

Mendengar cerita adik saya tentang perawat yang mendampinginya membuat saya terharu dan tenang. Saya semakin yakin adik saya akan tegar menjalani pengobatan dan pada akhirnya sembuh dari kusta karena didampingi oleh perawat yang andal.

Dan setelah perjuangan panjang melelahkan, adik saya berhasil menyelesaikan pengobatannya dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Wajah yang sebelumnya menghitam dan membengkak perlahan-lahan membaik hingga akhirnya warna kulit dan kondisinya kembali seperti semula dan alhamdulillah kini ia telah menikah dan memiliki anak.

Setelah membersamai perjalanan adik saya dalam menjalani pengobatan kusta, saya berkesimpulan bahwa selain semangat, kesabaran dan kegigihan pasien, perawat dan pengelola program kusta memegang peranan penting dalam pengobatan dan penyembuhan pasien kusta. Angkat topi buat para perawat dan pengelola program kusta, kalian adalah pahlawan.

Ratna Indah Kurniawati, Melawan Dusta Kusta

pic source: youtube wartabromo tv


Dan ngomong-ngomong tentang perawat dan pengelola program kusta, saya juga mengenal satu sosok yang sangat menginspirasi, Namanya adalah Ratna Indah Kurniawati, seorang perawat di Puskesmas Grati Pasuruan yang sejak tahun 2008 mendedikasikan diri untuk merawat pasien kusta sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait fakta dan mitos tentang penyakit kusta.

Data WHO yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar jumlah kasus kusta di dunia membuat Ratna semakin termotivasi untuk mengedukasi masyarakat. Beliau tidak hanya mengedukasi secara teori, tapi juga melakukan hal yang menyentuh sisi emosi masyarakat. Selain memberikan bantuan pengobatan dan pengetahuan kepada penderita kusta, Ratna juga melakukan pendekatan sosial, salah satunya dengan berkunjung ke rumah-rumah warga mengajak mereka berkumpul dan memberi edukasi tentang kusta. Ratna bahkan tak segan makan bareng dengan penderita kusta, beliau menjelaskan bahwa penularan kusta itu tidak instan layaknya penularan flu.

pic source: youtube wartabromo tv


Tidak hanya itu, Ratna juga membimbing para penderita kusta agar dapat hidup mandiri. Ia memberikan pelatihan dan motivasi agar mereka memiliki usaha sendiri. Salah satu orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) yang kini sudah berhasil hidup mandiri adalah Pak Amat yang menderita kusta sejak tahun 1997. Pak Amat kehilangan jari-jarinya akibat penyakit kusta yang membuatnya hanya bisa bekerja serabutan dan menggantungkan hidup pada orang tuanya. Syukurlah, berkat bimbingan Ratna, Pak Amat kini punya usaha sendiri yakni beternak jangkrik. Dari usahanya ini, ia bisa menghasilkan 26 kg jangkrik setiap bulan yang bisa dijual dengan harga Rp. 20rb – Rp. 30rb per kg.

Menurut Ratna, banyak orang yang berlaku diskriminatif pada penderita kusta karena minimnya edukasi. Masih banyak orang yang belum paham bahwa penularan kusta tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan perlu waktu bertahun-tahun. Stigma buruk masyarakat terhadap kusta memang jadi pe er untuk kita semua. Masih banyak masyarakat bahkan yang berpendidikan tinggi (salah satunya atasan adik saya) yang menganggap kusta sebagai penyait kutukan dan penderitanya harus dikucilkan.

Dibutuhkan kerjasama dari pemerintah, berbagai elemen seperti masyarakat yang terdiri dari beragam profesi, serta komunitas agar edukasi tentang kusta dapat menyentuh semua kalangan, karena sama seperti kita, penderita kusta dan OYPMK juga berhak mendapat perlakukan yang sama. Penderita kusta bisa sembuh, hidup normal dan terus berdaya.

