pic source: pixabay.com |
Pada tahun 2012 lalu, mertua menjadi salah satu korban penipuan yang dilakukan oknum yang mengatasnamakan salah satu bank plat merah. Uang belasan juta dalam rekening ludes seketika. Cerita bermula saat beliau mendapatkan sms dari oknum penipu yang mengatasnamakan BRI (saya sebut aja yaa nama banknya). Isi smsnya mengabarkan bahwa ibu mertua adalah salah satu pemenang undian yang diadakan bank BRI. Entah mengapa mertua bisa percaya begitu aja dengan sms itu hingga mau aja "disetir" oleh penipu itu ke ATM dan mentransfer semua isi rekeningnya ke rekening si penipu.
Jauh sebelum ibu mertua mengalami kejadian nahas itu, salah satu sahabat saya juga pernah mengalami hal serupa. Uang tabungan dalam rekeningnya habis gak bersisa. Sahabat saya sampe stres berat dan jatuh sakit memikirkan uangnya yang hilang, takut mengabari orang tuanya karena udah pasti bakalan dimarahin habis-habisan.
Dua kejadian yang menimpa orang terdekat tersebut membuat saya sangat berhati-hati dalam bertransaksi keuangan, khususnya di bidang perbankan, bahkan setelah 19 tahun menjadi nasabah bank. Gak papa deh dibilang parno-an, dari pada keselamatan data perbankan saya yang dipertaruhkan. Lebih baik parno daripada sembrono yang mengakibatkan kerugian pada diri sendiri.
Rasa paranoid membuat saya jadi lebih waspada saat melakukan transaksi keuangan. Salah satu contohnya, misalnya saat hendak masuk ke ATM, saya selalu memastikan di luar gak ada orang yang mengikuti. Bila bertransaksi di ATM centre yang mana di situ mesin ATMnya lebih dari satu, saya memilih bertransaksi di mesin ATM yang paling ujung. Saking waspadanya, saya lebih suka antre dan jadi yang terakhir menggunakan mesin ATM karena gak mau ada orang di belakang saya yang mungkin aja menyaksikan saya bertransaksi. Saya juga rutin mengganti PIN ATM demi menghindari skimming yang bisa aja terjadi.
Seiring waktu berganti, zaman pun berubah. Kini, transaksi perbankan gak cuman terbatas pada penarikan uang di mesin ATM atau teler aja. Saat ini transaksi keuangan bisa dilakukan dalam genggaman kita hanya lewat ponsel yang kita miliki. Aplikasi perbankan seperti sms banking, mobile banking dan internet banking semakin mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi keuangan.
Namun kemudahan ini rupanya berbanding lurus dengan kreativitas para penjahat siber di luar sana. Mereka pun gak mau kalah. Beragam cara mereka lakukan demi bisa mencuri dan membobol rekening nasabah salah satunya dengan melakukan pencurian data-data nasabah.
Kita sebagai nasabah dituntut agar lebih pandai dan bijak agar transaksi yang kita lakukan aman. Kita harus menjadi nasabah bijak agar terhindar dari kejahatan siber yang mengintai. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari kejahatan siber di dunia perbankan:
✅ Jangan pernah membagikan data-data pribadi
Data pribadi yang dimaksud adalah Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama ibu kandung, nomor kartu keluarga, nomor NPWP juga email (dan sandinya)
✅ Jangan membuka aplikasi perbankan menggunakan wifi umum
Bukan cuman aplikasi perbankan yang gak boleh dibuka saat menggunakan wifi umum tetapi juga buka sosmed kita. Lebih baik waspada dari pada data-data kita jadi santapan para penjahat di luar sana
✅Jangan menggunakan hari-hari spesial kita sebagai PIN ATM atau password pada aplikasi perbankan kita
Jangan gunakan tanggal lahir, tanggal pernikahan atau tanggal-tanggal spesial lain sebagai pin ATM atau password pada aplikasi perbankan kita. Gunakanlah password yang mudah diingat namun cukup sulit ditebak oleh orang lain
✅ Rutin mengganti PIN dan password
Rutin mengganti PIN dan kata sandi juga bisa menjadi salah satu cara untuk menghidanri kejahatan siber
✅ Lindungi gadget kita
Jangan biarkan orang lain memegang gadget kita. Kita bisa menggunakan pin, password atau finger print untuk membukanya. Saat hilang pun, yang menemukan gadget kita juga gak akan semudah itu untuk membuka dan melihat semua aplikasi yang ada di gadget kita
✅ Jangan jadi orang kepo
Orang kepo identik dengan rasa ingin tahu berlebihan, jadi bila ada yang mengirim link-link berita di WAG, biasanya llink-nya langsung dibuka. Kita gak pernah tahu apakah link tersebut aman ataukah spam atau virus yang bisa meretas gadget kita. So, agar lebih aman, abaikan link tersebut atau segera hapus.
Gak ada yang bisa melindungi diri kita dari para penjahat di luar sana selain diri sendiri. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Maka sebelum hal buruk seperti kejahatan siber menimpa kita, ada baiknya kita melindungi diri dengan melakukan beberapa hal di atas.
Saat ini, pihak bank juga gak tinggal diam dengan maraknya penjahat siber ini. Salah satu bank yang peduli pada keamanan data nasabahnya adalah BRI. Bank terbesar yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini mulai mengoptimalkan layanan digitalnya dengan menghadirkan penyuluh digital yang memiliki tiga tugas utama antara lain mengajak atau mengajari masyarakat yang belum melek layanan perbankan digital sehingga digital savvy (melek teknologi digital), mengajari masyarakat untuk melaksanakan transaksi secara digital serta mensosialisasikan dan mengajari masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan digital.
pic source: https://digital.bri.co.id/ |
Semoga dengan hadirnya penyuluh digital ini semakin banyak masyarakat yang sadar dan aware pada keselamatan datanya, sehingga gak ada lagi kita dengar berita memilukan tentang nasabah yang kehilangan saldo di rekening tabungannya.