Banua Mayana Waira

jejak kata dan sisi lain blogger perempuan dari buton tengah

facebook twitter instagram youtube
  • Home
  • About Me
  • Another Blog
    • First Blog
    • Second Blog
  • Disclosure

Setiap saya membagikan cerita tentang keseharian saya di blog ini, gak sedikit teman-teman yang memuji karena saya tetap aktif nulis padahal punya tiga anak dan tetap ngantor setiap hari. Saya hanya bisa menjawab semua itu bisa terjadi karena saya memiliki support system yang baik mulai dari suami yang pengertian dan gak pernah melarang saya melakukan apapun yang saya mau, kondisi rumah yang santai dan tentu karena memiliki mertua yang sangat pengertian. Fyi, saat ini saya dan suami masih tinggal di rumah mertua.

Baca Juga: Me and My Mom In Law

Dalam menjalani kehidupan saya sebagai working mom, sebenarnya saya itu jarang banget melakukan kegiatan rumah tangga seperti masak, nyuci baik cuci piring maupun cuci baju, nyapu dan kegiatan rumah tangga lainnya, kegiatan rumah tangga yang rutin saya lakukan cuman menyetrika, seminggu sekali. Jadi setelah pulang kantor, yang saya lakukan adalah bersih-bersih badan, main sebentar dengan anak kemudian melakukan hobi saya nonton atau nulis sebelum akhirnya istirahat untuk kembali beraktivitas keesokan harinya.

Dalam hal mengurus anak, suami sangat banyak membantu, dia selalu turun tangan mengurusi keperluan anak-anak. Bila saya gak bisa atau sedang gak sempat melakukannya, biasanya dia yang selalu menggantikan. Suami juga gak ribet masalah makanan. Dia makan apapun yang tersaji di meja makan, kalo pun makanannya gak ada dia akan segera keluar untuk beli makanan jadi atau pesan makanan secara online.

Selain suami yang sangat banyak membantu, mengurus anak juga dibantu mertua. Anak ketiga kami yang baru berusia dua tahun itu bahkan tidurnya udah sama mertua. Doi udah gak mau tidur bareng kami dan maunya cuman sama oma aja, jadi sehari-harinya yaa banyakan sama omanya dibanding sama saya. Jadi waktu saya memang agak lumayan banyak lowong. Sayangnya saya sering didera rasa malas jadinya waktu banyak saya habiskan untuk leyeh-leyeh sambil nonton tiktok atau drama korea.

Baca Juga: Live Tiktok yang Annoying

Ahh jadi ingat saat awal-awal jadi ibu. Suamilah yang lebih telaten ngurus anak. Saya yang sebelumnya gak pernah suka dengan anak kecil apalagi sampe akrab dengan bayi, kaget banget dengan kehadiran anak kami. Sebagai new mom, saya ketakutan menggendong bayi, jadilah si bayi selalu rewel ketika saya gendong. Melihat saya yang kaku kayak kanebo kering, pelan-pelan suami mengajari saya cara menggendong bayi agar si bayi nyaman dan bagaimana mengurus bayi dengan baik hingga saya jadi luwes dan si bayi anteng saat saya gendong.

Saat melahirkan anak kedua dan ketiga pun suami yang paling banyak berperan. Masa-masa awal setelah lahiran, dialah yang lebih banyak begadang, membuat susu dan mengganti popok. Oh iyaa, ketiga anak kami gak ASI eksklusif karena entah mengapa ASI saya susah banget keluarnya, padahal udah coba beragam cara, jadilah anak-anak dibantu sufor.

Sebelum memutuskan menikah, saya dan suami memang mendiskusikan banyak hal, diantaranya adalah setelah menikah saya gak mau diminta untuk berhenti bekerja. Saya juga ngomong bahwa saya adalah perempuan yang gak bisa dipaksa dalam melakukan sesuatu dan saya bukanlah perempuan yang bisa diandalkan dalam mengurus rumah. Bila dia keberatan dengan semua itu, saya gak akan mau menikah dan saya persilakan dia mencari wanita lain. Alhamdulillah ternyata dia gak keberatan, hehehe 😄

Baca Juga: Nasehat Buat Adik-Adik Perempuan yang Belum Bertemu Jodohnya

Setelah menikah, punya anak dan merasakan banyak asam garam kehidupan rumah tangga, saya merasa bersyukur karena langkah yang saya ambil saat pacaran ternyata benar. Saya sulit membayangkan, gimana jadinya bila sebelum nikah saya gak pernah berdiskusi dengan calon suami tentang semua yang saya mau dan hal-hal yang harus kami ketahui tentang pribadi masing-masing dan setelah nikah saya baru tahu ternyata dia adalah lelaki yang suka memaksakan kehendak, suami yang bossy dan pengennya cuman dilayani aja. Kehidupan rumah tangga seperti itu pasti akan sangat berat dan saya kayaknya gak bakalan sanggup menjalaninya karena membayangkannya aja udah ngeri.

Baca Juga: Hempaskan KDRT Sejak Belum Menikah

Karena itulah, menyamakan persepsi sebelum nikah itu penting banget. Menikah bukanlah perkara mudah dan cuman cinta-cintaan doang. Menikah bukanlah sekadar menghalalkan yang haram atau sebagai cara menghindari zina, tapi pernikahan adalah hal yang sangat kompleks, jadi sebelum memutuskan untuk masuk ke gerbangnya, pastikan kita udah "kenal baik" dengan calon pasangan kita.

Menurut saya, dalam pernikahan seharusnya hubungan itu adalah relasi bukan majikan dan pembantunya, bukan pula raja dan hamba sahayanya. Kedudukan suami dan istri itu setara, gak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Karena itulah, segala pekerjaan rumah tangga itu harusnya jadi tanggung jawab berdua, gak ada pengkotak-kotakan tugas, misal tugas suami cuman mencari nafkah aja sedangkan istri tugasnya di rumah ngurus anak dan semua pekerjaan rumah tangga.

