Bukan Dejavu
"Dejavu adalah perasaan atau pengalaman bahwa sesuatu yang sedang terjadi saat ini (padahal sebenarnya belum pernah terjadi atau baru pertama kali dialami) terasa familiar atau sudah pernah terjadi sebelumnya"
Sebenarnya agak bingung mau kasih judul apa untuk tulisan ini. Agak berat untuk menuliskannya karena cukup menguras emosi, namun kok pengen juga ikut nimbrung tentang ini. Saat menulisnya, saya harus menghela nafas berkali-kali, mencoba merangkai kembali memory yang hampir terlupa namun kemudian perlahan-lahan muncul karena adanya berita viral yang serupa.
Saat melihat gambar ibu dan anak di atas, teman-teman mungkin udah bisa menebak saya akan menulis tentang apa. Yap, tebakan teman-teman benar, yang akan saya tuliskan adalah tentang berita duka yang menimpa empat anak balita yang meninggal terbakar di rumahnya dikarenakan ditinggal ibunya pergi beli makanan hingga tiga jam lamanya.
Saya gak akan menghakimi si ibu. Saya udah cukup kenyang melihat dan membaca ratusan komentar netijyen maha sempurna yang mengutuk perbuatan si ibu yang memang salah banget meninggalkan anak-anaknya yang masih sekecil itu di dalam rumah tanpa pengawasan orang dewasa di banyak platform sosial media. Sungguh, hati saya sedih banget melihat begitu banyaknya berita duka ini di-share sehingga membangkitkan kembali ingatan pedih yang saya pikir udah terlupa namun ternyata masih tersimpan di ingatan.
Saya juga gak akan menuliskan opini dan pendapat saya terkait tindakan ibu korban dan juga gak akan mempertanyakan kemana ayah anak-anak malang itu (walau hati saya tetap berontak ingin tahu keberadaannya). Kok bisa ibu dengan usia semuda itu harus merawat cukup banyak anak yang masih kecil-kecil tanpa ayah anak-anak di sampingnya 😔
Dan karena judul tulisan ini adalah "Bukan Dejavu", maka yang akan saya ceritakan pada tulisan ini adalah bahwa puluhan tahun silam, kejadian serupa pernah terjadi. Dan sedihnya, itu dialami oleh tetangga yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah kami. Saya lupa kapan persis kejadiannya, yang saya ingat itu terjadi pada tahun 2000-an karena saat itu saya udah SMA (tapi lupa saya kelas berapa).
Ceritanya hampir mirip. Anak-anak ditinggalkan oleh ibunya di dalam rumah dan terjadilah kejadian nahas itu. Bedanya, dulu si ibu mengunci anaknya di dalam kamar bukan untuk membeli makanan melainkan untuk nonton sinetron ke rumah tetangga (saat itu, belum semua rumah punya televisi, jadi masih sangat lumrah bila orang-orang pergi menonton televisi di rumah tetangganya, termasuk kami).
Malam yang tenang tiba-tiba menjadi heboh lantaran munculnya kobaran api dari sebuah rumah lantai dua. Kami yang sedang asyik nonton sinetron Bidadari di rumah tetangga langsung keluar dan berkumpul. Sebagian ada yang menuju TKP, sebagian lagi pulang ke rumah masing-masing mengamankan barang berharga, takut kobaran api tak terkendali dan kemudian menjalar ke rumah lain.
Saya dan beberapa teman bergerak menuju TKP dan sesampainya di sana kami menyaksikan kobaran api yang udah sangat besar. Api dengan ganasnya membakar habis rumah dua lantai yang sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu itu. Di tengah kobaran api, terdengar bunyi ledakan yang sangat besar (huhuhu di situlah saya mendengar bahwa sebenarnya di dalam rumah yang terbakar itu ada tiga orang anak yang terkunci di dalam kamar, Ya Allah saya langsung lemas 😭). Saya langsung merasa ngeri dan ketakutan. Seketika saya langsung pulang ke rumah karena gak tahan berlama-lama di TKP.
Entah jam berapa api berhasil dipadamkan. Menurut info, ibunya menangis meraung-raung dan beberapa kali pingsan mengetahui ketiga buah hatinya meninggal karena keteledorannya. Niatnya mengunci anaknya di dalam kamar agar anaknya segera tidur namun siapa yang menyangka ternyata ketiganya masih ingin bermain dan sialnya mainan yang mereka mainkan mengenai lampu minyak yang menjadi alat penerangan di dalam kamar tersebut. Ditengarai, lampu minyak inilah penyebab kebakaran terjadi. Lampunya tersenggol, minyaknya tertumpah dan mengenai benda yang mudah terbakar dan duaaarrr terjadilah hal mengerikan itu 😭
Akibat kejadian itu, saya diserang ketakutan setiap hari selama beberapa waktu. Saya takut masuk ke dalam kamar sendirian. Saya merasa pengap dan susah bernapas saat lampu kamar dipadamkan. Bunyi ledakan yang saya dengar di tengah kobaran api itu selalu datang menghantui, huhuhu 😭. Saya yang biasanya selalu lewat di belakang TKP setiap kali ke sekolah, mulai mencari jalan lain. Gak sanggup rasanya melihat rumah yang tersisa puing-puing itu 😢
Ketakutan itu baru perlahan-lahan menghilang saat saya meninggalkan kampung halaman dan pergi merantau untuk kuliah.
