Banua Mayana Waira

jejak kata dan sisi lain blogger perempuan dari buton tengah

facebook twitter instagram youtube
  • Home
  • About Me
  • Another Blog
    • First Blog
    • Second Blog
  • Disclosure
pic source: pixabay.com

Saat masih jadi karyawan swasta, saya jarang banget ditugaskan keluar. Pekerjaan saya sehari-hari adalah staf administrasi yang bekerja di belakang meja. Kalopun ada tugas luar, biasanya hanya ikut training admin demi memperdalam skil dan pengetahuan di bidang yang saya kerjakan sehari-hari.

10 tahun bekerja di perusahaan swasta, hanya lima kali saya ditugaskan keluar kota. Tiga kali ke Jakarta, satu kali ke Bogor dan satu kali ke Kendari. Saat itu (selain perjalanan ke Kendari), semua transportasi dan akomodasi disiapin perusahaan (maksudnya saya gak perlu capek pesan tiket pesawat dan hotel karena perusahaan udah menyiapkan segalanya).

Saat akan berangkat, tiket pesawat udah di tangan. Pun dengan hotel, saat tiba di tempat tujuan, udah ada tim penjemput di bandara yang siap sedia mengantar kami ke hotel tempat diadakannya training. Saya cuman nyiapin koper. Dan tentu aja, biaya-biaya lain yang saya keluarin selama perjalanan juga tetap di-reimburse oleh kantor. Masih pula dapat uang saku. Ahh, jadi kangen saat-saat itu, hehehe 😄

Baca Juga: Contoh Surat Resign

Lalu bagaimana dengan tugas luar yang saya lakukan saat ini? Hmmm sungguh sangat jauh berbeda, hehehe. Setelah hampir dua tahun jadi ASN, tugas luar kota paling jauh hanya sampe Kendari. Selama ini, bila ada tugas luar, biasanya hanya di dalam daerah aja, berkunjung ke desa dan kecamatan yang ada di Buton Tengah, wilayah kerja saya saat ini.

Oh iyaa, tujuan saya menulis ini bukan untuk membanding-bandingkan yaa, karena memang gak bisa dibandingin. Perusahaan swasta dan instansi pemerintah tentu punya aturan berbeda terkait perjalanan dinas pegawainya. Sesuai judulnya, saya hanya ingin menuliskan serba-serbi yang saya alami saat melakukan tugas luar.

hari-hari terakhir ngantor di kantor lama, sebelum ngajuin cuti lahiran disusul resign

Tahun 2013 adalah pertama kalinya saya tugas luar ke Jakarta. Saat itu saya ditunjuk mewakili rekan-rekan admin dari Baubau untuk mengikuti agenda tahunan perusahaan yaitu training admin yang diikuti oleh perwakilan admin dari seluruh Indonesia. Kalo ditotal, pesertanya kurang lebih 100-an orang. Itu adalah kali pertama saya naik pesawat seorang diri. Pertama kali naik pesawat adalah tahun 2007 bersama teman-teman kampus saat ikut study banding ke Jawa-Bali.

Baca Juga: 2007 dalam Kenangan

Bagaimana rasanya naik pesawat seorang diri? Ternyata gak seseram yang saya bayangkan, hehehe. Saya tetap bisa menikmati perjalanan dengan nyaman. Saat tiba di Jakarta, saya mulai membaur dengan rekan-rekan admin lain. Sebagai seorang introvert, saya akui, memang bukan saya yang memulai obrolan dengan mereka tapi merekalah yang mencairkan suasana.

Saya ingat, ada rekan dari Balikpapan yang suka melucu, semua yang berada di dekatnya selalu tersenyum karena adaaa ajaa cerita lucu yang keluar dari mulutnya. Dia juga bercerita tentang banyak hal. Dari ceritanya, kami jadi tahu kalo ternyata dia suka menulis walau dia bukanlah seorang penulis Balikpapan. Katanya, saat masih sekolah hobby-nya adalah menulis di diary. Mendengar ceritanya yang suka nulis di diary, mau gak mau membuat saya teringat masa lalu yang punya hobby yang sama namun sekarang saya udah ganti media, jadi nulisnya bukan di diary lagi melainkan di blog. Sayangnya sejak resign dari kantor lama, saya kehilangan kontaknya jadi gak tahu lagi gimana kabarnya saat ini. Saya berharap, suatu saat bisa berjumpa dengannya lagi. 

rekan-rekan admin dari beberapa kota di Sulawesi, Kalimantan dan Papua di training admin tahun 2013


Kali kedua dan seterusnya saya mulai terbiasa. Apalagi perwakilan  admin dari Sulawesi Tenggara mulai banyak yang ikutan jadi saya gak sendirian lagi naik pesawat, udah ada teman ngobrol selama perjalanan. Sayangnya setelah pandemi menyerang pada tahun 2020 lalu, pelaksanaan training adminnya gak kayak dulu lagi, melainkan dilakukan secara online. 

Baca Juga: Bawa Anak ke Kantor, Yeay or Nay?

Setelah menjadi ASN, tugas luar pertama yang saya lakukan adalah memantau dan melakukan survey harga pangan di salah satu pasar tradisional di Kabupaten Buton Tengah. Bagaimana rasanya? Jujur aja, saat ditunjuk untuk melakukan tugas itu, saya deg-degan dan excited. Deg-degan karena itu adalah pertama kalinya saya turun langsung ke lapangan, excited karena itu adalah tugas pertama yang dipercayakan kepada saya jadi saya harus melakukannya dengan sebaik-baiknya.

Oh iyaa, dari semua tugas luar yang pernah saya lakukan, perjalanan tugas luar seminggu lalu adalah salah satu yang paling berkesan dan susah dilupakan. Jadi, saat itu, saya dan seorang rekan magang melakukan pengambilan data FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas atau peta ketahanan dan kerentanan pangan) di seluruh desa yang ada di Kecamatan Lakudo (salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Tengah). Saat kami hendak berkunjung ke desa terakhir, kami kesasar di tengah hutan (saya sebut hutan karena di sana gak ada rumah dan di sepanjang jalan yang terlihat hanya semak dan pepohonan).

