Banua Mayana Waira

jejak kata dan sisi lain blogger perempuan dari buton tengah

facebook twitter instagram youtube
  • Home
  • About Me
  • Another Blog
    • First Blog
    • Second Blog
  • Disclosure

 


Akhir tahun lalu, saya check out TTS (Teka Teki Silang - red) di toko orens. Entah mengapa, saya kangen isi TTS sebagai perintang waktu. Saya pengen mengulang melakukan hal yang dulunya saya suka banget ini agar otak yang rasanya udah males diajak mikir ini bisa bekerja lagi, hahaha 😂

Selain itu, saya pengen sedikit rehat dari ketergantungan terhadap smartphone yang rasanya semakin hari semakin tinggi dan susah dikendalikan. Akhir-akhir ini, semakin banyak waktu yang saya habiskan untuk buka handphone scrolling medsos. Berjam-jam dalam sehari saya pakai untuk melakukan hal unfaedah itu hingga ngaruh ke kesehatan saya. 

Karena keseringan natap layar handphone, tulang alis terasa sakit, saya juga jadi sering sakit kepala. Awalnya saya gak ngeh bahwa sering munculnya sakit kepala itu dikarenakan sering buka handphone, nantilah setelah curhat pada salah satu rekan di kantor, saya dapat jawabannya. Menurut rekan tersebut, bisa jadi yang saya rasakan itu akibat dari keseringan natap layar hape karena ia pun mengalami hal serupa. Katanya, ia selalu merasa pusing dan sakit kepala kalo kelamaan natap layar hape.

Lalu saya pun berusaha mulai mengurangi intensitas membuka hape. Lah kok bener, setelah beberapa jam gak buka handphone rasa sakit di tulang alis perlahan berkurang. Setelah saya terusin kok jadi enakan. Maka saya pun mengamini bahwa benar, sakit tulang alis dan sakit kepala yang saya rasakan itu karena kebanyakan nonton hape

Tapi bagaimana caranya agar bisa mengalihkan kebiasaan yang udah bertahun-tahun saya lakukan itu? Awalnya saya berpikir untuk berkebun menanam sayuran di pekarangan belakang rumah. Saya yakin, dengan berkebun pasti akan mengurangi intensitas memegang handphone, namun kemudian saya sadar gak mungkin bisa melakukan itu karena rumah kami belum dipagar. Kalo saya berkebun, sapi dan kambing (yang entah siapa pemiliknya) akan berpesta pora menikmati tanaman saya, huhuhu 😓

Dan tiba-tiba saya kepikiran untuk isi TTS. Tanpa menunggu lama, mulailah saya mencari penjual TTS di pasar. Sayangnya di Kabupaten Buton Tengah ini udah gak ada yang jual TTS. Sepertinya hanya ada di Baubau yang jual, namun daripada repot-repot ke sana dengan menghabiskan waktu, tenaga dan uang, kayaknya mending beli di toko orens aja deh, hahaha. Saat itu juga langsung co 20 buku TTS 😄


Setelah menunggu beberapa hari, tibalah paket berisi 20 buku TTS yang saya pesan itu. Saya langsung buka dan isi TTSnya saat itu juga. Dan coba tebak apa yang terjadi? Tanpa saya sadari, mata ini langsung berkaca-kaca dong. Entah mengapa, kenangan saat isi TTS di masa lalu muncul satu persatu.

Saat masih sekolah, mengisi TTS adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan selain membaca buku yang saya pinjam dari perpustakaan atau majalah yang saya pinjam dari teman. Dulu, minimal dua buku TTS yang saya beli setiap bulan. Saya sisihkan uang jajan untuk membelinya dan kemudian mengisinya saat pulang sekolah. Rasanya bahagiaaa banget melihat kotak-kotak yang saling bersambung itu terisi jawaban. Ada kepuasan batin saat menjawab dengan benar atas pertanyaan yang diberikan. Kalo gak salah ingat, saya udah mengisi TTS sejak kelas 3 SMP.

Saya ingat, saat cuti hamil dan melahirkan anak pertama, saya sempat dilanda stress. Iyaa, saya stress karena kelamaan cuti. Rasanya bosan banget tinggal di rumah selama itu. Saat anak tidur, saya bingung harus ngapain. Mau tidur kok malas, sedangkan kalo mau internetan saat itu jaringan internet di tempat kami masih timbul tenggelam. Sosmed juga belum se-booming sekarang dan tentu saja karena keterbatasan kuota internet saya hanya bisa membuka sosmed sesekali saja yakni pada tengah malam. Selain karena jaringan internet agak mendingan di jam segitu juga biar lebih hemat, hahaha 😅. Kala itu, TTS -lah yang menjadi penyelamat jiwa ini dari rasa stres dan akhirnya bisa enjoy menghabiskan masa cuti hingga tiba saatnya ngantor kembali. 