Sebagai blogger, kita juga bisa menulis artikel tentang edukasi kusta ini. Saya yakin, bila blogger seluruh Indonesia bersatu dimulai dari blogger Aceh, Blogger Semarang, Blogger Sulawesi, Blogger Kalimantan hingga blogger Papua menulis tentang kusta, akan semakin banyak masyarakat yang ngeh dan sadar bahwa penderita penyakit ini butuh dukungan kita semua.
Share
Tweet
Pin
Share
8 Comments

 



Setelah lumayan lama berpikir, beberapa hari lalu akhirnya saya beranikan diri checkout retinol yang udah lumayan lama nangkring di keranjang belanja salah satu ecommerce andalan. Seperti yang saya tulis di artikel ini, salah satu yang pengen banget saya coba namun masih takut saya lakukan adalah memakai retinol.

Setelah berusaha meyakinkan diri bahwa wajah ini udah sangat membutuhkan benda yang satu ini, plus meyakinkan diri wajah saya gak bakalan kena purging, akhirnya tangan ini gak ragu lagi menekan tombol checkout tepat H-3 lebaran.

Dan setelah beberapa hari menunggu kedatangannya yang telat banget, akhirnya retinol yang saya tunggu-tunggu itu datang juga. Penasaran dengan penampakannya? Ini nih benda yang sempat bikin saya overthinking karena si kurir telat nganterin ke rumah. 

retinol pertama yang saya coba, hehehe

Oh iyaa, mungkin teman-teman akan bertanya. Mengapa saya memilih merk ini? Bukan merk lain yang sedang viral? Jawabannya simpel, karena ini adalah retinol yang paling murah dan ongkirnya gratis, hahaha sungguh alasan yang sangat mengutamakan aspek ekonomi yaa 😝😆

Ehh gak ding. Alasan sebenarnya adalah karena pengen aja beli yang ini. Saat melihat-lihat koleksi retinol yang dijual di salah satu toko favorit, hati saya langsung klik sama merk ini. Setelah klik, baru deh cari tahu review-nya dan ternyata lumayan bagus, jadi mantaplah hati ini untuk memilihnya.

Semoga setelah memakainya nanti kondisi wajah saya jadi lebih baik. Saya sadar, berharap pada retinol doang tentu gak akan bisa membuat wajah lebih sehat bila tanpa disertai dengan kebiasaan merawat wajah dengan rutin.

Harapan saya semoga dengan adanya retinol ini saya jadi lebih semangat lagi skincare-an, agak masalah-masalah di wajah ini bisa terhempas manja.

Kalo kalian gimana gaes? apakah udah mencoba retinol juga?

Share
Tweet
Pin
Share
8 Comments

Setelah beberapa waktu lalu menulis tentang minyak kayu putih asli dari Maluku, sekarang saya jadi kepikiran pengen nulis tentang minyak-minyakan yang ada di rumah kami yang sering digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing, hahaha ada-ada aja nih ide yang muncul di kepala 🙈

Saya memang serandom itu gaes, apalagi hari ini adalah jadwalnya saya mempublish artikel di blog ini namun sampe jam segini belum ada ide cemerlang yang muncul, yang muncul malah ide absurd ini jadilah dieksekusi ajalah yaa daripada gak ada sama sekali, seperti kata pepatah tak ada rotan akar pun jadi, tak dapat ide cemerlang, ide receh pun tak masalah, hahaha 😂

Ternyata setelah saya hitung, ada beberapa jenis minyak yang ada di rumah yang sering kami gunakan. Yang akan saya tuliskan ini adalah minyak gosok yang digunakan orang dewasa yaa, bukan minyak telon atau baby oil yang digunakan bayi atau anak-anak, soalnya karena saya masih punya balita jadi kedua minyak itu juga ada di rumah ini, hehehe

Penasarankah kalian minyak-minyak apa aja itu? Check this out:

✅ Minyak Tawon

Minyak tawon adalah minyak yang harus selalu ada di rumah kami. Ia gak boleh kosong karena keberadaannya sangat dibutuhkan. Minyak tawon ini memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai obat luka, obat lebam atau benjol saat kejedot, obat batuk ringan, obat sakit perut, obat digigit serangga, obat totol jerawat dan obat untuk beberapa sakit ringan lain, pokoknya dia bisa dibilang multifungsi karena menjadi obat pertolongan pertama saat terjadi luka atau sakit ringan.