Kami berdua memang belum pernah ke desa itu dan b*dohnya kami putuskan untuk lewat jalan pintas agar cepat sampai ke tujuan. Sebelum melewati jalan itu, kami bertanya pada warga apa benar itu jalannya dan warga mengiyakan. Dengan penuh percaya diri kami jalan, namun hingga 20 menit berjalan, gak ada tanda-tanda akan menemukan sebuah desa, yang ada jalan semakin rusak dan pohon yang kami temui semakin rimbun. Perasaan kami mulai gak enak. Dan benar aja, setelah hampir setengah jam berjalan kami sampai pada ujung jalan yang mentok. Di depan gak ada apa-apa lagi selain pohon. Seketika bulu kuduk merinding, kami saling berpandangan lalu memutuskan untuk balik kanan aja (sepertinya bakalan panjang kalo saya ceritain detailnya, hehehe, jadi cukuplah saya ceritakan sampai di sini aja).

Sungguh itu adalah pengalaman nyasar yang gak enak banget. Kalo nyasar di tengah kota sih masih agak mendingan karena ada banyak orang yang dijadiin tempat bertanya, apalagi bila nyasarnya di kota besar seperti Balikpapan, kan bisa bertanya pada warga yang udah paham banget seluk beluk kotanya, misal bertanya pada Travel blogger Balikpapan,  lah ini nyasar di tengah hutan cuyyy, kemana tempat bertanya? Duh, semoga pengalaman nyasar ini cukup sekali aja deh yaa, jangan lagi terulang untuk kedua kalinya. Ngeri banget euy. Untungnya motor yang kami kendarai gak ngambek dan mogok di tengah hutan. Gak kebayang kalo itu terjadi, mana kami gak punya paket data internet pula untuk share lokasi dan untuk menjelaskan lokasi keberadaan kami pun terasa sulit karena kami memang gak tahu daerah itu, ckckck

foto yang diambil di hari itu tapi di desa lain, sebelum kami nyasar 

Selama ini saya selalu menikmati setiap perjalanan tugas luar yang diberikan, baik saat masih jadi karyawan swasta maupun setelah jadi ASN. 

Kejadian kurang menyenangkan seperti minggu lalu gak membuat saya jera untuk turun ke "lapangan" lagi. Bukankah di setiap kejadian selalu ada pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik? Seperti itu juga yang saya rasakan. Kejadian itu mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dan gak ceroboh dalam mengambil keputusan.

Setiap perjalanan tentu akan menorehkan ceritanya sendiri. Saya memilih untuk terus menikmati perjalanan apapun yang ditugaskan kepada saya 😊

Share
Tweet
Pin
Share
22 Comments
pic source: pixabay.com

Beberapa saat setelah pasang KB suntik tiga bulan setahun lalu, saya merasa ada yang berubah pada tubuh saya. Saya yang sebelumnya gak pernah gemuk, tiba-tiba harus mengalami penambahan berat badan yang lumayan drastis. Sebulan setelah memakai KB suntik 3 bulan, berat badan saya naik 6 kg dari berat badan semula, dari yang awalnya 49 kg (pasca lahiran anak ketiga) naik menjadi 55 kg 😱

Mendapati berat badan segitu, saya shock banget. Bayangin aja, berat badan saya saat itu (yang sayangnya masih stabil hingga saat ini, hiks 😭) sama dengan berat badan saya saat hamil 9 bulan. Huwaaaa, hati saya gak terima. Saya denial, berusaha menolak kenyataan namun penolakan itu sia-sia belaka karena bukti kenaikan berat badan saya terpampang nyata dan gak bisa disangkal. Baju-baju yang sebelumnya longgar tiba-tiba menjadi pas di badan, dan baju yang sebelumnya pas di badan menjadi gak muat lagi. Saking banyaknya penambahan berat badan saya, rekan-rekan di kantor berpikir saya hamil lagi, ckckckck 🤦🏻‍♀️

Ukuran baju yang sebelumnya XS atau S, kini berubah menjadi M atau kadang L. Sedang ukuran celana yang sebelumnya 26/27 kini berubah menjadi 28/29. Sungguh, perubahan ini mulai meresahkan hati saya. Rasanya kok kayak gak ikhlas mengalami perubahan ini. Badanku duluuuu tak begini, mengapa sekarang semakin lebar dan perutku semakin buncit, huhuhu 😭

lihatlah perut buncit perempuan berbaju hitam itu 😭

Saya berkesimpulan bahwa penyebab berat badan saya naik adalah KB suntik 3 bulan. Maka setelah masa berlaku si KB berakhir, segera saya ganti jenis KB-nya menjadi KB susuk 3 tahun. Fyi, sebelumnya saya udah pernah pakai KB susuk ini dan berat badan saya gak naik, tetap stabil di angka 47 kg, jadi saya berharap banget setelah memasang KB susuk nanti, badan saya bakalan kembali seperti semula.

Namun rupanya harapan saya gak pernah menjadi kenyataan. Saat menimbang berat badan di puskesmas beberapa bulan lalu (saat melakukan vaksin booster), berat saya masih stagnan di 55 kg. Padahal saya udah pakai KB susuk 3 tahun. Mungkinkah penyebab naiknya berat badan saya disebabkan faktor lain? Hmmm, sepertinya begitu 🤔

Baca Juga: Akhirnya Saya Melakukan Vaksin Booster Juga

Ya, harus saya akui, sejak setahun lalu sampai saat ini nafsu makan saya memang lumayan tinggi. Saat makan, jumlah nasi dan lauk di piring lebih banyak dari yang dulu. Pun intensitas makannya juga lebih banyak, sehari bisa lebih dari tiga kali makan masih ditambah pula ngemil gorengan dan camilan manis. Plus sekarang jarang jalan kaki karena ke kantor selalu diantar naik motor. Dulu berat badan saya tetap terjaga mungkin disebabkan saya menjaga pola makan, banyak gerak dan selalu jalan kaki ke kantor.

Saya gak boleh membiarkan ini terjadi. Demi kesehatan dan tentu saja penampilan, berat badan ini harus diturunkan. Bila gak bisa balik ke 47 kg, minimal bisa balik ke angka 49 kg atau maksimal 50 kg. Memiliki berat badan berlebih benar-benar bikin gak nyaman. Tulang dan sendi jadi sering sakit.