Baca Juga: 7 Ciri Lelaki yang Tidak Boleh Dijadikan Suami

Duh, ini kok jadi kemana-mana yaa pembahasannya, udah keluar banget dari judul, hehehe. Jadi sebenarnya apa sih inti dari tulisan ini? Yang ingin saya katakan adalah, lingkungan keluarga yang hangat dan relasi yang baik dengan suami adalah kunci kebahagiaan seorang istri. Udah, gitu aja inti dari tulisan ini, wkwkwkwk 😂

Daripada makin kemana-mana dan makin ngawur, sepertinya tulisan ini saya cukupkan sampai disini aja deh yaa, sampai jumpa di tulisan lainnya!

Share
Tweet
Pin
Share
21 Comments


Duh judulnya yaa, sok-sokan pakai bahasa inggris segala, hahaha. Gak papa lah yaa, biar terdengar keren gitu loh, wkwkwkwk 😂🤣

Lalu kok tiba-tiba kepikiran buat nulis dengan tema ini, Non? Apakah tulisan ini akan berisi kekejaman ibu mertua? Ataukah akan berisi curhatan saya yang dizholimi ibu mertua? Ohh tentu tidak keduanya, Esmeralda. Saya memilih menulis dengan tema ini karena merasa ini tema yang lumayan asyik untuk ditulis. Loh kok bisa gitu? Yaa karena hubungan saya dengan mami (panggilan untuk mama mertua) sangat baik jadi saya bisa bercerita tentang beliau secara luwes dan apa adanya, hehehe

Bagi saya, mami adalah ibu terbaik setelah mama (ibu kandung saya). Beliau sangat memahami saya hingga gak pernah nuntut apa-apa dan karena inilah saya gak pernah merasa tertekan menjalani peran sebagai seorang menantu. Perlakuan mami pada saya tetap sama sejak awal menikah hingga saat ini.

Jadi ingat saat awal-awal bikin akun tiktok, di fyp sering muncul video-video menantu yang berkonflik dengan ibu mertuanya. Konfliknya gak tanggung-tanggung, mulai dari si menantu mendapat fitnahan keji dari mertua dan ipar hingga penganiayaan yang berujung pelaporan ke polisi dan kaburnya si menantu ke luar kota meninggalkan suaminya karena udah gak tahan dengan perlakuan ibu mertuanya. Sungguh video yang bikin bergidik. Kalo saya belum nikah dan sering nonton video dengan tema seperti ini, besar kemungkinan saya bakalan jadi orang yang takut nikah atau kalo pun mau menikah, saya bakalan pilih calon suami yang gak punya orang tua lagi alias yatim piatu biar gak punya mertua. Takut euy, punya mertua serem gitu, hiyyy 😓

Baca Juga: KDRT Lesti Kejora

Karena gak pernah mendapat perlakukan seperti itu (duh, amit-amit semoga jangan pernah yaa), saya pun kaget, ternyata ada yaa ibu mertua kayak gitu di dunia nyata ini, kirain yang kayak gitu adanya cuman di sinetron aja.

Dan seiring berjalannya waktu, mata saya pun semakin terbuka, ternyata ada banyak ibu mertua (dan ipar) yang seperti itu. Kejadian memilukan terkait hubungan ibu mertua dan menantunya baru aja terjadi awal Januari lalu.

Jadi awal tahun 2023 ini, saat saya sedang duduk santai di ruang tamu, sayup-sayup terdengar berita di televisi terkait meninggalnya seorang wanita muda. Setelah diselidiki, ternyata penyebab kematiannya adalah karena dibun*h suaminya dan dalam melakukan aksinya, si suami dibantu oleh ibu dan kakaknya alias ibu mertua dan kakak ipar korban. Saat mendengar berita ini saya sedih banget, apalagi pemicu kejadian itu ternyata hanyalah masalah sepele yaitu karena si istri ini gak mau membuatkan kopi untuk suaminya, ckckck 😭

Bila dipikir-pikir, memang agak pelik hubungan ibu mertua dan menantu perempuan ini. Sepertinya si ibu mertua ini menganggap anak laki-lakinya adalah segalanya hingga mereka merasa pantas untuk menyakiti istri anaknya. Mereka gak ikhlas si anak berbagi hati dengan wanita lain. Mungkinkah kehadiran si menantu membuat mereka merasa diduain? 🤔

Para mertua ini seolah gak mau tahu atau gak peduli kalo si menantu ini juga anak dari orang tua yang sangat menyayanginya. Bahwa si menantu ini adalah manusia yang juga perlu dijaga hatinya. Yang mereka pikirkan cuman perasaan diri sendiri aja.

Bagaimana dengan mertua saya? Saya ingat saat pertama kali bertemu (saat itu saya dan suami masih pacaran), mami langsung memeluk saya. Pelukannya terasa hangat. Mendapatkan pelukan seperti itu membuat saya tenang. Hati saya terasa nyaman dan sejak saat itu saya akhirnya mantap menjalani hubungan ke arah yang lebih serius. Sejak bertemu calon mertua, saya gak ragu lagi memutuskan menikah karena saya merasa diterima di keluarganya ❤️.

Saya juga semakin yakin menikah dengan suami karena berdasarkan testimoni teman saya (yang kebetulan menjadi teman sekantor mami), mami adalah perempuan yang berpikiran terbuka dan gak kolot. Beliau bukan orang yang gampang terpengaruh dengan isu-isu yang berkembang di luar sana 👍.