---
Duh, maafkan karena memilih menulis ini sebagai artikel comeback setelah beberapa bulan gak nulis 🙏. Entah mengapa, melihat berita menyedihkan itu berseliweran di beranda sosmed, menuntun saya untuk membuka dashboard blog ini untuk menulis kisah serupa.
Semoga terpublishnya artikel ini menjadi pertanda aktifnya kembali saya menjadi blogger 💪
10 Comments
Sangat mengerikan sih kejadian itu. Saya yo pernah menemukan kejadian serupa, mbak. Tapi, korbannya bukan anak-anak, tapi orang dewasa.
BalasHapusWaktu itu, sekitar tahun 2014-an. Pas aku masih kerja di perkebunan kelapa sawit. RUmahnya kan papan gitu ya. Kejadiannya pas tengah malam.
Ada kebakaran di rumah staff. Jaraknya lumayan dekat dari rumah yang kutempati.
Kalau dipikirkan lagi, namanya orang dewasa, tentu akan melarikan diri ya saat kebakaran di rumahnya.
Tapi, pas sudah berhasil dipadamkan apinya. Rumah sudah tinggal puing-puing. Dan barulah ketemu salah satu staff yang tinggal di sana sudah ikut terpanggang.
Itu juga bikin aku trauma banget.
duh, Mbaaaa... Saya juga kalau jadi sampean pasti ga akan mungkin lupa peristiwa itu. Mgkn efeknya akan panik ketika melihat api dan bayi..
BalasHapusSaya memilih untuk tidak berkomentar atas kejadian ini karena gak tahu kejadian sebenarnya. Walaupun memang saya sendiri sangat menghindari meninggalkan anak-anak di rumah tanpa orang dewasa. Meskipun katanya aman.
BalasHapusNgga bisa bayangin sakitnya anak2 itu ya mbak...
BalasHapusSaya juga ngga berani ngehakmi ibunya seperti yg dilakukan netizen kebanyakan. karna saya juga seorang ibu.
Tau rasanya capek dan lelahnya mengurus anak kecil
Yang bisa dilakukan hanyalah mendoakan korban.
Smoga kita semua bisa ambil pelajaran dari kejadian ini...
kok pakai lampu minyak Mbak, sedang mati lampu?
BalasHapusDuh itu sih teledor banget membiarkan anak di kamar terkunci dengan lampu minyak
Karena kalo mati lampu biasanya kita malah deketan berkumpul di ruang tengah dengan penerangan lilin dan tertidur di situ
Menyayat hati memang peristiwanya Mbak. Saya bahkan membaca banyak fakta-fakta yang semakin menghujat si ibu. Di usia yang masih muda (kalo gak salah 23 tahun) sudah beberapa kali gagal dalam pernikahan dengan 4 anak hingga akhirnya masih juga terlibat dengan hubungan tak sehat saat peristiwa kebakaran itu terjadi. Entahlah.
BalasHapusTerlepas dari takdir yang sudah ditentukan-Nya, faktanya sorotan tentang ibu tuh selalu jadi perhatian utama saat anak-anak mengalami masalah. Yang disorot pasti ibunya dulu. Kalimat ini saya dapat dari ibu saya dan lingkungannya. Jadi tertanam seperti satu keyakinan bahwa saya harus bisa (banyak) berbuat baik dan memberikan contoh yang betul dalam mendidik.
Walahualam. Semoga ktia bisa menjadi ibu yang terbaik untuk keluarga kita ya Mbak Ira.
Innalillahi ya..Allah pedih banget bacanya kisah yg dialami tetangga mba Ira. Mungkin bukan menjadi trauma bagi org disekitar yg menyaksikan. Pasti yg paling pedih dirasakan selain trauma adalah rasa bersalah berkepanjangan oleh si ibu. Semoga sstiap kejadian bosa menjadi pembelajaran berarti
BalasHapusDuh mbak, aku bacanya aja merinding. Pasti traumatis ya.
BalasHapusSelamat kembali menulis mbak. Yuk semangat ngeblog
Semangat, Mbak, teruslah menulis karena kadang mengurai kusutnya hati karena peristiwa tertentu yang terlalu membekas. Pastilah tidak mudah dan sesekali diingatkan oleh peristiwa di lain tempat yang serupa, tapi semoga bisa segera melepas trauma.
BalasHapusSaya juga pernah menyaksikan rumah terbakar di kampung saya, dan rasanya ngeri dan bisa bikin trauma. Apalagi ada barang atau dokumen penting seperti ijasah, jika tidak segera diamankan, bisa lenyap seketika. Duh....ceritanya kakak bikin haru.
BalasHapusBikin acar dari kedondong
Setelah dibaca, minta komennya dong! 😉