Maka demi mewujudkan berat badan yang saya inginkan, lifestyle dan kebiasaan saya harus berubah. Bila dulu malas berolahraga, kini mulai membiasakan diri berolahraga, gak perlu langsung drastis, dimulai dari yang sederhana dulu, misal sering jalan kaki. Kemarin sore saat pulang kantor saya dan teman berjalan kaki dari jalan raya ke rumah yang jaraknya kurang lebih 500 meter. Dua hari sebelumnya, saya ke pasar juga jalan kaki, jaraknya lumayan jauh, kurang lebih 600 meter dikali dua berarti 1200 meter. Walau banyak tetangga yang heran melihat saya jalan kaki (karena biasanya selalu diantar suami naik motor), saya cuek aja.

Demi mendapatkan berat badan 47 kg, selain mulai berjalan kaki, beberapa waktu lalu, saya juga membeli tali skipping agar bisa lompat-lompat manja di rumah. Dan semalam saya baru aja check out matras yoga agar bisa mempraktekkan gerakan-gerakan workout dari video yang saya tonton di tiktok dan youtube 🤸🏻‍♀️

Baca Juga: Akhirnya Saya Resmi Jadi Anak Tiktok

Beberapa hari ini, intensitas makan saya kurangi jadi maksimal tiga kali sehari dengan porsi yang secukupnya aja. Ngemil makanan manis dan gorengan juga mulai saya batasi. Saya sadar, bahwa semangat untuk berubah gak akan memberikan hasil maksimal bila gak disertai dengan aksi nyata.

Semoga langkah saya untuk berubah ini gak hanya PPTA alias panas-panas t*i ayam namun akan menjadi kebiasaan atau bahkan kebutuhan yang bila kelak saya tinggalkan, akan menimbulkan penyesalan dan rasa bersalah di hati saya. Fighting, Ira! 💪

So, mohon doanya agar saya tetap istiqomah dengan pilihan yang baru saya ambil ini yaa 😊




*NB: Tinggi badan saya: 157 cm

Share
Tweet
Pin
Share
26 Comments
pic source: pixabay.com

Belum lama ini ada kehebohan terjadi (lagi, dan untuk kesekian kalinya) di dunia ibu-ibu. Buat yang aktif di medsos, kayaknya udah pada tahu yaa topik apa yang sedang hangat diperbincangkan itu. Yap, gak lain dan gak bukan adalah tentang bekal anak yang akan dibawa ke sekolah. Saya sebagai ibu yang gak bikin bekal buat anak cuman ikutan nyimak dan bengong aja melihat kehebohan ini, hahaha 😅

Hmmm, ibu-ibu ini ada-ada aja deh yaa. Semuanya pengen dihebohin, pokoknya kalo gak heboh kok rasanya seperti ada yang kurang gitu loh. Boleh dibilang ibu-ibu adalah makhluk yang memiliki extra power, tenaganya kayak gak habis-habis, adaaaa aja yang di-battle-in, mulai dari working mom vs SAHM (stay at home mom), lahiran sesar vs lahiran normal, ASI vs Sufor, MPASI home made vs instan, mau punya anak vs child free (tapi kalo ini kayaknya bukan cuman ibu-ibu aja yaa) sampe yang terbaru adalah masalah bekal anak ini.

Namun di tulisan ini saya gak bakalan membahas lebih lanjut tentang "kehebohan" yang lumayan sering terjadi di dunia mommy-mommy ini. Sesuai judul, yang akan saya tuliskan adalah beberapa alasan yang mendasari saya memilih dan memutuskan menjadi seorang wanita karir atau ibu yang tetap bekerja kantoran walau udah memiliki anak dan suami.

Jujur aja, di awal perkenalan saya dengan suami (saat itu baru penjajakan), saya langsung ngomong pada beliau bahwa bila kami berjodoh, saya gak mau dilarang bekerja. Saya ingin tetap berkarir dan gak mau dilarang untuk hal ini. Saya tegaskan padanya bahwa, sebelum bertemu dengannya, saya adalah perempuan bekerja, maka saya gak mau berhenti bekerja ketika saya menikah atau setelah punya anak. Saya mau berhenti bekerja bila memang MAU dan itu atas keinginan sendiri bukan karena paksaan darinya.

Baca Juga: 7 Ciri Lelaki yang Tidak Boleh Dijadikan Suami

Berikut beberapa alasan yang mendasari saya memilih sebagai working mom:

🌸 Tetap ingin berdaya

Yaa, mungkin bakalan ada yang bilang, perempuan tetap bisa berdaya dari rumah, kok. Big No. Itu gak berlaku buat saya. Kelamaan tinggal di rumah bukan pilihan terbaik buat saya (sampai saat ini). Walau saya seorang introvert, namun kelamaan tinggal di rumah akan membuat saya stres. Saya jadi ingat saat cuti melahirkan anak pertama. 3 bulan di rumah membuat saya stres. hari-hari saya lewati dengan berat sembari menghitung hari kapan bisa masuk kantor lagi. Makanya, demi kesehatan mental saya, saya putuskan untuk tetap berkarir di luar rumah. Bagi saya, rutinitas ke kantor adalah hal menyenangkan. Memakai seragam, gonta ganti outfit dengan tampilan yang rapi adalah hal yang bikin nagih, hehehe 😁

Baca Juga: Nasehat Buat Adik-adik yang Belum Bertemu Jodohnya

🌸 Punya penghasilan sendiri

Sejak usia sekolah, saya udah terbiasa punya penghasilan sendiri. Saat kuliah pun saya juga sambil bekerja (walau gak lama karena bentrok antara jadwal kuliah dan kerja). Saya udah merasakan betapa nikmatnya punya penghasilan sendiri itu. Apapun yang diinginkan bisa langsung didapatkan (kalo mau), tanpa harus nunggu uang pemberian orang tua (saat belum nikah) dan suami (setelah nikah). 

Istri yang punya penghasilan sendiri, saat mau kasih uang ke orang tua rasanya "ringan" karena gak perlu merasa gak enak pada suami (walau saya tahu, suami saya pasti gak bakalan keberatan kalo saya menyisihkan sedikit penghasilannya buat mama saya). Punya penghasilan sendiri juga bikin saya lebih percaya diri.