Baca Juga: Alasan Saya Memilih Jadi Working Mom

Saya semakin sayang pada mami setelah mengenalnya lebih dekat.  Mami adalah tipikal wanita mandiri yang teguh memegang prinsip. Beliau juga sangat penyayang dan gak tegaan pada orang lain. Bila ada anggota keluarga yang sedang kesusahan, beliau dengan suka rela menawarkan bantuan. Mami juga sangat sayang pada anak-anak, gak heran anak-anak saya sangat dekat dengan beliau. Anak ketiga saya bahkan lebih lengket pada omanya dibanding pada saya dan papanya.

Lebih sebelas tahun menjalani peran sebagai istri anaknya, mami gak pernah menuntut saya untuk menjadi menantu yang sempurna. Beliau sangat tahu batasan dan gak pernah ikut campur dalam kehidupan rumah tangga kami. Ahh jadi ingat awal-awal punya anak, saya sempat kabur dari rumah karena marah pada suami. Saat itu ibu mertualah yang memohon maaf atas kesalahan anaknya, dengan penuh kelembutan beliau meminta saya pulang ke rumah. Saya akhirnya luluh dan mau pulang ke rumah, hehehe 😄🤭

Layaknya hubungan yang ada up and down-nya, hubungan saya dengan mami pun seperti itu. kadang-kadang ada rasa yang mengganjal di hati, tapi itu gak berlangsung lama, kalau udah dibicarakan semua akan kembali seperti semula. 

Saya berharap, kelak saat anak-anak saya udah nikah dan punya istri, saya bisa menjadi mertua yang seperti mami. Mertua yang sayang pada menantu seperti layaknya sayang kepada anak sendiri, mertua yang mengayomi, mertua yang mandiri dan gak menyusahkan anak-anak. Saya juga akan membebaskan menantu untuk memilih profesi yang mau ditekuninya. Kalo menantu pengen jadi ibu rumah tangga namun tetap ingin punya penghasilan sendiri dari pekerjaan sebagai Editor Freelance, misalnya, saya akan dukung, tapi kalo menantu ingin menjadi wanita karir, saya juga akan tetap dukung. Mau jadi Penulis Buku juga oke aja, asalkan si menantu bahagia dan sayang pada anak saya.

mami yang masih cantik di usia senjanya 😍

^^

Itulah sepenggal cerita tentang saya dan ibu mertua. Saya menulis ini gak bermaksud membandingkan ibu mertua saya dengan ibu mertua di luar sana. Tujuan saya menulis ini murni hanya untuk berbagi cerita aja. Maafkan bila ada kalimat yang mungkin menyinggung yaa 🙏🏻

Share
Tweet
Pin
Share
19 Comments
pic source: Dodi/JabarNews

Kurang lebih seminggu lalu, tepatnya pada hari Kamis terakhir di bulan September 2022, saya dikagetkan dengan pertanyaan salah satu rekan yang mejanya ada di depan meja saya. "Kak Ir, benarkah berita ini?" sembari bertanya, ia menunjukkan sebuah berita yang dilihatnya dari salah satu akun gosip, yang berbunyi kurang lebih seperti ini

"Lesti Kejora Melaporkan Suaminya ke Polisi Karena Sang Suami Melakukan KDRT"

Membaca berita itu, saya gak percaya, lebih tepatnya shock karena walau selama ini jarang dan gak terlalu tertarik mengikuti berita tentang Lesti dan Billar, suaminya, saya gak nyangka akan mendengar berita buruk ini. Apalagi selama ini berita tentang mereka selalu berisi hal yang baik-baik seperti prestasi Lesti yang segambreng atau hal positif lainnya. Ada juga berita tentang pamer-pamer harta dan hal-hal yang bersifat hura-hura lainnya. Intinya, berita tentang mereka tuh selalu berisi berita bahagia, makanya saya gak percaya saat mendengar berita miris nan memilukan ini.

Jujur aja, walau benci banget dengan konten prank, tapi mendengar berita buruk yang menimpa Lesti, saya berharap ini cuman settingan dan konten prank aja. Saya sedih banget membayangkan dia harus mengalami kekerasan dari orang yang seharusnya melindunginya. Membayangkan tubuhnya yang mungil itu harus menerima pukulan keras nan menyakitkan dari suaminya sendiri, orang yang sangat dicintainya, hiks hati saya ikut teriris 😭

Saya akui, saya bukan fans Lesti dan Billar. Saya termasuk orang yang percaya bahwa kedekatan mereka adalah settingan semata demi konten untuk menyenangkan fans sekaligus mempertebal pundi-pundi kekayaan mereka. Entahlah, walau banyak yang klepek-klepek dengan kedekatan dan kemesraan mereka, saya kok merasa biasa aja dan melihat cinta mereka gak sekuat itu. Saya bahkan melihat Lesti bukanlah tipikal wanita yang disukai Billar (maaf buat yang gak sependapat). Di hubungan mereka, saya melihat cinta Lesti bertepuk sebelah tangan 💔

Tapi walau begitu, saya gak pernah membayangkan akhir kisah mereka akan setragis ini. Pernikahan yang digelar dengan begitu mewah dan meriah laksana pernikahan putri dan pangeran di novel-novel romantis dan disiarkan langsung di televisi itu, yang usianya baru berjalan kurang lebih setahun harus berakhir di kantor polisi. Saya membayangkan hati kedua orang tua Lesti yang hancur berkeping-keping menyaksikan anak perempuan satu-satunya yang mereka cintai sepenuh hati sejak kecil, di-kdrt oleh orang asing yang baru dua tahun terakhir dekat dengan Lesti.

pic source: Instagram @aldiphoto

Dari kisah Lesti dan Billar ini, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik, diantaranya:

⭐ Jangan Menikah karena tekanan

Bila disebut siapa yang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya pernikahan Lesti dan Billar, maka saya berani jawab; NETIJEN alias fans leslar yang hatinya berbunga-bunga dan jantungnya berdebar-debar melihat kedekatan Lesti dan Billar. Saya melihat pernikahan Lesti dan Billar ini gak didasari cinta. Seperti yang saya tulis di atas, di pernikahan ini hanya ada cinta Lesti, sedangkan Billar? Dari gesture tubuhnya gak ada tanda-tanda cinta, imho. 

