pic source: pixabay.com |
Pernah merasakan sedihnya ketika apa yang diharapkan gak dapat diraih? Saya cukup sering mengalami ini. Sepanjang usia, entah sudah berapa puluh (atau ratus?) kali saya mengalami hal ini. Entah sudah berapa banyak penolakan yang saya rasakan.
Harus saya akui, saya bukanlah orang yang mudah mendapatkan sesuatu. Semua yang saya peroleh saat ini, harus melalui perjuangan panjang yang gak hanya sekali saya lakukan. Ketika menginginkan sesuatu, saya gak pernah mendapatkannya dalam sekali coba, saya baru akan mendapatkan apa yang saya inginkan setelah beberapa kali mencoba.
Saya ingat, setelah tamat kuliah, entah ada berapa surat lamaran kerja yang saya layangkan kepada perusahaan yang sedang membuka lowongan pada saat itu. Beberapa dari surat lamaran saya mendapat tanggapan, saya dipanggil untuk melakukan tes dan wawancara. Sedangkan beberapa lainnya gak ada kabar sama sekali.
Namun entah apa yang salah dengan diri ini hingga saya jarang banget lolos tes. Saya baru diterima bekerja setelah berbulan-bulan melakoni hal ini tanpa lelah. Dan sayangnya pekerjaan yang saya dapatkan dengan susah payah itu hanya saya jalani tiga bulan saja. Capek dan terlunta-lunta di kampung orang membuat saya mengambil keputusan untuk pulang ke kampung halaman sendiri.
Setela tiba di kampung halaman, saya baru diterima bekerja di salah satu perusahaan pembiayaan setelah hampir dua tahun menjadi pengangguran berdasi. Padahal sejak pulang, saya gak pernah lelah memasukan lamaran ke hampir semua perusahaan yang sedang membuka lowongan di kampung halaman. Saking lamanya jadi pengangguran, saya sampai malu banget pada orang tua. Udahlah dikuliahin jauh-jauh, setelah jadi sarjana masih pula jadi beban mereka.
Baca Juga: Contoh Surat Resign
Hal yang sama juga berlaku pada tes CPNS. Sepuluh tahun saya berjuang untuk mendapatkan NIP. Saya ingat, saya ikutan seleksi CPNS mulai dari tahun 2009, dan baru dinyatakan lolos pada tahun 2019. Saya mengikuti tes CPNS hingga enam kali dan baru dinyatakan lolos pada kesempatan keenam di usia ke-35 tahun. Bagi yang suka melamar CPNS pasti udah tahu apa arti usia 35 tahun itu.
Lalu bagaimana dengan kisah asmara? Ini pun gak luput dari perjuangan dan jatuh bangun. Beberapa kali saya mengalami kegagalan sebelum akhirnya dipertemukan dengan suami.
Itu hanya beberapa kisah kegagalan yang saya alami. Masih banyak kegagalan lain yang jika dituliskan akan sangat panjang deretannya. Kegagalan demi kegagalan ini melatih hati saya hingga terbiasa menerima penolakan. Saking seringnya gagal, hati saya udah gak sakit lagi ketika mendapat kegagalan. Ya, saya gak bisa bohong, sebagai manusia, saat kenyataan gak sesuai harapan pasti ada rasa kecewa namun itu gak bertahan lama. Tanpa butuh waktu lama, saya bisa bangkit kembali dan move on menjalani hari seolah gak ada apa-apa.
Tapi berbeda dengan kegagalan diri sendiri, rupanya hati saya gak kuat bila melihat orang yang saya sayangi mendapatkan kegagalan. Hati saya sedih banget saat mengetahui suami ditolak usulan pengajuan sertifikat pendidiknya dengan alasan ia belum lama menjadi PNS dan SK magangnya juga gak berlaku. Saya patah hati melihat suami yang terdiam ketika menerima berita dari operator dapodik yang menginput dan mengajukan datanya.
Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama. Beberapa tahun lalu, suami juga gagal menjadi kandidat koordinator Kabupaten Pendamping PKH. Yang paling menyedihkan, ia bahkan gak lolos berkas, hiks. Kesedihan yang teramat dalam membuat saya gak tega memandang wajahnya.
Saya hanya berharap, semoga rasa patah hati saya kali ini akan secepatnya sembuh dan berganti dengan kebahagiaan. Seperti dulu, suami gak jadi koordinator tapi akhirnya lolos ketika tes CPNS. Semoga kali ini Tuhan berkenan mengganti rasa patah hati ini dengan hal yang lebih baik, amiiin.