🌸 Gak mau jadi seperti mama

Bila banyak anak perempuan ingin menjadi seperti ibunya, maka saya dengan tegas berkata "saya gak mau jadi seperti mama". Sebenarnya agak berat bagi saya untuk menuliskan alasannya karena ini seperti membuka kamar kenangan yang udah lama tertutup rapat, namun pelan-pelan saya coba untuk menulis poin pentingnya aja.

Mama adalah perempuan yang gak beruntung dalam hal pendidikan. Kesulitan ekonomi memaksa mama harus berhenti sekolah saat kelas IV SD. Mama kemudian menikah dengan papa yang berstatus PNS dan melahirkan 6 anak (1 meninggal dunia). Sayangnya dengan jumlah anak yang lumayan banyak dan jarak lahirnya berdekatan, membuat kedua orang tua kami agak kesulitan membiayai anak-anaknya. Akibatnya, mama yang gak punya penghasilan harus terus mengalah, alih-alih menyisihkan sebagian uang buat kebutuhan pribadinya, yang terjadi adalah gaji papa habis dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya.

Bagi papa, sesusah apapun keadaan ekonomi keluarga, sekolah anak-anak adalah yang utama. Mungkin karena ini, mama terlihat ikhlas menjalani hidup dalam keterbatasan. Namun saya yang melihatnya merasa gak rela mama hidup seperti itu. Karena itulah, saya bertekad gak mau jadi seperti mama. Saya harus lebih baik dari mama. Dan untuk mencapainya, saya harus kuliah dan bekerja agar punya penghasilan sendiri dan bisa memenuhi segala kebutuhan pribadi tanpa perlu mengharap dari orang lain. Ahh jadi sedih deh menuliskan ini. Jadi kangen sama mama dan baru sadar kalo udah seminggu kami gak telponan. Doaku, semoga mama sehat selalu sehingga anak-anaknya bisa membalas kasih sayang dan pengorbanan beliau. I love you, Mama ❤️❤️

**

Itulah 3 alasan yang mendasari saya memilih menjadi seorang perempuan yang tetap bekerja walau udah nikah dan punya anak. Oh iyaa, tulisan ini adalah opini pribadi saya yaa, gak ada niatan untuk menjelek-jelekkan ataupun menjatuhkan pilihan perempuan lain yang berbeda dengan pilihan saya.

Walau gak mau seperti mama, tapi saya sangat menghargai pilihan perempuan lain yang memilih sebagai stay at home mom, seperti mama. Saya malah kagum pada ibu-ibu yang memilih jalan ini karena saya sadar saya gak akan sanggup menjalaninya. 

Di akhir tulisan ini, saya ingin bilang bahwa apapun pilihan kita, kita harus bangga dengan pilihan itu. Orang lain gak berhak menghakimi pilihan kita. Ladies, pilihan ada di tangan kita!

Share
Tweet
Pin
Share
16 Comments

pic source: pixabay.com

Bulan Oktober nanti genap tujuh tahun saya menjadi seorang blogger. Tanpa saya sadari, ternyata udah lama juga saya jadi blogger. Tapi rasanya kok gini-gini aja yaa, kayak masih newbe terus. Rasanya keahlian menulis saya masih segini-gini aja gak ada perkembangan dari waktu ke waktu. Pun dengan semangat nulisnya, bukannya makin rajin, makin ke sini malah semakin malas aja nih saya rasakan, huhuhu 😢

Baca Juga: 2 Bulan Tidak Ngeblog, Ini yang Saya Lakukan

Makanya, kalo mau jujur, saya tuh merasa insecure banget dengan munculnya banyak blogger baru. Melihat kegigihan dan keuletan mereka, saya cuman bisa sapu dada alias pasrah karena merasa gak bisa nyaingin mereka. Gimana mau bersaing, wong mau buat satu artikel 500 kata aja susahnya minta ampun, butuh waktu minimal dua hari untuk menyelesaikannya. Itulah kenapa, saat berhasil publish satu artikel di salah satu blog yang saya punya, saya bahagia dan puas banget karena merasa bisa menaklukkan diri sendiri, hehehe 😁

Melihat blogger baru yang ulet dan gigih itu, membuat saya ingat dengan masa-masa awal saya ngeblog dulu. Saat itu, semangat saya juga menggebu-gebu. Bila sehari gak nulis, rasanya ada yang kurang. Mau buat artikel gak membutuhkan waktu selama sekarang, nyari idenya juga gampang.

Baca Juga: Domain Baru di Tahun Baru

Saat itu (tahun 2015 - 2017), saya rutin melakukan beberapa kegiatan yang memberikan impact positif bagi blog saya, diantaranya: 

- Rajin blog walking (bewe) ke blog-blog sahabat blogger

Di awal-awal ngeblog, saya rajin banget bewe ke blog teman-teman. Saya melakukannya secara suka rela tanpa paksaan. Saat itu, belum ada grup whatsapp bewe seperti saat ini. Saat itu, bewe yaa bewe aja, perkara teman yang saya kunjungi blognya bakalan berkunjung balik, itu urusan ke sekian. Saya senang melakukannya, dan itu rutin saya lakukan setiap hari. Saya bahkan punya tabel excel nama-nama blog yang rutin saya kunjungi. Ahh, kangen deh dengan masa-masa itu, kapan saya bisa seperti itu lagi yaa? Bewe dengan santai namun blog yang saya kunjungi setiap hari bisa lebih dari 15 blog.

Karena rutin melakukan ini, alexa rank (saat itu masih dipakai sebagai salah satu parameter mendapatkan job) blog saya lumayan cepat turun nilainya. Fyi, semakin kecil nilai Alexa artinya semakin bagus. Karena sering bewe ini, saya jadi akrab dengan lumayan banyak blogger.