Di sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa jangan menikah karena tekanan orang-orang di sekeliling atau lingkungan, jangan pula menikah dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain karena ketika terjadi hal yang gak diinginkan dalam pernikahan kita (misal KDRT), maka kita sendirilah yang menanggungnya, orang lain yang dulunya sangat mendukung itu, alih-alih bersimpati, yang ada mereka cuek dengan penderitaan kita. Mereka hanya menjadi penonton yang gak bisa berbuat apa-apa.

So, buat teman-teman atau adik-adik yang saat ini sedang jomblo dan belum bertemu jodoh, nikmatilah kesendirian kalian. Jika belum menemukan pasangan yang tepat, jangan menikah dulu walau orang-orang di sekitarmu udah kepanasan melihat kesendirian kalian. Ingat, menikah itu bukan perkara cinta-cintaan aja, ada banyak cobaan menanti di sana. Konflik yang ada dalam pernikahan itu sangat kompleks dan gak sama dengan konflik percintaan muda mudi yang ada di novel remaja yang mana bisanya selalu happy ending, maka untuk mengarunginya sebaiknya dengan orang yang benar-benar tepat agar ketika masalah muncul di kemudian hari, bisa dicari solusinya bersama-sama. 

Baca Juga: Nasehat Buat Adik-Adik Perempuan yang Belum Bertemu Jodohnya

⭐ Sebelum menikah, cari tahu lebih dalam tentang kehidupan calon pasangan

Sebelum memutuskan menikah, pertajam radar kita. Walau udah cinta, tetap utamakan logika sehingga bisa mengenali tipikal laki-laki yang gak pantas dinikahi. Bila saja Lesti mau membuka mata dan mendengar bisik-bisik di sekitarnya, mungkin dia bisa menghindari pernikahan itu. Sayangnya mungkin rasa cinta udah menutup matanya hingga ia mengabaikan semua hal "miring" tentang Billar yang diungkap banyak orang yang mengenal calon suaminya itu di masa lalu.

Ya, setiap manusia memang punya masa lalu namun kita bisa memilih meninggalkan orang yang masa lalunya gak bisa dimaafkan. Hidup kita terlalu berharga untuk dihabiskan dengan seseorang yang tabiatnya buruk.

⭐ Apa yang ditampilkan di medsos, belum tentu seperti itu adanya

Sebelum muncul berita Lesti melaporkan Billar ke polisi atas dugaan KDRT, kita sering disuguhkan berita keromantisan mereka. Melihat hal tersebut, saya yakin gak ada yang berpikir kejadian mengerikan yang baru terjadi seminggu lalu ini akan menjadi headline berita di mana-mana. 

Sebenarnya kasus Lesti - Billar ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, udah banyak contoh bahwa apa yang ditampilin di kamera atau medsos itu cuman pencitraan semata. Makanya saya gak percaya pada orang-orang yang terlihat too good to be true, siapa pun dia.

⭐ Perlunya mendiskusikan keberadaan anak

Saat hendak menikah diskusikan dengan pasangan apakah akan memiliki anak atau child free. Jika sepakat ingin memiliki anak, sepakati juga berapa jumlah anak yang akan lahir dalam pernikahan itu, termasuk mendiskusikan bagaimana bila anak yang lahir adalah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Suami istri harus sepakat mengenai hal ini karena membesarkan anak bukanlah perkara mudah dan harus dilakukan berdua. 

Ahh jadi ingat saat awal-awal saya main tiktok. Saat itu, bertepatan dengan kelahiran Baby L, anak Lesti - Billar, di  fyp tiktok saya berseliweran video yang membully Baby L. Entah apa yang ada di hati para orang-orang itu hingga tega menghina bayi yang gak berdosa. Hiks, sedih banget rasanya melihat video-video itu. Semoga di masa depan, Baby L gak melihat video-video tersebut, amiiin 🤲🏻

💔💔

Sejatinya, gak ada pernikahan yang berjalan tanpa masalah, namun kita punya pilihan untuk mengakhirinya apabila keadaan rumah tangga udah gak nyaman lagi untuk salah satu pihak. Menurut saya, selingkuh dan KDRT adalah duo combo kesalahan fatal yang gak termaafkan dalam sebuah pernikahan. Melanjutkan hubungan yang udah ternodai dua hal ini akan terasa menyakitkan seperti menabur garam pada luka. Hidup ini terlalu lama untuk dilalui dalam penderitaan, maka menyudahinya adalah pilihan terbaik, imho.

Harapan saya, semoga Lesti secepatnya pulih dan bisa beraktivitas secara normal seperti semula. Saya percaya dia adalah perempuan kuat yang bisa melewaii semua hal buruk ini 💪🏻🤗


*Disclaimer

Semua yang saya tulis di atas adalah opini pribadi saya yaa. Kalian yang membaca tulisan ini boleh gak setuju dengan yang saya tuliskan. Saya adalah pribadi yang terbuka menerima perbedaan 😊✌🏻 

Share
Tweet
Pin
Share
29 Comments

pic source: Freepik

Hari ini, 8 Maret 2022 diperingati sebagai hari perempuan sedunia. Bahagia banget rasanya saat mengetahui keberadaan hari perempuan sedunia ini karena itu berarti keberadaan perempuan telah diakui. Walau gak bisa dipungkiri masih banyak juga perempuan di luar sana atau bahkan di sekeliling kita yang masih terjajah entah oleh lingkungan atau oleh orang-orang yang mengaku menyayanginya.