Kebiasaan menyiapkan minyak tawon ini udah sejak dulu kami lakukan bahkan sebelum saya menikah. Di rumah mama si minyak tawon ini juga udah menjadi sahabat keluarga yang selalu ada. Menurut mama, saat kami (saya dan adik-adik) masih bayi, minyak tawon inilah yang dioleskan ke perut dan tubuh kami setelah mandi agar gak masuk angin alias pengganti minyak telon.

Saya termasuk yang jarang banget menggunakan minyak tawon karena gak suka baunya. Kalo kata teman saya, baunya kayak bau nenek-nenek, hahaha. Saya menggunakan minyak tawon hanya pada saat sedang luka atau sekali-sekali saya oles ke jerawat saat jerawat muncul di wajah biar gak terlalu perih.

 ✅ Minyak Kutus Kutus

Demam minyak kutus kutus yang melanda jagat facebook beberapa tahun lalu juga menyerang rumah kami, hehehe. Minyak gosok yang digadang-gadang memiliki sejuta manfaat ini juga menjadi penghuni rumah kami.

Dulu saya tertarik beli karena testimoni teman saya yang merupakan penjual minyak kutus-kutus ini. Katanya minyak kutus kutus ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak bila sering digosokkan ke badan anak. Sayangnya anak saya malah mabok saat saya gosokkan minyak ini karena gak suka baunya, jadinya setiap kali saya ingin menggosokkan ini ke badannya doi selalu menolak, huhuhu padahal harganya lumayan mahal menurut saya. Saat sedang pegal karena kelelahan, saya kadang-kadang pakai ini walau setelah pakai selalu dikomplain suami karena doi juga gak suka baunya. Sungguh anak dan bapak yang kompak! 🤦‍♀️

Mertua suka pakai minyak ini karena lumayan ampuh meredakan pegal-pegal yang ia derita. Saya juga beli minyak kutus kutus ini untuk mama agar beliau bisa pakai saat tubuhnya sedang pegal.

✅ Mama's Choice Herbal Oil

Pertama kali pakai herbal oil ini adalah beberapa bulan setelah lahiran anak kedua. Saya yang saat itu masuk kantor setiap hari pulang pergi Baubau - Lakudo merasa sangat letih. Memakai minyak ini lumayan membantu membuat badan saya lebih rileks sehingga bisa tidur nyenyak di malam hari 👍


Saat itu saya dapat minyak ini secara gratis dari sponsor dan reviewnya udah saya tulis d blog utama. Wanginya enak banget dan bikin tenang. Suami gak komplain saat saya pakai ini, malah beliau yang semangat pijitin saya setiap malam, hehehe.

Kekurangannya cuman satu si herbal oil ini yakni harganya yang lumayan menguras kantong, lebih mahal dari harga minyak kutus kutus, tapi memang diklaim aman untuk ibu hamil dan menyusui.

✅ Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih juga menjadi minyak yang selalu ada di rumah kami. Tak hanya minyak kayu putih asli tapi juga minyak kayu putih keluaran pabrik yang dibeli di toko. Minyak kayu putih keluaran pabrik ini biasa saya oles di jidat atau pelipis saat merasa pusing sedangkan minyak kayu putih asli ini selalu jadi andalan saat saya sakit perut masuk angin karena ampuh banget.

**

Itulah beberapa jenis minyak gosok yang menjadi sahabat kami di rumah. Kami bukan tipikal orang yang dikit-dikit langsung minum obat. Saat merasa sakit, biasanya kami atasi dulu menggunakan minyak-minyakan ini, nanti bila gak bisa ditangani barulah kami ke puskesmas untuk berobat.

Apakah kalian juga punya minyak gosok andalan di rumah, gaes?

Share
Tweet
Pin
Share
31 Comments

Hari Jumat lalu, saat saya pulang istirahat ke rumah, tiba-tiba salah satu rekan yang ada di kantor nge-chat. Dia mengatakan sedang sakit perut yang terasa melilit dan meminta saya untuk membawakannya minyak kayu putih. Sayangnya karena suami sedang pergi shalat jumat dan saya gak bisa mengendarai motor jadinya saya gak bisa memenuhi permintaan rekan tersebut. Tapi alhamdulillah, sesaat setelah pulang shalat jumat, suami si rekan segera mengantarkan minyak kayu putih untuk istrinya. Hati saya lega banget mendengar hal itu. 