Mungkin teman-teman ada yang bertanya, "Apa sih yang membuat saya suka TTS?" Hmmm apa yaa? Kalo gak salah ingat, kesukaan saya pada TTS dimulai saat berlibur di rumah Naina (nenek). Saat ngubek-ngubek buku-buku cerita yang disimpan Iyma (kakak mama) di atas lemari, ketemulah saya dengan sebuah buku TTS usang, sepertinya itu punya papa. Iyma memang punya kebiasaan suka menyimpan buku-buku di atas lemari. Saya yang saat itu hobby membaca, langsung penasaran melihat buku yang sampulnya agak unik dan berbeda dari buku lainnya itu. Setelah dibuka, saya mulai memahami bahwa itu bukan buku bacaan melainkan buku yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ada di kolom-kolom yang diberi nomor.

Saya pun penasaran. Mencoba menjawab pertanyaan yang ada dan mencocokannya dengan jawaban yang tertera di kolom-kolom bernomor itu. Rasanya senaaang banget saat tahu jawaban saya sama seperti yang tertulis di dalam kolom (yang telah diisi papa). Lalu mulailah saya mencoba mengisi kolom-kolom yang belum terjawab dan akhirnya semakin pengen untuk beli bukunya.

Sejak saat itu, saya mulai menyukai TTS. TTS sangat membantu memperbanyak kosa kata sinonim yang saya pelajari di sekolah. Rasanya bangga banget saat lebih dulu mengetahui sinonim dari sebuah kata yang ditanyakan guru dibanding teman-teman yang lain 🤩

Karena sering melihat kakaknya isi TTS, akhirnya adik-adik saya pun jadi ikutan suka juga pada TTS. Mereka yang awalnya hanya mengisi buku TTS bekas saya, akhirnya tertarik untuk beli buku sendiri dan mengisinya. Hasilnya? Mereka lebih jago menjawab pertanyaan dibanding kakaknya ini 😂

Kini, setelah mulai rutin mengisi TTS lagi, intensitas scrolling medsos udah sangat jauh berkurang. Sakit tulang alis dan sakit kepala pun rasanya semakin jarang. Semoga kebiasaan baik ini bisa terus terjaga, apalagi sekarang ada niatan untuk kembali serius ngeblog, semoga makin jarang deh scroll medsos dan ecommerce (biar makin gak sering check out barang-barang lucu tapi gak penting juga). Ayooo semangat, Ira! 💪

Share
Tweet
Pin
Share
14 Comments

 

"Dejavu adalah perasaan atau pengalaman bahwa sesuatu yang sedang terjadi saat ini (padahal sebenarnya belum pernah terjadi atau baru pertama kali dialami) terasa familiar atau sudah pernah terjadi sebelumnya"


Sebenarnya agak bingung mau kasih judul apa untuk tulisan ini. Agak berat untuk menuliskannya karena cukup menguras emosi, namun kok pengen juga ikut nimbrung tentang ini. Saat menulisnya, saya harus menghela nafas berkali-kali, mencoba merangkai kembali memory yang hampir terlupa namun kemudian perlahan-lahan muncul karena adanya berita viral yang serupa.

Saat melihat gambar ibu dan anak di atas, teman-teman mungkin udah bisa menebak saya akan menulis tentang apa. Yap, tebakan teman-teman benar, yang akan saya tuliskan adalah tentang berita duka yang menimpa empat anak balita yang meninggal terbakar di rumahnya dikarenakan ditinggal ibunya pergi beli makanan hingga tiga jam lamanya.

Saya gak akan menghakimi si ibu. Saya udah cukup kenyang melihat dan membaca ratusan komentar netijyen maha sempurna yang mengutuk perbuatan si ibu yang memang salah banget meninggalkan anak-anaknya yang masih sekecil itu di dalam rumah tanpa pengawasan orang dewasa di banyak platform sosial media. Sungguh, hati saya sedih banget melihat begitu banyaknya berita duka ini di-share sehingga membangkitkan kembali ingatan pedih yang saya pikir udah terlupa namun ternyata masih tersimpan di ingatan.

Saya juga gak akan menuliskan opini dan pendapat saya terkait tindakan ibu korban dan juga gak akan mempertanyakan kemana ayah anak-anak malang itu (walau hati saya tetap berontak ingin tahu keberadaannya). Kok bisa ibu dengan usia semuda itu harus merawat cukup banyak anak yang masih kecil-kecil tanpa ayah anak-anak di sampingnya 😔

Dan karena judul tulisan ini adalah "Bukan Dejavu", maka yang akan saya ceritakan pada tulisan ini adalah bahwa puluhan tahun silam, kejadian serupa pernah terjadi. Dan sedihnya, itu dialami oleh tetangga yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah kami. Saya lupa kapan persis kejadiannya, yang saya ingat itu terjadi pada tahun 2000-an karena saat itu saya udah SMA (tapi lupa saya kelas berapa).