Saya sangat bersyukur karena lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga moderat. Orang tua sangat jarang memaksa kami anak-anaknya untuk melakukan hal yang gak kami sukai. Seingat saya, hanya satu kali papa memaksa saya menuruti kehendaknya yaitu pada waktu naik kelas 3 SMA. Saat itu papa menyuruh (lebih tepatnya sedikit memaksa) saya masuk kelas IPA, padahal saya pengennya masuk IPS, alhasil nilai saya jeblok. Sejak saat itu papa gak pernah lagi memaksa saya melakukan sesuatu yang gak saya sukai.

Untuk urusan menikah dan memilih pasangan hidup, kedua orang tua saya juga sangat menghargai pilihan anak-anaknya. Saya ingat, dulu ada beberapa teman mama yang "perhatian" dan kepo banget dengan usia saya yang menurut mereka udah tua namun belum ada tanda-tanda menikah. Mereka bertanya pada mama, apakah gak ada laki-laki yang menyukai saya? Apakah mama gak takut saya akan menjadi perawan tua? Mama langsung menjawab dengan jawaban cukup menohok

Terimakasih karena udah perhatian pada anak saya. Kalian gak usah khawatir mikirin jodoh anak saya karena saya dan papanya gak pernah mempermasalahkan itu. Kalopun nanti dia gak nikah, kami masih sanggup untuk menafkahinya

Saya juga bersyukur karena bertemu dan menikah dengan lelaki yang mendukung apapun cita-cita saya. Lelaki yang gak membatasi ruang gerak saya dan mau turun tangan (bahkan lebih lihai) mengurus anak dan kerjaan rumah tangga lainnya. Lelaki yang membebaskan saya melakukan apapun yang saya sukai. Lelaki yang bahunya selalu siap sedia menjadi tempat saya bersandar saat menghadapi masalah. Lelaki yang tetap membiarkan saya menjadi seorang "Irawati Hamid" walau udah menjadi istri dan ibu anak-anaknya.

Tapi, bukankah memang sudah seharusnya perempuan hidup seperti itu? Ohh tidak Esmeralda! Di negeri +62 ini banyak hal yang mesti ditanggung perempuan! Setelah menikah, perempuan dituntut harus patuh pada semua perkataan suami karena itu adalah kewajiban utamanya sekaligus sebagai tiket menuju surga. Se-nyeleneh apapun "titah" suami, wajib hukumnya diikuti. Perempuan gak boleh menolak karena akan membuatnya masuk neraka. Bahkan ada seseustadzah yang melarang istri melaporkan suaminya yang melakukan KDRT karena itu dianggap membongkar aib suami. Ustadzah loh ini yang ngomong, yang notabene adalah seorang perempuan yang seharusnya bisa lebih peka dan memahami perasaan perempuan lain, ckckck 😫🤦‍♀️.

Ketika udah menikah, gak sedikit perempuan Indonesia berpikir bahwa suami adalah sosok yang harus dimuliakan seberapa b*jingan pun sifatnya. Saking diagung-agungkannya posisi suami sampai kadang mengaburkan semua kesalahan yang diperbuatnya. Perempuan diminta untuk selalu bersabar plus memaklumi dan menerima kondisi suaminya karena katanya surga perempuan ada di suami mereka.

Bila ia dan suami sama-sama bekerja, sepulang kantor ia masih harus bekerja ekstra mengurusi kebutuhan suami dan anak-anaknya karena berpikir bahwa mengurus anak itu tugas istri semata, sementara suami udah bisa istirahat sambil main hape karena tugas suami hanyalah mencari uang. Doooh tepok jidat deh. Gak heran banyak wanita yang saat single bahagia namun setelah menikah jadi depresi karena beban yang ditanggungnya udah di luar kapasitasnya.

Hai Ladies, bangun yuk! Bila merasakan ketidakadilan, segeralah bertindak, minimal bersuaralah. Jangan diam aja. Jangan mau bertahan dalam penderitaan karena hidup ini terlalu lama untuk dihabiskan dengan perasaan menderita. Yuk, cari kebahagiaan kita dengan melepaskan hal-hal yang membuat kita menderita. Kita bisa kok meraih surga di akhirat nanti tanpa harus merasakan neraka dunia. 

Sebagai manusia merdeka, perempuan punya hak yang sama dengan lelaki. Bila lelaki ingin bahagia, perempuan juga sama. Kita jangan mau diatur-atur, terlebih untuk hal yang berhubungan dengan masa depan, salah satu contohnya adalah jodoh. Kalo memang belum nemu laki-laki yang cocok, jangan paksakan diri menikah hanya karena tekanan sosial dan mulut usil orang sekitar, karena saat kita salah memilih jodoh, kitalah yang merasakan akibatnya. Mereka mah mana peduli dengan perasaan kita, yang ada akan tetap mencari celah untuk selalu membicarakan kita.

Baca Juga: Nasehat buat adik-adik perempuan yang belum bertemu jodohnya

Perempuan dan laki-laki punya hak yang sama dalam memilih pasangan. Seperti halnya lelaki yang menetapkan standar tinggi dalam mencari calon istri, perempuan juga sama. Ia berhak menetapkan kriteria pria idamannya dan orang lain gak punya hak untuk protes.