Baca Juga: Niche Blog Banua Mayana Waira

- Rajin nulis

Awal-awal bikin blog, hampir tiap malam saya nulis jadi persediaan artikel untuk blog selalu ada. Ritual khusus sebelum tidur saya selalu buka laptop untuk menulis apa aja. Tulisannya gak selalu langsung jadi, tapi minimal udah ada artikel setengah jadi yang tinggal butuh "sentuhan akhir" sebelum diposting di blog. Dulu saya juga punya tabel jadwal tayang artikel di blog. Misal hari Senin posting tema ini, Selasa tema itu, Rabu tema blablabla, dan seterusnya. Sekarang? Jangankan membuat jadwal, yang ada artikelnya saya back date  agar blog gak kelihatan lama kosongnya 🤦🏻‍♀️

pic source: pixabay.com

- Rajin ikutan lomba blog

Dulu saya juga rajin banget ikutan lomba blog, baik lomba yang diadakan brand maupun lomba yang diadakan teman blogger (giveaway). Saat itu jiwa kompetitif saya lumayan tinggi jadi suka menantang diri sendiri ikutan lomba yang ada walaupun hasilnya yaa gitu deh, lebih banyakan kalahnya dibanding menangnya, hahaha. Walau jarang menang, saya gak pernah menyesal ikutan lomba, selain karena dapat melatih kreativitas saya dalam menulis, ikutan lomba juga melatih saya lebih sadar diri dan sportif menerima keputusan juri.

- Rajin belajar

Saat awal-awal membuat blog, saya rajin banget belajar (secara otodidak). Saya mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana cara mengoptimalkan performa blog. Karena keuletan itu, blog saya pernah memiliki pageviews di atas 2.000 per hari via google analytics. Saat itu, ada beberapa artikel saya juga sukses menembus page one google. Sayangnya ilmu-ilmu yang saya pelajari itu gak saya terapkan lagi saat ini. Ditambah lagi algoritma google berubah (dan saya mulai malas update ilmu perbloggingan), pageviews perlahan mulai turun dan semangat ngeblog pun mulai kendor, hasilnya bisa ditebak jumlah artikel mulai berkurang karena saya mulai jarang update tulisan. 

**

Sekarang, saya mencoba pelan-pelan untuk bisa kembali seperti saat saya pertama kali ngeblog dulu. Walau mungkin semangatnya gak se-menggelora dulu, saya usahakan minimal setiap bulan bisa mencapai setengah dari apa yang saya capai saat itu. Saat ini, saya juga mencoba menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik yang dulu selalu saya lakukan yang impact-nya sangat baik untuk blog saya. Ayo semangat, Ira, kamu pasti bisa! 💪

Share
Tweet
Pin
Share
16 Comments
pic source: pixabay.com

Tadi siang, saat sedang scroll-scroll video yang lewat di fyp tiktok saya, mata saya terpaku pada satu video yang menurutku berfaedah banget. Video apakah gerangan? Adalah video tentang menabung di amplop. Jadi, si pemilik video ini men-challenge dirinya untuk menabung di dalam amplop setiap hari minimal Rp. 100.000,-/amplop selama seratus hari.

Baca Juga: Akhirnya Saya Resmi jadi Anak Tiktok

Melihat video ini entah mengapa saya jadi tertantang untuk melakukan hal serupa walau mungkin nominalnya gak sebesar si pembuat video yang saya tonton ini (secara yaa bo', gaji eyke sebulan tenculah gak sebesar doi, hahaha😂). Bukan cuman saya yang tertarik dengan ide menabung seperti ini, di kolom komentar banyak yang tertarik namun beberapa di antara mereka juga mempertanyakan, kok bisa nabung setiap hari padahal gajiannya hanya sekali sebulan. Si konten kreator ini menjawab bahwa selain memiliki penghasilan tetap setiap bulan, ia juga memiliki penghasilan tambahan yang ia dapatkan dari keahlian yang dimilikinya, jadi penghasilan tambahan inilah yang sangat membantu lancarnya pengisian amplop ini.

Lalu saya pun berpikir, si konten kreator tersebut aja bisa nabung, masa saya gak bisa ngikutin jejaknya? Saya juga sama seperti dia, punya penghasilan tetap setiap bulan (walau jumlahnya gak sebesar dia) dan punya penghasilan lain yang insyaallah selalu ada setiap bulan dari sosmed dan hobby atau kebiasaan saya menulis di blog. Yuk, beli amplop se-dus dan mulai ikutan challenge-nya, Ira! Bismillah, saya bisa! 💪

amplopnya udah ada

Menurut si konten kreator, bila kita memanfaatkan potensi yang kita punya, kita bisa banget mendapatkan penghasilan tambahan yang nilainya kadang bisa melebihi penghasilan tetap kita sebulan. Asal kita mau belajar dan mengasah diri, insyaallah hasilnya akan kita petik. Bukankah hasil gak akan pernah menghianati usaha yang udah kita lakukan? Apalagi sekarang ini kita gak perlu susah-susah keluar rumah buat kursus karena udah banyak aplikasi kursus online yang bisa dipilih untuk mengembangkan potensi yang kita miliki.

Lalu keahlian-keahlian apa sajakah yang bisa kita kembangkan dan manfaatkan yang dapat membantu kita menghasilkan cuan yang bisa dipakai buat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus dapat ditabung seperti yang dilakukan si konten kreator yang saya ceritakan di atas? Berikut beberapa keahlian yang bisa dijadikan sumber penghasilan, di antaranya:

💰 Menulis

Memiliki keahlian menulis memberikan banyak keuntungan, salah satu contohnya adalah menulis di blog. Bila blognya dikelola dengan baik, insyaallah akan mendatangkan materi yang lumayan yang nominalnya bisa membantu perekonomian keluarga. Bila blog kita dikelola secara serius dan profesional, menabung setiap hari tentu bukan hal yang mustahil lagi. Jujur aja, dulu saya gak pernah menyangka, kalo hasil yang saya dapatkan dari hobby saya menulis di blog bisa seperti ini. Dulu, saya pikir blog hanya merupakan tempat bagi saya untuk menuangkan opini atau tempat untuk curhat aja, ternyata hasilnya di luar ekspektasi. So, bila kamu punya keahlian menulis, yuk buat blog dan kelola secara serius. 