Baca juga: Mau tapi takut

Ngomongin sakit perut yang melilit, ingatan saya langsung kembali ke beberapa tahun silam saat saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu saya juga mengalami sakit perut melilit hingga badan ini rasanya gak bisa diluruskan. Saking sakitnya saya gak bisa tiduran telentang, saya hanya bisa tiduran sambil memeluk lutut. Saya menangis sesungukan menahan sakit yang rasanya betah banget berlama-lama tinggal di tubuh saya.

Melihat saya yang kesakitan hingga sulit bergerak, mama langsung membuka lemari dan mengeluarkan benda pusaka yang telah lama beliau simpan eh minyak kayu putih asli dari Maluku. Minyak kayu putih ini adalah oleh-oleh dari keluarga mama yang pulang merantau dari Ambon, makanya mama menyimpannya dalam lemari dan baru mengeluarkannya saat benar-benar dibutuhkan, seperti saat itu.

Mama langsung membalurkannya ke perut dan punggung saya dan bagaikan sihir, beberapa menit kemudian sakit perut yang menyiksa itu hilang entah kemana. Ya, sakit perut saya benaran hilang, gaes. Ampuh banget si minyak kayu putih ini padahal sebelumnya saya juga udah dibaluri beberapa jenis minyak-minyakan lainnya (saat itu saya memang gak minum obat).

Karena keampuhan si minyak kayu putih, saat berangkat kuliah ke Makasaar saya meminta kepada mama untuk memasukkan minyak kayu putih itu ke dalam tas saya. Saya takut sakit perut melilit seperti yang saya rasakan sebelumnya akan kembali menyerang. Dan ternyata feeling saya benar, di suatu malam saya sakit perut dan muntah-muntah, untung ada minyak kayu putih ini. Saya meminta tolong pada teman untuk membalurkannya ke tubuh saya dan gak lama kemudian sakitnya berhenti. Malam itu saya bisa tidur dengan nyenyak. Minyak kayu putih yang saya bawa dari kampung itu akhirnya habis karena dipakai juga oleh teman-teman kost.

Baca juga: 2007 dalam kenangan

Waktu pun berlalu, saya akhirnya tamat kuliah dan mulai bekerja. Tak lama kemudian saya menikah dan punya anak. Saya gak pernah lagi merasakan sakit perut melilit seperti itu. Dan karena di tempat kami gak ada yang jual minyak kayu putih asli ini, saya pun gak pernah pakai lagi. Untuk jaga-jaga, saya beli minyak kayu putih biasa yang banyak dijual di pasaran. Hingga beberapa bulan lalu mama cerita kalo tetangganya yang baru pulang dari Namrole, salah satu kecamatan di Buru Selatan Provinsi Maluku, menjual minyak kayu putih asli ini. 

Mendengar berita itu, saya langsung beli satu botol dengan harga Rp. 75.000,-. Namun karena gak hati-hati menyimpannya, botolnya yang dari kaca itu tersenggol dan jatuh. Minyak kayu putih yang baru saya temukan lagi itu akhirnya tumpah. Saya cuman bisa gigit jari mendapati kenyataan pahit itu. Barang langka yang baru saya dapatkan itu akhirnya harus saya ikhlaskan.

Baca juga: Terpaksa kuharus melepasmu

Saya curhat pada mama mengenai kejadian ini. Dan minggu lalu, mama kembali mengabarkan bahwa si tetangga masih memiliki stok dua botol minyak kayu putih. Saya langsung minta tolong kepada mama untuk dibelikan kedua botol minyak kayu putih itu. Dan hari Sabtu kemarin mama datang ke sini untuk membawakannya.


Selain untuk meredakan sakit perut, saya juga suka mencium aroma minyak kayu putih asli ini. Menurut saya, aromanya enak dan melegakan pernafasan. Saat terserang flu, saya teteskan minyak kayu putih ke dalam air panas dan saya hirup uapnya. 