Bahkan setelah menikah pun perempuan tetaplah sosok mandiri yang gak boleh dikekang kebebasannya. Ia memang seorang istri dari suami yang menikahinya, ibu dari anak-anak yang dilahirkannya namun ia tetaplah sosok mandiri yang butuh eksistensi. Ia tetaplah sosok yang butuh aktualisasi diri. Inilah alasannya mengapa saya tetap menggunakan nama Irawati Hamid di semua medsos saya, bukan Mom ..., Bundanya ..., Mamanya ..., Ummi ...,  atau Irawati blablabla (nama suami), selain untuk branding, juga ingin menegaskan pada semua orang bahwa walau saat ini saya udah nikah, saya tetaplah seorang pribadi yang memiliki goals untuk diri sendiri yang gak ada hubungannya dengan anak dan suami. 

Di momen hari perempuan ini, saya ingin mengajak perempuan di luar sana untuk tahu bahwa mereka:

💋 Punya kendali penuh atas dirinya sendiri

💋 Punya hak memilih pasangan sesuai standar pribadinya

💋 Punya hak bahagia

💋 Telat menikah itu bukan aib

💋 Walau udah nikah dan punya anak, mereka tetaplah seorang pribadi yang butuh eksistensi

So, Selamat Hari Perempuan Sedunia, semoga seiring perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi semakin berkurang juga diskriminasi dan kriminalisasi pada perempuan. Bahagia selalu para perempuan, di mana pun berada. Ingatlah, kita adalah makhluk berharga yang gak pantas dikasari oleh siapapun.

Share
Tweet
Pin
Share
16 Comments

 


Udah akhir bulan nih, itu artinya saatnya publish artikel kolaborasi bareng Diah. Dan tema yang kami pilih bulan ini adalah "Buka HP Pasangan, Yeay or Nay?".

Mengapa memilih tema ini? Hmmm mengapa yaa? Gak ada alasan spesifik sih, cuman tema ini kayaknya menarik aja untuk dibahas, hehehe 😃. Yang penasaran dengan tulisan Diah, silakan baca artikelnya di sini yaa 👇

Buka HP Pasangan, Yeay or Nay?

Bila pertanyaan di atas diajukan pada saya, maka jawabannya adalah YEAY. Karena sejak masih pacaran dengan suami, saling membuka hape bukanlah hal yang tabu dalam hubungan kami. Saat ketemuan, tanpa sungkan kami saling membuka hape. Saya sering buka hape suami (saat itu masih pacar) dan dia pun tanpa ragu membuka hape saya. Apakah gak merasa dilanggar privasinya? Kalo saya sih, GAK. Suami juga kayaknya gak karena sampe hari ini dia gak pernah keberatan bila saya pegang dan buka hapenya.

Saya ingat, saat kami masih LDR-an dulu, setiap kali ketemuan, sebelum sayang-sayangan, yang pertama saya lakukan adalah ambil hapenya kemudian buka semua percakapannya di whatsapp dan juga buka inbox semua medsosnya. Dia pun sama, buka hape dan kemudian membaca percakapan yang ada di chat pribadi dan grup whatsapp atau bbm (dulu masih jamannya blackberry messenger). Makanya suami tahu hampir semua nama teman yang sering berinteraksi dengan saya.

Namun untuk urusan buka-buka hape ini kayaknya saya lebih antusias daripada suami. Kalo suami membuka hape saya, gak sampe setengah jam udah dilepas sedangkan kalo saya yang buka hape suami, bisa lebih sejam lamanya 🤭🙈

Memang apa sih yang saya lakukan hingga betah banget buka hape suami dengan durasi lama gitu? Untuk buka percakapan whatsapp dan inbox semua medsosnya sih cukup setengah jam, yang bikin lama adalah saya suka buka aplikasi lain di handphonenya seperti shopee dan instagram. Buat yang sering buka shopee (selain untuk belanja), pasti tahu kalo di sana banyak games menarik. Yap, yang saya lakukan adalah main games shopee 🤣. Sedangkan untuk instagram, biasa saya pakai untuk membuka akun saya yang lain yang saat itu sedang ikut collab support like (biasanya saya ikut lebih dari satu akun jadi biar praktis gak perlu gonta-ganti akun dalam satu hp, saya pinjam hape suami untuk menyelesaikan kewajiban).

Ada beberapa alasan yang mendasari kami saling membolehkan membuka hape pasangan:

❤️ Sebagai bentuk keterbukaan. Dengan mengizinkan pasangan membuka atau memegang handphone kita, berarti gak ada hal yang disembunyikan. Kita semua tahu bahwa perselingkuhan dalam rumah tangga kadang dimulai dari chat-chat di medsos atau whatsapp. Mengizinkan pasangan membuka handphone bisa dijadikan sinyal bahwa suami/istri memang satu-satunya pasangan kita (duh, mau nulis bahwa pasangan gak selingkuh aja susah banget cari diksi yang pas, hahaha) 

❤️ Untuk membangun kepercayaan. Bagi saya dan suami, kepercayaan dalam rumah tangga adalah hal penting yang harus selalu dibangun dan dirawat. Mengizinkan pasangan membuka handphone kita berarti gak ada hal mencurigakan yang disembunyikan.

❤️ Bagi kami berdua, buka hape pasangan bukanlah hal yang melanggar privasi

❤️ Karena memang gak ada yang harus ditutupi. Ya, sesimpel ini alasannya. Silakan buka handphone saya sesuka hati dan lihatlah isinya maka kamu akan tahu memang seperti itulah adanya.

Makanya awal-awal mendengar ada suami yang gak mengizinkan istrinya memegang (hanya memegang loh, bukan membuka) handphonenya, saya sempat mengernyitkan dahi dan bertanya dalam hati "kok bisa gitu yaa?". Namun keheranan itu saya tepis perlahan, saya mulai menanamkan dalam pikiran bahwa masing-masing orang punya standar privasi berbeda. Mungkin aja bagi saya dan suami membuka hape pasangan adalah hal normal dan biasa, namun untuk pasangan lain itu hal yang tabu untuk dilakukan. Saya harus belajar memahami bahwa masing-masing pasangan tentu punya aturan berbeda dalam menjalani keseharian mereka.