Baca Juga: Niche Blog Banua Mayana Waira

💰 Memasak

Keahlian memasak juga bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan. Ada beberapa teman saya yang membuka bisnis dari keahliannya memasak. Hasilnya? Ngeri euy! Omsetnya mencapai puluhan juta sebulan 🤑  

💰 Public Speaking

Memiliki keahlian public speaking adalah anugerah. Apalagi bila ditunjang dengan rasa percaya diri yang tinggi dan jaringan koneksi yang luas maka kesempatan untuk memanfaatkan keahlian itu semakin besar. Salah dua pekerjaan paruh waktu yang bisa dipilih antara lain pembawa acara atau MC dan moderator. 

💰 Menyanyi

Dulu, untuk menjadi penyanyi sangatlah sulit. Jalan yang ditempuh sangat panjang dan berliku (kecuali punya "orang dalam" di industri musik). Saya ingat, saat masih kuliah dulu, berkali-kali harus ngantar sahabat saya yang memiliki suara merdu untuk ikutan audisi lomba nyanyi yang diadakan beberapa stasiun tv swasta, mulai dari AFI, KDI hingga Indonesian Idol. Hasilnya? Gak lolos. Bandingkan dengan sekarang, kita sangat mudah menemukan penyanyi-penyanyi baru bersuara merdu di kanal youtube yang mereka miliki. Gak sedikit penyanyi yang sebelumnya hanya ngamen di "jalan" kini bisa punya fans fanatik layaknya penyanyi-penyanyi jaman dulu yang udah masuk dapur rekaman. Kalo udah gini, cuan tentu mengalir deras di rekening mereka, hehehe 🤑

Baca Juga: 2007 dalam Kenangan

💰 Menggambar

Keahlian lain yang juga bisa diasah dan bisa memberikan penghasilan tambahan jika ditekuni dan dikembangkan adalah memiliki bakat di seni gambar. Di antara 5 bersaudara, ada salah satu adik saya yang sejak kecil suka banget menggambar dan membuat doodle. Saat masih sekolah, dia sering dapat hadiah uang tunai yang nominalnya sangat besar (di mata kami saat itu 🤑) karena gambar kaligrafinya selalu juara satu. Menurutnya, menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan sekaligus menenangkan pikiran. Sayangnya karena sesuatu dan lain hal, kini dia gak mengembangkan bakat yang dimilikinya tersebut, hiks sayang banget padahal kalo dikembangkan bisa menjadi salah satu caranya menambah penghasilan. 

💰 Make up

Hobby merias wajah ternyata bisa dijadikan cara untuk menambah penghasilan loh. Ada beberapa teman saya yang akhirnya menjadi make up artist (MUA) yang sering diundang untuk merias pengantin atau acara lain seperti wisuda, lamaran atau tujuh bulanan. Kegiatan yang awalnya hanya hobby ini menghasilkan cuan yang lumayan. Hmm, sungguh hobby yang menghasilkan yaa ❤️

🔥🔥

Itulah beberapa keahlian yang bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan untuk meningkatkan nominal pundi-pundi keuangan kita. Bila ada penghasilan tambahan yang kita dapatkan secara tetap setiap bulan, menabung setiap hari tentu bukan lagi menjadi hal yang sulit.

Seperti kata banyak pakar keuangan, apalah artinya menabung bila gak konsisten dan disiplin, maka agar kegiatan menabung kita berjalan lancar, maka diperlukan tekad yang kuat, konsisten dan disiplin. So, doakan saya agar selalu konsisten dan disiplin menyisihkan uang setiap hari hingga 100 hari ke depan yaa! Fighting, Ira! 💪

Oh iyaa, kalo kalian, gimana cara menyisihkan uang setiap bulan? Adakah yang udah mencoba cara menabung pakai sistim amplop seperti ini? Bagi ceritanya di komom komen yuk! 😉

Share
Tweet
Pin
Share
22 Comments

Artikel ini adalah artikel kolaborasi saya dengan Diah yang harusnya tayang di akhir April lalu, namun karena kemalasan saya sedang kumat, jadilah artikel ini baru tayang hari ini, ckckck sungguh telatnya kebangetan yaa. Tapi bukankah lebih baik telat daripada gak posting sama sekali? Hahaha cari pembenaran banget deh, ckckck 🙄

Baiklah, kali ini tema yang kami pilih adalah "membawa anak ke kantor, yeay or nay?". Silakan baca tulisan Diah dengan tema ini di sini yaa 👇

Bawa Anak ke Tempat Kerja, Yeay or Nay?



Kalo menurut saya, gak ada yang salah saat membawa anak ke kantor, dengan catatan si anak nyaman berada di kantor ayah/ibunya, si anak gak mengganggu kerjaan ayah/ibunya dan paling penting adalah kantor orang tuanya mengizinkan membawa anak saat bekerja karena walau si anak nyaman di kantor dan gak mengganggu tapi kalo kantor gak mengizinkan membawa anak yaa anaknya gak akan mungkin dibawa ke kantor oleh ortunya dong yaa.

Perkara membawa anak ke kantor ortu ini udah saya saksikan sejak dahulu kala saya masih duduk di bangku sekolah dasar dulu. Guru-guru saya, terutama ibu guru, selalu membawa serta anaknya ke sekolah dan si anak ikut mamanya dalam kelas. Saat ibu guru sedang mengajar, si anak duduk manis sambil main di kursi guru. Beragam hal yang dilakukan si anak, mulai dari bermain boneka (kalo anaknya cewek), main robot-robotan (kalo anaknya cowok), menggambar hingga kadang-kadang ikutan corat-coret papan tulis.

Setelah menikah dan punya anak, suami juga sering membawa anak pertama kami yang masih balita ke sekolah tempatnya mengajar. Sama seperti anak guru-guru saya sewaktu SD, saat papanya sedang ngajar, Wahyu sibuk dengan aktivitasnya sendiri misalnya bermain robot yang dibawanya dari rumah, mewarnai gambar pola yang kami download-kan di internet dan beberapa kegiatan lainnya. Anak saya betah ikut papanya ke sekolah karena ia nyaman. Saat ini, suami juga sedang mempertimbangkan membawa anak ketiga kami ke sekolah.

Baca Juga: Buka HP Pasangan, Yeay or Nay?