Namun walau suka banget pakai minyak kayu putih asli ini, saya gak berani memberikannya kepada anak-anak saya karena khawatir kulit mereka terbakar. Saya rasa, minyak kayu putih asli ini lebih panas dibanding minyak kayu putih kemasan plastik yang biasa dijual di pasaran.

Apakah teman-teman juga pernah memakai minyak kayu putih asli dari Maluku ini?

Share
Tweet
Pin
Share
19 Comments

Sejak tahu bahwa sunscreean adalah salah satu skincare yang sangat penting dalam merawat kulit wajah, saya mulai usahakan untuk selalu pakai dan gak pernah skip. Apalagi saya termasuk orang yang telat banget melakukan perawatan wajah, pake sunscreen ini hukumnya wajib bila ingin kondisi wajah gak makin parah kerusakannya.

Baca juga: Kebiasaan yang bikin kulit rusak

Kali ini saya akan mereview sunscreen yang udah beberapa bulan ini saya pakai. Namanya udah tertera di judul arikel ini yaitu Emina Sun Battle SPF 30 PA +++. Ini nih penampakannya!

Review Emina Sun Battle SPF 30 PA +++

Emina Sun Battle SPF 30 PA +++
Netto: 60 ml
Harga: Rp. 28.000,-
NO BPOM: NA18201700393

Packaging

Fyi, yang saya review ini adalah kemasan baru, dulu namanya adalah Emina Sun Protection, namun walau berganti kemasan dan nama, sepertinya formulasinya tetap sama. Masih sama seperti kemasan lama, Emina Sun Battle SPF 30 PA +++ ini juga dikemas dalam wadah berbentuk tube dengan tutup flip top. Kemasannya berwarna putih orange dengan garis biru, terlihat eye catching dan cukup segar dipandang mata.

Review Emina Sun Battle SPF 30 PA +++

Buat yang penasaran dan ingin mencari tahu perihal sunscreen ini, informasi tentang produk di kemasannya cukup lengkap mulai dari expired date, cara pakai, peringatan, ingredients, netto, nomor BPOM, customer care dan logo halal MUI.

Klaim Produk

Emina Sun Battle SPF 30 PA +++ merupakan sun protection dengan tekstur yang ringan dan siap melindungi kulit dari paparan sinar UV. Diperkaya dengan Aloe Vera Extract yang memberikan kesegaran ekstra pada kulit, nyaman untuk penggunaan sehari-hari.

Baca juga: Review Aulia lulur sutera bengkoang

Tekstur dan Aroma

Sunscreen ini memiliki tekstur yang creamy dan berwarna hijau sage. Aromanya wangi tapi gak nusuk di hidung, aromanya langsung hilang setelah diaplikasikan ke wajah.

Review Emina Sun Battle SPF 30 PA +++

Ingredients

Aqua, Ethanol, Ethylhexyl Methoxycinnamate, Glyceryl Stearate, Diethylamino Hydroxybenzoyl Hexyl Benzoate, Dimethicone, Butylene Glycol, Phenoxyethanol, Triethanolamine, Aloe Vera (Leaf) Extract, Panthenol, Polyvinyl Alcohol, Propylene Glycol, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer, Fragrance, Hydrolyzed Wheat Protein/PVP Crosspolymer, BHT Disodium EDTA, Ethylhexylglycerin, Xanthan Gum, Potassium Sorbate, Sodium Benzoate

Review Emina Sun Battle SPF 30 PA +++

Cara Pakai

Oleskan pada area wajah dan leher 15 (lima belas) menit sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan.

Kesimpulan usai menggunakan produknya

Saat memilih sunscreen, ada tiga hal yang menjadi pertimbangan saya yaitu gak panas di wajah, gak menimbulkan white cast dan gak bleber saat wajah berkeringat. Lalu apakah saya mendapatkan ketiga hal tersebut saat memakai sunscreen emina ini? Jawabannya adalah IYA. Memakai Emina Sun Battle SPF 30 PA +++ ini wajah saya rasanya seperti pakai moisturizer, gak ada rasa panas sama sekali, gak muncul white cast juga dan yang paling saya suka saat wajah berkeringat sunscreen ini gak luntur dan bleber kemana-mana 👍🏻