Ceritanya hampir mirip. Anak-anak ditinggalkan oleh ibunya di dalam rumah dan terjadilah kejadian nahas itu. Bedanya, dulu si ibu mengunci anaknya di dalam kamar bukan untuk membeli makanan melainkan untuk nonton sinetron ke rumah tetangga (saat itu, belum semua rumah punya televisi, jadi masih sangat lumrah bila orang-orang pergi menonton televisi di rumah tetangganya, termasuk kami).

Malam yang tenang tiba-tiba menjadi heboh lantaran munculnya kobaran api dari sebuah rumah lantai dua. Kami yang sedang asyik nonton sinetron Bidadari di rumah tetangga langsung keluar dan berkumpul. Sebagian ada yang menuju TKP, sebagian lagi pulang ke rumah masing-masing mengamankan barang berharga, takut kobaran api tak terkendali dan kemudian menjalar ke rumah lain.

Saya dan beberapa teman bergerak menuju TKP dan sesampainya di sana kami menyaksikan kobaran api yang udah sangat besar. Api dengan ganasnya membakar habis rumah dua lantai yang sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu itu. Di tengah kobaran api, terdengar bunyi ledakan yang sangat besar (huhuhu di situlah saya mendengar bahwa sebenarnya di dalam rumah yang terbakar itu ada tiga orang anak yang terkunci di dalam kamar, Ya Allah saya langsung lemas 😭). Saya langsung merasa ngeri dan ketakutan. Seketika saya langsung pulang ke rumah karena gak tahan berlama-lama di TKP.

Entah jam berapa api berhasil dipadamkan. Menurut info, ibunya menangis meraung-raung dan beberapa kali pingsan mengetahui ketiga buah hatinya meninggal karena keteledorannya. Niatnya mengunci anaknya di dalam kamar agar anaknya segera tidur namun siapa yang menyangka ternyata ketiganya masih ingin bermain dan sialnya mainan yang mereka mainkan mengenai lampu minyak yang menjadi alat penerangan di dalam kamar tersebut. Ditengarai, lampu minyak inilah penyebab kebakaran terjadi. Lampunya tersenggol, minyaknya tertumpah dan mengenai benda yang mudah terbakar dan duaaarrr terjadilah hal mengerikan itu 😭

Akibat kejadian itu, saya diserang ketakutan setiap hari selama beberapa waktu. Saya takut masuk ke dalam kamar sendirian. Saya merasa pengap dan susah bernapas saat lampu kamar dipadamkan. Bunyi ledakan yang saya dengar di tengah kobaran api itu selalu datang menghantui, huhuhu 😭. Saya yang biasanya selalu lewat di belakang TKP setiap kali ke sekolah, mulai mencari jalan lain. Gak sanggup rasanya melihat rumah yang tersisa puing-puing itu 😢 

Ketakutan itu baru perlahan-lahan menghilang saat saya meninggalkan kampung halaman dan pergi merantau untuk kuliah.

---


Duh, maafkan karena memilih menulis ini sebagai artikel comeback setelah beberapa bulan gak nulis 🙏. Entah mengapa, melihat berita menyedihkan itu berseliweran di beranda sosmed, menuntun saya untuk membuka dashboard blog ini untuk menulis kisah serupa.

Semoga terpublishnya artikel ini menjadi pertanda aktifnya kembali saya menjadi blogger 💪

Share
Tweet
Pin
Share
10 Comments
Newer Posts
Older Posts

About me


Hai, Saya Ira. Pemilik sekaligus penulis blog ini. Jika ada pertanyaan  sehubungan dengan tulisan saya atau ingin menjalin kerjasama, silakan  hubungi saya melalui email di  wewahyu2011@gmail.com

Lets's Be Friends

  • facebook
  • Instagram
  • twitter

Followers

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (2)
      • Teka Teki Silang
      • Bukan Dejavu
  • ►  2024 (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2023 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2022 (51)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (9)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)

Labels

#Trending A Day In My Life All About Women Beauty & Healthy Collaboration Cuap-cuap Hikmah Of Blablabla Honest Review In My Opinion Info Kece Relationship Tips & Trick ❤️ Produk Indonesia

Total Tayangan Halaman

Recent Comments

`

Recent Posts

Popular Posts

  • Layangan Putus
  • Saat Mimpi Tak Dapat Diraih
  • Review Tokyo Night Deodorant Roll On
  • Minyak Gosok yang Ada di Rumah Kami
  • Hempaskan Virus KDRT Sejak Belum Menikah

Member Of




Created with by BeautyTemplates