Berbeda dengan suami, dulu saya gak pernah membawa anak ke kantor hingga berjam-jam lamanya menemani saya bekerja. Di kantor lama saya, pegawai dilarang membawa anak ke kantor. Selain karena suasana kantor gak mendukung adanya anak kecil, dikawatirkan keberadaan mereka akan mengganggu aktivitas orang tuaya selama bekerja. Biasanya anak saya hanya singgah sebentar untuk mengantar saya absen pagi atau datang pada saat sore melihat saya absen pulang. Ia suka banget datang menemui saya ke kantor pada pagi dan sore karena saat saya absen ia juga ikutan absen menempelkan jarinya pada mesin finger print.

Baca Juga: Contoh Surat Resign

Saat ini, setelah menjadi ASN, kantor saya gak melarang pegawainya membawa anak ke kantor. Walau perasaan saya masih belum nyaman membawa anak ke kantor (masih terbiasa dengan larangan di kantor lama) namun sepertinya sekali-sekali saya akan mencoba membawa anak saya ke kantor saat suasana kantor sedang selow dan gak banyak kerjaan.

Oh iyaa, berkaca dari pengalaman suami membawa Wahyu ke sekolah, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan sebelum membawa anak ke kantor agar si anak nyaman dan orang tuanya juga tetap bisa bekerja tanpa merasa terganggu, hal-hal tersebut antara lain:

👉🏻 Sebelum membawa anak, pastikan suasana kantor nyaman buat anak-anak

👉🏻 Pastikan bahwa membawa anak ke kantor bukanlah hal terlarang, maksudnya gak ada aturan yang melarang pegawai membawa anaknya ke kantor

👉🏻 Durasi keberadaan anak di kantor orang tua jangan terlalu lama atau sepanjang hari

👉🏻 Jangan membawa anak ketika suasana kantor sedang hectic

👉🏻 Kenyamanan anak adalah yang utama karena itu saat membawa anak ke kantor orang tua harus menyiapkan beberapa hal ini:

  • Si kecil harus memakai pakaian yang nyaman 
  • Makanan dan botol minuman
  • Snack dan botol susu (susu uht)
  • Mainan
Membawa anak ke kantor tentu bukanlah pilihan mudah bagi orang tua. Saya yakin keputusan itu diambil setelah melalui banyak pertimbangan. Jadi kalo ditanyakan pada saya, bawa anak ke kantor, yeay or nay? Jawaban saya adalah yay!

So, apa pendapat kalian tentang orang tua yang membawa anaknya ke kantor? Atau mungkin punya pengalaman membawa anak ke kantor? Yuk ceritakan di kolom komentar! 😉

Share
Tweet
Pin
Share
20 Comments

Saat sedang selow dan gak ada kerjaan, saya biasanya nonton drama korea atau film india, namun karena selow-nya masih jam 9 pagi dan sedang di kantor pula, rasanya nonton drama bukanlah pilihan bijak. Jadi untuk mengatasi keselow-an itu, saya memilih untuk mengerjakan hal yang lebih berfaedah, hehehe 😅

Apakah hal berfaedah yang dimaksud? Hmmm apa yaa? Lalu kemudian saya ingat, kalo file-file di laptop tuh udah acakadut banget. Ahaa, sepertinya ngerapihin data-data di laptop adalah cara terbaik untuk mengatasi keselow-an itu, gaes! 💪

Namun saat merapikan folder foto, hati saya jadi melow. Apa pasal? Soalnya di situ ada lumayan banyak foto saya saat kuliah dulu. Memandangi foto-foto itu berhasil membawa saya ke masa lalu, masa di mana saya hidup sebagai mahasiswi yang jauh dari orang tua. Di antara banyak foto, ada satu foto yang paling saya suka yakni foto saya bersama dua sahabat pada momen wisuda tahun 2007 lalu.

3 sahabat yang udah jarang banget ketemu karena kesibukan masing-masing

Ahh iyaa, ternyata udah selama itu saya wisuda. Bila dihitung dari tahun 2007 ke tahun 2022, kurang lebih udah 15 tahun saya meninggalkan bangku kuliah. Wow, ternyata udah lama, padahal rasanya kayak baru kemarin saya melewati momen titip absen karena suka telat ngampus karena pete-pete yang saya tumpangi muter-muter gak jelas.

Baca Juga: 10 Tahun Lalu, Sekarang & 10 Tahun Kemudian

Dan setelah saya ingat-ingat, ternyata ada beberapa momen spesial yang saya alami di tahun 2007. Momen apa sajakah itu? 

1. Study Banding ke Jawa - Bali

Setelah dua tahun kuliah di kampus LP3I, pada pertengahan tahun 2005 saya dan beberapa teman memutuskan untuk melanjutkan kuliah di STIE Patria Artha (Saat ini sudah menjadi Universitas Patria Artha, Makassar) demi meraih gelar sarjana karena di LP3I hanya D2. 

Saat kami memasuki semester akhir, pihak manajemen kampus memutuskan bahwa angkatan kami gak melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Kuliah Kerja Profesi (KKP) layaknya mahasiswa tingkat akhir di tahun-tahun sebelumnya melainkan melakukan Studi Banding ke Jawa - Bali. Saya lupa apa alasan kampus melakukan ini, tapi nyaris sebagian besar teman-teman saya setuju dengan keputusan ini. Dan akhirnya, pada bulan Maret tahun 2007 saya dan teman-teman melakukan Study Banding ke Jawa - Bali. Rute kami adalah: Makassar - Surabaya - Jakarta - Bandung - Jogjakarta - Bali - Surabaya - Makassar.

Dalam studi banding tersebut, kami mengunjungi banyak tempat, di antaranya adalah beberapa kampus ternama yang ada di Jawa (salah satunya kampus STAN), perusahaan-perusahaan besar yang produknya sudah akrab dalam keseharian hingga beberapa factory outlet yang ada di Bandung.