Saat saya aplikasikan ke wajah, sunscreen ini juga langsung meresap sehingga gak perlu waktu lama untuk nunggu dia meresap. Di wajah saya yang normal cenderung berminyak di area t-zone, hasil akhirnya terlihat dewy. Suka banget deh ❤️

Review Emina Sun Battle SPF 30 PA +++

Saya simpulkan, saya cocok memakai sunscreen ini. Selain 3 hal yang menjadi pertimbangan utama dalam memilih sunscreen yang dipenuhi oleh Emina Sun Battle SPF 30 PA +++ ini, hal lain yang membuat saya suka adalah dia gak bikin wajah saya breakout atau bruntusan usai memakainya. Produknya juga mudah didapat karena dijual di semua toko kosmetik, minimarket dan supermarket dengan harga yang ramah di kantong mamak-mamak perhitungan kayak saya 😄

Baca juga: Menabung setiap hari? Bisa!

Apakah saya akan terus memakai sunscreen ini? Kayaknya sih iyaa. Walau saat ini saya juga punya beberapa jenis sunscreen lain, tapi Emina Sun Battle SPF 30 PA +++ sepertinya akan tetap menjadi penghuni pouch makeup saya.

Share
Tweet
Pin
Share
13 Comments

Jujur aja, saya telat memulai perawatan wajah. Saat masih muda belia hingga usia 30-an, saya cuek banget dengan kondisi wajah. Saya pikir, asalkan rajin cuci muka, main panas-panasan gak bakalan kenapa-napa nih wajah, paling cuman menghitam dikit pasti balik lagi ke warnanya semula. Makanya saya cuek dan malas pake sunscreen, apalagi jaman now kalo berfoto udah banyak filter yang bisa dipake buat memuluskan wajah, makin malaslah diri ini melakukan perawatan hingga suatu hari saya harus menerima kondisi wajah yang rusak. Di wajah mulai muncul bintik hitam, kulit wajah kasar, pori-pori membesar dan warna kulit gak merata. Wajah ini seolah protes dan mulai menampakkan tanda-tanda penuaan dini. Saya shock banget dong!

Sejak saat itu saya mulai menyadari pentingnya perawatan wajah. Namun karena sering diserang rasa malas, perawatannya masih angin-anginan. Barulah beberapa waktu belakangan (tepatnya di tahun 2023 ini) saya rutin melakukan perawatan wajah, mencoba untuk gak pernah skip skincare baik pagi dan malam hari. Bahkan saking seriusnya, memiliki wajah lebih sehat menjadi salah satu resolusi saya di tahun 2023 ini.

Lalu apa yang saya lakukan untuk mewujudkan resolusi tersebut? Yaa seperti yang saya tulis tadi, saat ini saya selalu mengusahakan untuk skincare-an setiap hari. Dalam hal membersihkan wajah, bila sebelumnya cuman pakai face wash aja, kini selalu double cleansing yaitu memakai micellar water dulu baru kemudian cuci muka pakai sabun.

Baca Juga: Review Scarlett Brightening Facial Wash

Ngomong-ngomong tentang micellar water, sesuai judul kali ini saya ingin mereview micellar water yang dua bulanan ini rutin saya pakai, namanya adalah Purbasari Cleanface Micellar Water, ini nih penampakannya

Review Purbasari Cleanface Micellar Water

Purbasari Cleanface Micellar Water
Netto: 250 ml
Harga: Rp. 27.000,-
BPOM NA 18181201733


Fyi, micellar water dari purbasari ini memiliki dua varian yaa, yang pertama yang akan saya review ini (untuk kulit normal), dan yang kedua untuk yang kulit berminyak (kemasannya berwarna orange).

Packaging

Micellar water untuk kulit normal ini dikemas dalam botol plastik bening biasa berwarna pink fuchia dengan tutup botol flip top berwarna putih bening. Saya suka botolnya yang bening karena membuat saya bisa langsung melihat isinya jadi langsung tahu kalo produknya udah mulai habis sehingga bisa siap-siap untuk beli lagi, jangan sampe kayak kejadian yang saya alami kemarin, kehabisan sunscreen di saat hendak memakainya, untungnya masih ada stock yang tersedia jadi gak panik deh, hehehe

Review Purbasari Micellar Water


Baca Juga: Nyetok atau habis baru beli?