Kalo kalian, masuk tipe yang mana nih, yeay or nay dalam urusan buka hape pasangan ini? Share jawabanmu di kolom komentar yaa 😉

Share
Tweet
Pin
Share
24 Comments
pic source: pixabay.com

Viralnya ucapan seseustazah dalam ceramahnya yang membenarkan KDRT dengan dalih jangan membuka aib suami, mau gak mau membangkitkan memori saya ketika pertama kali diajak menikah oleh suami (yang saat itu masih pacar).

Saat ia mengajak saya menikah, rasa bahagia di dalam dada gak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena saya memang ingin banget jadi istrinya. Saya sayang padanya dan rasa sayang itu tentu akan lebih afdol diungkapkan bila kami sudah berada dalam ikatan pernikahan.

Namun walau sangat ingin jadi istrinya, alarm dalam diri saya tetap berbunyi. Walau sangat sayang padanya, saya gak boleh bucin "yang mau aja diapa-apain asal bisa bersamanya". Maka saat ia bertanya apakah saya mau nikah dengannya, saya langsung mengajukan beberapa syarat. Bila saja saat itu ia gak menyetujui syarat yang saya ajukan, dengan berat hati terpaksa saya harus menyudahi hubungan kami. Namun syukurlah, ternyata ia menyetujui syarat itu, hahaha 😃

Saya menganggap syarat yang saya ajukan tersebut sebagai tameng yang akan melindungi saya kelak ketika ia mulai berubah menjadi "lelaki yang gak asyik" lagi. Saya gak mau hidup menderita karena sifat dan tabiat kasar seorang lelaki. Prinsip saya, orang tua yang udah membesarkan dan sangat berjasa pada kehidupan saya aja gak pernah mengasari saya, masa saya harus terima dikasari lelaki asing yang baru saya kenal. Tak sudi akutu, Ferguso! 

Ini 5 syarat yang saya ajukan kepada pacar sebelum akhirnya mantap memutuskan untuk menikah dengannya:

1. Saya gak mau dicemburui

Karena pernah punya pengalaman buruk pacaran dengan lelaki pecemburu, maka saya putuskan untuk gak mau lagi pacaran dengan lelaki cemburuan. Makanya awal pacaran saya kaget banget saat tahu kalo ternyata suami (saat itu masih pacar) adalah lelaki pecemburu. Langsung saya tegaskan padanya bahwa saya gak mau dicemburui. Kalo ia masih tetap ingin melanjutkan hubungan kami, maka rasa cemburunya harus ia kikis sembari perlahan-lahan saya beri pengertian bahwa saya adalah tipe perempuan setia yang gak perlu dicemburui.

Mengapa saya gak mau dengan lelaki pecemburu? Berdasarkan pengalaman saya sebelumnya (dan juga pengalaman beberapa sahabat), lelaki pecemburu biasanya tukang selingkuh. Nah lho! Jadi rasa cemburu yang ia perlihatkan ke pasangannya itu hanya kamuflase atau tipu daya agar pasangannya percaya bahwa si lelaki sangat mencintainya, padahal mah bohong! Itu adalah taktik untuk menyembunyikan perbuatan buruknya. Dan satu hal lagi, lelaki pecemburu, saat sedang cemburu berat, ia sangat bisa melakukan kekerasan. Duh ngeri banget deh! 😓

Lalu apakah suami berubah menjadi sosok so sweet yang gak cemburuan? Sejauh ini, selama lebih sepuluh tahun menikah hanya sesekali saja ia memperlihatkan rasa cemburunya. Itu juga menurut saya cute karena yang ia cemburui adalah aktor-aktor yang saya gemari, hahaha. Ia gak pernah cemburu pada teman-teman laki-laki saya karena semuanya ia kenal.

2. Saya gak mau diduakan

Punya pengalaman buruk pernah diselingkuhi, membuat saya bertekad untuk mencari laki-laki setia. Makanya saat suami ngajak nikah, saya pastikan sekali lagi (sebelum menerimanya sebagai pacar saya juga udah memastikan dia bukanlah seorang playboy), dia bukanlah tipe pria yang matanya jelalatan alias suka tebar pesona pada banyak wanita. Saya katakan padanya bahwa kelak, saat kami udah menikah dan amit-amit dia terbukti selingkuh, maka saya akan pergi meninggalkannya dengan membawa semua hal yang kami punya termasuk harta dan anak-anak. Alhamdulillah untuk hal yang satu ini kami satu pemikiran karena ternyata ia juga trauma karena pernah diselingkuhi mantannya, hahaha 🤭.

3. Saya gak mau diminta berhenti bekerja (kecuali atas keinginan sendiri)

Sebelum bertemu suami, saya adalah working woman. Makanya saat dia ngajak nikah, saya langsung ngomong bahwa saya gak mau dilarang bekerja. Saya katakan padanya bahwa saya bukanlah wanita yang bisa tenang tinggal di rumah hanya mengurus anak dan suami. Bila ia mencari wanita seperti itu, maka bukan saya orangnya. Silakan cari wanita lain yang sesuai keinginannya. Saya baru akan berhenti bekerja saat saya ingin, bukan karena diminta oleh orang lain, termasuk suami. Alhamdulillah, untuk syarat yang satu ini dia gak keberatan karena ibunya juga seorang wanita pekerja.