Agenda kegiatan berjalan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan. Semua kampus dan perusahaan yang ada di Jawa yang menjadi tujuan kami berhasil kami kunjungi. Namun di hari-hari terakhir, rencana mulai gak berjalan mulus. Agenda ke Bali terpaksa harus dibatalkan karena cuaca buruk, hiks 😰. Berita buruk ini disampaikan pihak travel yang mengurusi tur kami saat kami sedang berada dalam bus dalam perjalanan dari Jogjakarta menuju Banyuwangi. Menurut info yang diterima pihak travel, saat itu sedang terjadi kemacetan parah di Pelabuhan Banyuwangi karena kapal rute Bayuwangi - Bali gak ada yang beroperasi diakibatkan cuaca buruk. Gelombang laut sangat tinggi jadi kapal gak berani berlayar.

Baca Juga: Saat Mimpi Tak Dapat Diraih

Mendengar kabar buruk itu, saya langsung lemas. Bayangan untuk menikmati keindahan Pulau Dewata musnah sudah. Cita-cita untuk mengunjungi pantai indah yang selama ini sering saya lihat di televisi harus terkubur. Sedih banget rasanya menerima kenyataan itu 😭.

Baca Juga: Terpaksa Kuharus Melepasmu

Sebagai gantinya, tempat yang kami kunjungi berubah. Pihak travel menyarankan agar kami ke Malang saja. Menurut tour guide kami, walau tempat wisata di Malang gak se-familiar yang ada di Bali namun tempatnya gak kalah indah. Setelah mencari penginapan dan beristirahat sejenak di Surabaya, kami pun menuju Malang. Namun sayangnya (mungkin karena masih sedih dan kecewa karena batal ke Bali), saya jadi kurang menikmati perjalanan ke Malang saat itu, akibatnya gak ada satu pun tempat wisata yang kami kunjungi yang saya ingat namanya. 

Tour guide kami bercerita bahwa di Malang ada sebuah restoran yang menyediakan menu bakso yang lezat banget rasanya, kami langsung diajak kesana, dan rasanya memang sesuai yang diceritakan, namun lagi-lagi saya lupa nama restorannya. Tour guide kami ini orangnya asyik banget. Saat mengajak kami ke sebuah tempat wisata, restoran atau tempat lain yang pantas dikunjungi, ia dengan senang hati berbagi informasi tentang tempat itu. Cara berceritanya menyenangkan jadi kita selalu antusias mendengarnya. Saya yakin, kalo saat itu udah ada Makanan korea di Malang, beliau pasti akan mengajak kami ke restoran yang menyajikan makanan itu agar kami bisa menikmati kelezatannya.

Hari-hari terakhir kami habiskan di Surabaya sembari menunggu jadwal keberangkatan pesawat yang akan membawa kami pulang ke Makassar. Jujur aja, sampai sekarang saya masih sedih bila mengingat kejadian itu. Sedihnya belum terobati karena sampe hari ini, saya belum berhasil menginjakkan kaki ke Bali, hiks. Doakan semoga secepatnya saya bisa ke Bali yaa, amiiin 🤲😇.

2. Ujian Skripsi

Pulang study banding, saya mulai mencari dan menentukan judul skripsi sekaligus mengerjakan Bab I dan Bab II-nya. Beberapa bulan berlalu, akhirnya jadwal ujian skripsi saya ada juga dan alhamdulillah ujiannya berjalan lancar. Di akhir bulan Agustus 2007, gelar Sarjana Ekonomi akhirnya resmi disematkan di belakang nama saya; Irawati Hamid, SE. Ada rasa bangga dan buncah dalam hati saat nama saya dipanggil dengan titel itu. Rasanya perjuangan selama empat tahun terbayar lunas 🤩.

3. Wisuda

Satu minggu setelah ujian skripsi, kami diwisuda. Papa dan Mama datang ke Makassar untuk mendampingi saya. Melihat raut wajah bahagia papa dan mama hati saya membuncah, dalam hati saya berdoa semoga saya bisa menjadi anak yang senantiasa bisa membahagiakan kedua orang yang sangat saya cintai itu.

Saat memandangi foto wisuda saya yang didampingi papa dan mama, saya sangat bersyukur karena keempat adik saya gak bisa merasakan seperti yang saya rasakan. Saat wisuda, mereka hanya didampingi mama dan saya atau mama dan suami saya atau mama dan adik saya, atau bahkan ada adik saya hanya didampingi oleh saya dan adik saya yang lain 😢

saat papa masih sehat

Setelah 15 tahun berlalu, kini saya adalah seorang ibu dengan tiga anak lelaki tampan, seorang wanita bekerja yang berkarir sebagai ASN sekaligus blogger yang mengelola 3 Lifestyle blog. Jujur aja, saya gak pernah menyangka hidup saya akan se-berwarna ini. Dulu, yang ada dalam pikiran saya adalah, setelah kuliah saya akan bekerja di sebuah perusahaan bonafid, cinlok dengan rekan kerja lalu menikah dan dikaruniai sepasang anak. Gak pernah terbayangkan saya akan menjadi sosok seperti yang saat ini saya lakoni. 

Baca Juga: Hal yang Terjadi di Bulan Januari 2022

Ahh, gak terasa ternyata 2007 udah sangat lama berlalu, namun kenangannya masih segar di ingatan seolah baru kemarin saya alami 😊

Share
Tweet
Pin
Share
24 Comments
Newer Posts
Older Posts

About me


Hai, Saya Ira. Pemilik sekaligus penulis blog ini. Jika ada pertanyaan  sehubungan dengan tulisan saya atau ingin menjalin kerjasama, silakan  hubungi saya melalui email di  wewahyu2011@gmail.com

Lets's Be Friends

  • facebook
  • Instagram
  • twitter

Followers

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (2)
      • Teka Teki Silang
      • Bukan Dejavu
  • ►  2024 (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2023 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2022 (51)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (9)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)

Labels

#Trending A Day In My Life All About Women Beauty & Healthy Collaboration Cuap-cuap Hikmah Of Blablabla Honest Review In My Opinion Info Kece Relationship Tips & Trick ❤️ Produk Indonesia

Total Tayangan Halaman

Recent Comments

`

Recent Posts

Popular Posts

  • Layangan Putus
  • Saat Mimpi Tak Dapat Diraih
  • Review Tokyo Night Deodorant Roll On
  • Minyak Gosok yang Ada di Rumah Kami
  • Hempaskan Virus KDRT Sejak Belum Menikah

Member Of




Created with by BeautyTemplates