Di kemasannya, informasi tentang produknya juga cukup lengkap, mulai dari claim, ingredients, netto, nomor BPOM, caution, expired date, nomor batch, perusahaan yang memproduksi produk ini dan logo halal MUI. 

Tekstur & Aroma

Awalnya saya sempat kecele dengan warna dari micellar water ini, hehehe. Saya pikir cairannya akan berwarna pink tapi ternyata saya salah, cairannya berwarna putih bening, botolnya aja yang berwarna fuchia. Cairan dari micellar water ini akan berbusa bila kemasannya digoyang-goyang. Untuk aromanya cukup diterima di hidung saya. Wanginya soft dan "gak nusuk".

Ingredients

Aqua, Poloxamer 184, Potassium Laureth Phosphate, Sodium Methyl Cocoyl Taurate, Phenoxyethanol, Panthenol, Lactic Acid, Tetrasodium EDTA, Chlorphenesin, Lemon (Citrus Medica Limonum) Extract, Alcohol, Glycerin, Pachyrrhizus Erosus Root Extract, Parfum, Methylparaben, Ethylparaben

Review Purbasari Micellar Water


Claim Produk

Molekul micellar membersihkan dan mengangkat kotoran secara menyeluruh. Menyegarkan, lembut dan mudah digunakan

  • Remove Makeup
  • Cleanse
  • Refreshing

Cara Penggunaan

Cara menggunakannya sangat mudah, tuang micellar water secukupnya pada kapas lalu usap secara perlahan pada wajah, bibir dan area mata hingga makeup terangkat dan wajah terasa bersih. 

Review Setelah Menggunakan Produknya

Saya memakai micellar water ini satu kali sehari sebelum cuci muka menggunakan face wash setiap sore setelah pulang kantor. Setelah menggunakannya wajah saya terasa bersih. Sisa-sisa makeup yang saya pakai ke kantor terangkat, jadi wajah terasa lebih segar. Namun untuk membersihkan eyeliner dan maskara yang waterproof, saya memang harus mengeluarkan effort lebih dengan mengusap berulang kali baru terangkat dan hilang.

Dan satu lagi, saya juga harus hati-hati saat mengusap micellar water ini di bagian mata karena saat cairannya terkena mata akan terasa perih. Untuk menghindari rasa perih ini, saya biasanya membersihkan area mata paling terakhir dan saat membersihkannya mata saya tutup, hehehe

Review Purbasari Micellar Water
hasilnya bersih

Untuk membersihkan daily makeup, saya puas dengan hasil yang diberikan Purbasari Cleanface Micellar Water ini. Dengan harga yang sangat affordable kita udah bisa mendapatkan micellar water 250 ml yang bisa dipakai berkali-kali dalam waktu yang cukup lama 👍🏻


Share
Tweet
Pin
Share
15 Comments
Older Posts

About me


Hai, Saya Ira. Pemilik sekaligus penulis blog ini. Jika ada pertanyaan  sehubungan dengan tulisan saya atau ingin menjalin kerjasama, silakan  hubungi saya melalui email di  wewahyu2011@gmail.com

Lets's Be Friends

  • facebook
  • Instagram
  • twitter

Followers

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (2)
      • Teka Teki Silang
      • Bukan Dejavu
  • ►  2024 (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2023 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2022 (51)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (9)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)

Labels

#Trending A Day In My Life All About Women Beauty & Healthy Collaboration Cuap-cuap Hikmah Of Blablabla Honest Review In My Opinion Info Kece Relationship Tips & Trick ❤️ Produk Indonesia

Total Tayangan Halaman

Recent Comments

`

Recent Posts

Popular Posts

  • Layangan Putus
  • Saat Mimpi Tak Dapat Diraih
  • Review Tokyo Night Deodorant Roll On
  • Minyak Gosok yang Ada di Rumah Kami
  • Hempaskan Virus KDRT Sejak Belum Menikah

Member Of




Created with by BeautyTemplates