pic source: pixabay.com |
Sesaat setelah bertemu teman-teman di reuni akbar sekolahnya, Pipit pulang dengan wajah masam dan kondisi hati yang sedih. Apa pasal? Beberapa teman yang baru ditemuinya setelah puluhan tahun gak bertemu melontarkan kalimat yang membuatnya patah hati. Melihat istrinya yang sedih usai menghadiri reuni sekolah, sang suami langsung melarang istrinya untuk mengikuti kegiatan seperti itu lagi di kesempatan berikutnya.
Pipit sedih dan marah (namun hanya bisa dipendamnya dalam hati) karena beberapa temannya mengomentari perubahan bentuk fisiknya. Teman-temannya membandingkan bentuk fisik Pipit saat ini dengan bentuk fisik Pipit belasan tahun lalu. Duh, gemas banget yaa, bisa-bisanya orang-orang itu membandingkan kondisi fisik saat ini dengan kondisi fisik saat masih sekolah. Yaaa jelas bakalan bedaa, Juleha!
Pernah mengalami hal yang sama dengan yang dialami Pipit? Walau gak mengalami hal yang sama persis, saya beberapa kali mengalami body shaming seperti yang dialami Pipit di atas. Hal ini yang juga kadang membuat saya malas bertemu orang-orang di masa lalu karena kebanyakan dari mereka akan mengomentari perubahan fisik saya.
Fyi, saat masih anak-anak hingga SMA gak jarang saya mengalami bullying. Makanya trauma banget bila bertemu teman lama dan yang dibahas hanyalah fisik karena jaman dulu fisik saya sering jadi "sasaran tembak" mulut jahat teman-teman.
Lalu pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah Pipit di atas? JAGA MULUT! Oh come on gaes, saat bertemu teman lama, bisakah kalian gak melakukan basa basi busuk seperti itu? Bila gak ada bahan untuk ditanyakan, lebih baik DIAM aja! Gak usah sok-sokan perhatian dengan alasan untuk mencairkan suasana tapi dengan mengajukan pertanyaan yang bisa melukai hati teman yang kamu tanyai! Hindari membahas fisik, walau mulutmu udah meronta-ronta ingin memuntahkan kalimat sampah yang kelak bakalan menyakiti hati temanmu.
Coba posisikan dirimu di posisi teman yang kalian komentari itu. Bagaimana bila kondisinya dibalik? Dirimulah yang jadi sasaran tembak. Pasti gak mau dong yaa. Makanya, jangan lakukan hal serupa pada orang lain. Cubit kulitmu dulu sebelum mencubit kulit orang lain. Bila kamu merasa sakit, orang lain pun sama.
Dan yaa, selain fisik, ada beberapa kalimat basa basi busuk lain yang sebaiknya dihindari saat ngumpul bareng teman-teman, diantaranya:
👎🏻 Menanyakan marital status
Pikir seribu kali sebelum menanyakan hal seperti kapan nikah, kapan cerai, mengapa masih betah nge-jombo atau pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan status pernikahan teman kita. Gak semua orang senang ditanyai hal seperti ini, yang ada malah melukai hati mereka. Terlebih setelah menanyakan itu masih dihakimi pula, ckckck!
Baca Juga: Nasehat buat adik-adik perempuan yang belum bertemu jodohnya
Jangan menanyakan pada teman mengapa ia belum menikah padahal usianya udah matang (buah kali, matang 😃) karena kita gak tahu apa alasan di balik semua itu, bisa jadi karena belum ada laki-laki yang cocok di hatinya, atau masih pengen menikmati kesendirian dan kebebasan lebih lama, atau bisa juga ia masih ingin membahagiakan orang tuanya, atau bisa saja ia memang gak mau nikah. Intinya, apapun alasannya, itu adalah haknya yang gak boleh kita atur-atur.
👎🏻 Menanyakan kapan punya anak
Selain ogah ditanya kapan nikah, ditanya kapan punya (dan nambah) anak juga adalah jenis pertanyaan yang bikin gerah. Kita gak tahu alasan orang mengapa ia belum punya anak. Apa alasan mereka memutuskan belum nambah anak padahal anak pertamanya udah beranjak remaja, misalnya. Toh kita juga gak bakalan bantu membiayai kehidupan anak-anak mereka kan? So, gak usah tanya-tanya masalah ini kalo niatnya hanya basa basi.
👎🏻 Menanyakan jumlah penghasilan
Kepo pada penghasilan teman kita boleh aja, namun jangan sampe keceplosan menanyakan berapa besaran penghasilannya per bulan (kecuali bila ia berbaik hati membagikan informasi ini). Menurut saya, ini adalah hal yang sangat tabu untuk ditanyakan. Bila ingin sukses seperti teman kita, tanya aja kiat-kiat mengapa ia sukses, kali aja kita bisa menirunya agar bisa mengikuti jejak kesuksesannya. Namun bila ia gak ingin berbagi, jangan maksa. Jangan lagi bilang mereka pelit gak mau bagi ilmu. Hargai apapun keputusannya.