pic source: pixabay.com |
Viralnya ucapan seseustazah dalam ceramahnya yang membenarkan KDRT dengan dalih jangan membuka aib suami, mau gak mau membangkitkan memori saya ketika pertama kali diajak menikah oleh suami (yang saat itu masih pacar).
Saat ia mengajak saya menikah, rasa bahagia di dalam dada gak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena saya memang ingin banget jadi istrinya. Saya sayang padanya dan rasa sayang itu tentu akan lebih afdol diungkapkan bila kami sudah berada dalam ikatan pernikahan.
Namun walau sangat ingin jadi istrinya, alarm dalam diri saya tetap berbunyi. Walau sangat sayang padanya, saya gak boleh bucin "yang mau aja diapa-apain asal bisa bersamanya". Maka saat ia bertanya apakah saya mau nikah dengannya, saya langsung mengajukan beberapa syarat. Bila saja saat itu ia gak menyetujui syarat yang saya ajukan, dengan berat hati terpaksa saya harus menyudahi hubungan kami. Namun syukurlah, ternyata ia menyetujui syarat itu, hahaha 😃
Saya menganggap syarat yang saya ajukan tersebut sebagai tameng yang akan melindungi saya kelak ketika ia mulai berubah menjadi "lelaki yang gak asyik" lagi. Saya gak mau hidup menderita karena sifat dan tabiat kasar seorang lelaki. Prinsip saya, orang tua yang udah membesarkan dan sangat berjasa pada kehidupan saya aja gak pernah mengasari saya, masa saya harus terima dikasari lelaki asing yang baru saya kenal. Tak sudi akutu, Ferguso!
Ini 5 syarat yang saya ajukan kepada pacar sebelum akhirnya mantap memutuskan untuk menikah dengannya:
1. Saya gak mau dicemburui
2. Saya gak mau diduakan
3. Saya gak mau diminta berhenti bekerja (kecuali atas keinginan sendiri)
Sebelum bertemu suami, saya adalah working woman. Makanya saat dia ngajak nikah, saya langsung ngomong bahwa saya gak mau dilarang bekerja. Saya katakan padanya bahwa saya bukanlah wanita yang bisa tenang tinggal di rumah hanya mengurus anak dan suami. Bila ia mencari wanita seperti itu, maka bukan saya orangnya. Silakan cari wanita lain yang sesuai keinginannya. Saya baru akan berhenti bekerja saat saya ingin, bukan karena diminta oleh orang lain, termasuk suami. Alhamdulillah, untuk syarat yang satu ini dia gak keberatan karena ibunya juga seorang wanita pekerja.
4. Saya gak mau dikasari (termasuk di antaranya dibentak)
Saya adalah orang yang gak bisa dengar suara bentakan. Ketika mendengar bentakan (walau bukan saya yang dibentak), seketika tubuh akan gemetar dan lemas karena ketakutan. Makanya lelaki kasar udah saya coret sebagai calon suami idaman. "Apakah kamu pernah dibentak/dikasari oleh pacarmu?" adalah pertanyaan pertama yang selalu diajukan orang tua setiap kali saya cerita sedang dekat dengan seseorang. Lelaki semenarik apapun wajahnya, bila ia ringan tangan dan suka melakukan kekerasan (terutama pada perempuan) akan berubah menjadi hina dina dan buruk rupa di mata saya.
5. Saya gak mau dipaksa melakukan apapun yang gak saya sukai
Paksaan adalah hal yang paling saya benci, dari mana pun datangnya. Orang terdekat saya udah tahu sifat ini. Makanya lelaki yang gak suka maksa menjadi syarat wajib yang saya pilih sebagai calon suami. Menurut saya, lelaki yang suka maksa punya kans besar melakukan kekerasan pada kita bila keinginannya gak terpenuhi. Sedangkan menjadi seorang istri, pastilah gak selamanya berada dalam mood yang bagus. Ada saatnya istri malas melakukan sesuatu dan pengen leyeh-leyeh manja. Suami yang baik harusnya bisa membaca suasana hati istri, jangan meminta untuk selalu diutamakan dan dipenuhi permintaannya padahal ia gak pernah mengutamakan perasaan pasangannya. Hal ini juga berlaku dalam hubungan intim. Saya gak mau dipaksa bercinta bila sedang gak mood.
Bayangkan, saat kita sedang gak mood dan suami meminta kita untuk melakukan sesuatu. Pasti rasanya tersiksa banget. Please, jangan beri nasehat bahwa mengikuti dan melaksanakan perintah suami adalah jalan menuju surga. Sorry, nasehat ini gak berlaku buat saya, karena bagi saya, lelaki penghuni surga adalah lelaki yang mengerti perasaan pasangannya, bukan lelaki pemaksa! Lelaki yang baik adalah lelaki yang paham bagaimana memperlakukan istrinya. Lelaki pemaksa? Ke laut aje lu! 👎🏻
Tanpa diingatkan, sebenarnya istri udah tahu kewajibannya karena setiap wanita yang memutuskan untuk menikah pasti udah paham kewajiban istri itu apa aja. Kalo pun ingin mengingatkan, harusnya dengan cara lembut, bukan dengan paksaan.
~~~
Itulah 5 syarat yang dulunya saya ajukan pada calon suami sebelum meng-iyakan permintaannya untuk menjadi istrinya. Alhamdulillah, selama menikah, suami gak pernah berlaku sewenang-wenang. Beberapa kali memang terjadi pertengkaran dan salah paham tapi semua bisa diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan.
So, menurut saya, sebenarnya KDRT udah bisa kita cegah sejak dini bahkan sebelum menikah. Menetapkan standar yang tinggi untuk calon suami demi mendapatkan kenyamanan lahir batin bukanlah hal yang salah, justru memang itu adalah hal wajib yang semestinya dilakukan wanita. Makanya, keputusan menikah itu harus datang dari pemikiran yang matang, bukan karena tekanan sosial atau takut dengan usia yang semakin menua. Karena salah memilih pasangan, kita yang akan merasakan akibatnya.
Masih menurut saya, dalam pernikahan, posisi suami istri itu setara. Suami bukanlah yang dipertuanagung yang keinginannya harus selalu dituruti sedang istri adalah hamba sahaya yang wajib menyenangkan tuannya. No, gak ada sedikitpun dalam bayangan saya untuk menjadi istri yang seperti itu. Oke, suami sebagai kepala rumah tangga, namun ia gak boleh memperlakukan istrinya secara sewenang-wenang hanya karena merasa namanya ada di urutan atas kartu keluarga. Menikah semestinya adalah untuk membangun rumah tangga yang harmonis, bahagia lahir batin baik untuk suami maupun istri.
So, Ladies, tetapkan standar yang tinggi untuk calon suamimu. Ingatlah bahwa kita punya hak yang sama dengan lelaki dalam hal memilih pasangan terbaik. KDRT sebenarnya sudah bisa kita cegah sejak dini dengan cara memilih pasangan yang tepat. Gak ada salahnya mengajukan syarat (yang sekiranya bisa melindungi diri kita di masa depan) pada calon pasangan. Bila ia memang pasangan yang baik, ia gak akan keberatan dengan semua syarat yang kamu ajukan.
Dan untuk seseustazah yang memberikan ceramah itu, semoga dirinya, keluarganya atau anak-anak perempuannya gak ada yang mengalami kekerasan yaa 😉.