4. Saya gak mau dikasari (termasuk di antaranya dibentak)

Saya adalah orang yang gak bisa dengar suara bentakan. Ketika mendengar bentakan (walau bukan saya yang dibentak), seketika tubuh akan gemetar dan lemas karena ketakutan. Makanya lelaki kasar udah saya coret sebagai calon suami idaman. "Apakah kamu pernah dibentak/dikasari oleh pacarmu?" adalah pertanyaan pertama yang selalu diajukan orang tua setiap kali saya cerita sedang dekat dengan seseorang. Lelaki semenarik apapun wajahnya, bila ia ringan tangan dan suka melakukan kekerasan (terutama pada perempuan) akan berubah menjadi hina dina dan buruk rupa di mata saya. 

5. Saya gak mau dipaksa melakukan apapun yang gak saya sukai

Paksaan adalah hal yang paling saya benci, dari mana pun datangnya. Orang terdekat saya udah tahu sifat ini. Makanya lelaki yang gak suka maksa menjadi syarat wajib yang saya pilih sebagai calon suami. Menurut saya, lelaki yang suka maksa punya kans besar melakukan kekerasan pada kita bila keinginannya gak terpenuhi. Sedangkan menjadi seorang istri, pastilah gak selamanya berada dalam mood yang bagus. Ada saatnya istri malas melakukan sesuatu dan pengen leyeh-leyeh manja. Suami yang baik harusnya bisa membaca suasana hati istri, jangan meminta untuk selalu diutamakan dan dipenuhi permintaannya padahal ia gak pernah mengutamakan perasaan pasangannya. Hal ini juga berlaku dalam hubungan intim. Saya gak mau dipaksa bercinta bila sedang gak mood.

Bayangkan, saat kita sedang gak mood dan suami meminta kita untuk melakukan sesuatu. Pasti rasanya tersiksa banget. Please, jangan beri nasehat bahwa mengikuti dan melaksanakan perintah suami adalah jalan menuju surga. Sorry, nasehat ini gak berlaku buat saya, karena bagi saya, lelaki penghuni surga adalah lelaki yang mengerti perasaan pasangannya, bukan lelaki pemaksa! Lelaki yang baik adalah lelaki yang paham bagaimana memperlakukan istrinya.  Lelaki pemaksa? Ke laut aje lu! 👎🏻

Tanpa diingatkan, sebenarnya istri udah tahu kewajibannya karena setiap wanita yang memutuskan untuk menikah pasti udah paham kewajiban istri itu apa aja. Kalo pun ingin mengingatkan, harusnya dengan cara lembut, bukan dengan paksaan.

~~~

Itulah 5 syarat yang dulunya saya ajukan pada calon suami sebelum meng-iyakan permintaannya untuk menjadi istrinya. Alhamdulillah, selama menikah, suami gak pernah berlaku sewenang-wenang. Beberapa kali memang terjadi pertengkaran dan salah paham tapi semua bisa diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan.

So, menurut saya, sebenarnya KDRT udah bisa kita cegah sejak dini bahkan sebelum menikah. Menetapkan standar yang tinggi untuk calon suami demi mendapatkan kenyamanan lahir batin bukanlah hal yang salah, justru memang itu adalah hal wajib yang semestinya dilakukan wanita. Makanya, keputusan menikah itu harus datang dari pemikiran yang matang, bukan karena tekanan sosial atau takut dengan usia yang semakin menua. Karena salah memilih pasangan, kita yang akan merasakan akibatnya.

Masih menurut saya, dalam pernikahan, posisi suami istri itu setara. Suami bukanlah yang dipertuanagung yang keinginannya harus selalu dituruti sedang istri adalah hamba sahaya yang wajib menyenangkan tuannya. No, gak ada sedikitpun dalam bayangan saya untuk menjadi istri yang seperti itu. Oke, suami sebagai kepala rumah tangga, namun ia gak boleh memperlakukan istrinya secara sewenang-wenang hanya karena merasa namanya ada di urutan atas kartu keluarga. Menikah semestinya adalah untuk membangun rumah tangga yang harmonis, bahagia lahir batin baik untuk suami maupun istri.

So, Ladies, tetapkan standar yang tinggi untuk calon suamimu. Ingatlah bahwa kita punya hak yang sama dengan lelaki dalam hal memilih pasangan terbaik. KDRT sebenarnya sudah bisa kita cegah sejak dini dengan cara memilih pasangan yang tepat. Gak ada salahnya mengajukan syarat (yang sekiranya bisa melindungi diri kita di masa depan) pada calon pasangan. Bila ia memang pasangan yang baik, ia gak akan keberatan dengan semua syarat yang kamu ajukan.

Dan untuk seseustazah yang memberikan ceramah itu, semoga dirinya, keluarganya atau anak-anak perempuannya gak ada yang mengalami kekerasan yaa 😉.

Share
Tweet
Pin
Share
22 Comments
Older Posts

About me


Hai, Saya Ira. Pemilik sekaligus penulis blog ini. Jika ada pertanyaan  sehubungan dengan tulisan saya atau ingin menjalin kerjasama, silakan  hubungi saya melalui email di  wewahyu2011@gmail.com

Lets's Be Friends

  • facebook
  • Instagram
  • twitter

Followers

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (2)
      • Teka Teki Silang
      • Bukan Dejavu
  • ►  2024 (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2023 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2022 (51)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (9)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)

Labels

#Trending A Day In My Life All About Women Beauty & Healthy Collaboration Cuap-cuap Hikmah Of Blablabla Honest Review In My Opinion Info Kece Relationship Tips & Trick ❤️ Produk Indonesia

Total Tayangan Halaman

Recent Comments

`

Recent Posts

Popular Posts

  • Layangan Putus
  • Saat Mimpi Tak Dapat Diraih
  • Review Tokyo Night Deodorant Roll On
  • Minyak Gosok yang Ada di Rumah Kami
  • Hempaskan Virus KDRT Sejak Belum Menikah

Member Of




Created with by BeautyTemplates